Sejarah Perjalanan Indonesia (Masa Kerajaan Hindu-Buddha)

Pada kesempatan sebelumnya kita telah membahas mengenai sejarah perjalanan Indonesia pada masa prasejarah, kali kita akan membahas sejarah perjalanan Indonesia pada masa kerajaan Hindu-Buddha. 

A. Proses masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia 
Pada masa perdagangan kuno, wilayah pesisir Sumatera dan Jawa menjadi pusat perdagangan penting yang sering dikunjungi para pedagang lokal maupun asing. Padahal, Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudra. Setelah perdagangan internasional Indonesia, muncul beberapa teori tentang masuknya agama Hindu Budha ke Indonesia. Lima teori tentang proses masuknya agama Hindu Budha di Indonesia, yaitu:

1. Teori waisya
Teori Waisya dikemukakan oleh Nicolaas Johannes Krom. Dalam teori ini dikatakan bahwa agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia disebarkan oleh para pedagang. Pedagang India yang berdagang di Indonesia mengikuti angin musim. Jika angin musim tidak memungkinkan mereka untuk kembali, mereka akan menetap di Nusantara untuk jangka waktu tertentu. Selama menetap itulah mereka memanfaatkannya untuk menyebarkan agama Hindu-Buddha di Indonesia. 

Kelebihan: 
- Sumber daya alam Indonesia yang sangat banyak menarik minat pedagang dari India untuk melakukan perdagangan ke Indonesia.
- Interaksi sosial antara penduduk pribumi dan pedagang India memudahkan masyarakat dapat mengetahui agama dan kebudayaan Hindu.
- Perkawinan antara penduduk pribumi dengan pedagang dari India memudahkan tersebarnya agama Hindu dan Budha.

Kekurangan:
- Adanya kepentingan dikalangan pedagang dari India yakni untuk mendapatkan uang untuk bertahan hidup dari berdagang. Jadi kemungkinan-kemungkinan mereka menyebarkan Islam ke Indonesia sangatlah kecil.
- Para pedagang dari India tidak memiliki keahlian dalam membaca huruf Pallawa dan bahasa sansekerta karena dalam agama Hindu maupun Budha masih menggunakan bahasa sansekerta. 
-  Para pedagang dari India tidak memiliki kemampuan untuk menguasai ajaran agama Hindu-Budha.

2. Teori brahmana 
Teori brahmana dikemukakan oleh Jc. Van Leur. Dalam teori ini dikatakan bahwa agama Hindu disebarkan ke Indonesia oleh para brahmana. Dasar dari teori ini adalah Pengamatan peninggalan kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, khususnya prasasti yang menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. 

Kelebihan: Brahmana mengetahui bahasa Sansekerta dan huruf Palawa. Oleh karena itu jelas bahwa Brahmana berperan dalam masuknya agama Hindu Buddha ke Indonesia.
Kekurangan: Brahmana dilarang menyebrangi lautan dalam ajaran Hindu kuno, jika melanggar maka brahmana akan kehilangan kastanya. Jadi mustahil jika brahmana datang ke Indonesia sementara India dan Indonesia dipisahkan oleh Samudra Hindia. 

3. Teori ksatria
Terdapat 3 pendapat mengenai teori ksatria, antara lain: 
a.) Cornelis Christiaan Berg
sekelompok ksatria yang membantu menyebarkan agama Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India ini terlibat dalam konflik perebutan kekuasaan di Nusantara, bantuan yang mereka berikan sedikit banyak membantu mengalahkan salah satu kelompok atau suku yang bertikai di Nusantara. Sebagai imbalan atas kemenangan itu, sebagian dari mereka kemudian menikah dengan anak perempuan kepala suku atau kelompok yang dibantunya. Dari pernikahan mereka, para ksatria dengan mudah menyebarkan agama Hindu-Buddha ke dalam keluarga mereka, yang sebelumnya mereka nikahi. Selain itu, agama Hindu-Buddha berkembang di kerajaan-kerajaan di Nusantara.

b.) Mookerji 
Sekelompok ksatria India yang membawa pengaruh budaya Hindu-Budha ke Indonesia. Ksatria ini kemudian mendirikan koloni yang berkembang menjadi kerajaan.

c.) J.L moens 
Sekitar abad ke-5, beberapa keluarga kerajaan India Selatan melarikan diri ke Indonesia ketika kerajaan mereka runtuh. Kemudian mereka mendirikan kerajaan di Indonesia.


Kelebihan: 
- Golongan ksatria memiliki semangat yang besar untuk berpetualang menaklukan beberapa wilayah lainnya.
- Para ksatria berpartisipasi dalam berbagai konflik di Indonesia. Mereka mendukung kedua belah pihak. Jika pihak tersebut berhasil memenangkan perang, mereka akan menerima hadiah seperti pernikahan dengan seorang putri kerajaan.
- Para ksatria melarikan diri dari perang di India. Mereka kemudian mendirikan kerajaan baru di Indonesia pada abad ke-5.

Kekurangan: 
- Golongan ksatria tidak bisa berbahasa Sanskerta dan tidak mengenal aksara Palawa. Di sisi lain, banyak dari bahasa dan aksara ini digunakan di reruntuhan kerajaan Hindu.
- Tidak ada bukti peninggalan mengenai penaklukan yang dilakukan oleh para ksatria atas kerajaan di Indonesia, baik itu berasal dari prasasti atau bukti tertulis lainnya.

4. Teori sudra 
Teori sudra dikemukakan oleh Von Van Faber. Dalam teori ini dikatakan bahwa Perang yang terjadi di India saat itu menyebabkan kaum Sudra terpinggirkan. Mereka kemudian meninggalkan India dan mengikuti kaum Waisya, dan kaum Sudra tampaknya turut berperan dalam penyebaran agama Hindu-Buddha di Nusantara. Karena dengan begitu jumlah mereka sangat banyak. 

Kelebihan:
- Perjalanan kaum sudra adalah hal yang wajar. Karena mereka memiliki kasta tingkat terendah.
- Kehidupan yang lebih baik adalah impian para budak, jadi tujuan kepergian mereka juga mendukung teori ini.

Kekurangan:
- Sudra tidak memiliki kemampuan untuk menguasai bahasa Sanskerta atau memahami ajaran agama Hindu, sehingga tidak mungkin mereka mengajarkan agama Hindu kepada masyarakat. Lagipula sudra merupakan kasta terendah dalam agama Hindu.
- Kaum sudra datang ke Indonesia hanya untuk memperbaiki hidup mereka, bukan untuk menyebarkan agama Hindu. 

5. Teori arus balik 
Teori arus balik dikemukakan oleh Frederik David Kan Bosch. Dalam teori ini dikatakan bahwa banyak masyarakat Indonesia, khususnya anak muda ke India untuk mempelajari ajaran agama Hindu-Budha. Setelah mereka mendapatkan ilmu, mereka kembali dan mengajarkannya kepada pribumi.

Kelebihan:  
- Prasasti Nalanda menceritakan bahwa Balaputradiwa (Raja Sriwijaya) meminta raja dari India untuk membangun vihara di Nalanda sebagai tempat menimba ilmu dari pembesar Sriwijaya. Permintaan Raja Sriwijaya dikabulkan. Oleh karena itu, setelah para penguasa atau pelajar belajar di sana, mereka kembali ke Indonesia. Merekalah yang menyebarkan pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia.
- Pada Masa Prasejarah, Indonesia memiliki tradisi bahari untuk berdagang sehingga memungkinkan masyarakat Indonesia untuk mempelajari ajaran agama Hindu-Budha di India.

Kekurangan: Masyarakat Indonesia Indonesia waktu itu masih pasif sehingga kecil kemungkinan bahwa masyarakat Indonesia datang ke India untuk mempelajari agama Hindu-Budha.

B. Faktor penyebab agama Hindu-Budha mudah diterima di Indonesia
1. Masyarakat Indonesia belum kenal dengan agama
Saat itu masyarakat Nusantara saat itu masih memegang kepercayaan berupa animisme dan dinamisme, karena pengetahuan pada saat itu masih terbatas. Kedatangan orang India yang menyebarkan ajaran yang jauh lebih baik menciptakan minat dan penerimaan pembelajaran yang lebih dalam di antara orang-orang pada saat itu. 

2. Ajaran Hindu-Budha hampir mirip dengan kepercayaan yang ada di Indonesia
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya punden berundak yang dimiliki oleh agama Buddha yang digunakan untuk peribadatan. Kesamaan yang lain dapat dilihat dari bentuk upacara keagamaan hingga kepercayaan tentang kehidupan lain setelah kematian. Dari kesamaan itulah ajaran Hindu-Buddha sepertinya tidak asing dengan kepercayaan lokal yang ada, sehingga penyebarannya mudah dan diterima dengan baik.

3. Sifat ramah dari Bangsa Indonesia 
Orang Indonesia terkenal dengan sifat ramah dan penerimaannya terhadap pendatang. Ketika para saudagar dan ahli agama datang ke Indonesia, masyarakat dengan mudah menerima mereka dengan terbuka 

4. Pengaruh penguasa di nusantara pada masanya
Pada masa itu, raja dipercaya sebagai utusan Tuhan dan memudahkan masyarakat untuk menuruti perintah raja tersebut. Inilah yang membuat agama Hindu-Budha mudah masuk dan menyebar di Indonesia.

C. Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
1. Kerajaan Kandis
Kita mungkin sering mendengar atau mengetahui bahwa kerajaan tertua di Indonesia adalah kerajaan Kutai namun kerajaan Kutai bukanlah kerajaan tertua di Indonesia melainkan kerajaan tertua di Indonesia adalah kerajaan Kandis. Kerajaan Kandis berdiri pada abad ke 1 SM. Kerajaan ini terletak di provinsi Jambi. Pendiri kerajaan Kandis adalah keturunan Alexander Agung dari Makedonia, yang bernama Maharaja Diraja. 

Setelah sampai di Sumatera, Maharaja Diraja dikatakan telah mendirikan sebuah kerajaan yang sekarang dikenal sebagai Kerajaan Kandis. Kemudian Maharaja Diraja memiliki seorang putra bernama Damaswara. Damaswara kemudian mendapatkan gelar Mangkuto Maharaja Diraja dan Datuk Rajo Tunggal. Datuk Rajo akhirnya menikah dengan seorang wanita bernama Bunda Pertiwi. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Kandis hanya memiliki 2 raja yakni Maharaja Diraja dan Damaswara. 

Perekonomian kerajaan Kandis bergantung pada hasil bumi seperti emas dan perak serta hasil hutan seperti damar, rotan dan sarang burung layang-layang. Menteri Perdagangan Dato Bandaro Hitam mengangkut hasil hutan dan hasil bumi dari Kandis ke Semenanjung Malaka menggunakan ojung atau perahu kayu.

Datok Rajo Tunggal dikenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Bahkan, karena kebijaksanaannya kerajaan Kandis mencapai puncak kejayaannya. Banyaknya hasil hutan dan hasil pertanian  yang dihasilkan oleh kerajaan Kandis mendorong pembangunan ekonomi. Beberapa kerajaan tetangga juga menginginkan hubungan dengan kerajaan Kandis, termasuk Malaka.

Runtuhnya kerajaan Kandis disebabkan oleh perang dengan kerajaan Jambi yang membuat daerah tersebut dikenal dengan nama Lubuk Jambi. Tak hanya itu, perebutan kekuasaan internal juga menjadi pemicu runtuhnya kerajaan ini. Namun Kerajaan Kandis meninggalkan berbagai peninggalan seperti tambang timah, Bukit Bakar dan lain-lain. Sayangnya, beberapa sisa-sisa kerajaan Kandis telah hancur.

2. Kerajaan Salakanagara
Kerajaan Salakanagara didirikan pada tahun 130-362 M di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Dewawarman I. Diyakini kerajaan ini memiliki 3 pusat pemerintahan yakni Teluk lada (Pandeglang Banten), Condet(Jakarta), gunung salak (Bogor). Sejarah dari Kerajaan Salakanagara sangat terbatas bila dibandingkan kerajaan tarumanegara. Sumber sejarah utama dari kerajaan ini adalah naskah wangsakerta pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara. 

Dalam naskah tersebut dikatakan bahwa Sejarah berdirinya kerajaan Salakanagara bermula ketika seorang saudagar India bernama Dewawarman menetap di Jawa tepatnya Teluk Lada di Pandeglang. Dewawarman kemudian menikah dengan putri Aki Tirem, seorang pemimpin daerah setempat. Pada tahun 130 M, Dewawarman mendirikan kerajaan Salakanagara dengan Rajatapura sebagai ibukotanya. Saat menjadi raja, Dewawarman mendapat gelar Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara, ia melebarkan sayap untuk memperluas wilayah kekuasaannya. 

Wilayah kekuasaan Kerajaan Salakanagara meliputi pulau Jawa bagian barat, termasuk pulau-pulau di sebelah barat pulau Jawa dan laut yang terbentang hingga pulau Sumatera. Letaknya yang strategis memaksa perahu-perahu yang melintas berhenti dan memberikan upeti kepada Dewawarman. Berikut daftar raja Kerajaan Salakanagara:
- Dewawarman l bergelar Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara (130-168 M)
- Dewawarman ll bergelar Prabu Digwijayaksa Dewawarmanputra (168-195 M) 
- Dewawarman  lll bergelar Prabu Singasagara Bimayasawirya (195-238 M)
- Dewawarman IV (238-252 M)
- Dewawarman V (252-276 M)
- Mahisa Suramardini Warmandewi (276-289 M)
- Dewawarman VI bergelar sangmokteng samudra (289-308 M)
- Dewawarman VII bergelar Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati (308-340 M)
- Sphatikarnawa Warmandewi (340-348 M)
- Dewawarman VIII bergelar Prabu Darmawirya Dewawarman (348-362 M)
- Dewawarman IX (362 M) <- (dibawah pemerintahan kerajaan Tarumanegara)

Kerajaan Salakanagara mencapai puncaknya di bawah pimpinan Dewawarman VIII. Pada masa pemerintahan Devawarman VIII, rakyat Salakanagara hidup sejahtera dan damai. Tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga secara agama, sosial dan budaya. Selain itu, penduduknya dikatakan memiliki ekonomi yang berkembang dengan baik, bermata pencaharian sebagai pedagang, petani, pemburu, dan nelayan. 

Namun setelah 232 tahun berkuasa, yakni setelah Dewawarman VIII kerajaan Salakanagara berada di bawah kekuasaan kerajaan Tarumanegara. Kerajaan ini meninggalkan beberapa peninggalan sejarah seperti Menhir Cihunjuran, dolmen, batu magnit, air terjun Curug Putri, pemandian prabu Angling Darma, patung Ganesha dan patung shiwa.

3. Kerajaan Kutai 
Kerajaan Kutai berdiri pada tahun 399 di muara Kaman dipinggir sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Kerajaan ini didirikan oleh kudungga. Bukti adanya kerajaan ini adalah ditemukannya prasasti Yupa yang ditulis menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta. 

Berikut daftar Raja kerajaan Kutai:
- Kudungga
- Aswarman 
- Mulawarman
- Sri Aswarman
- Marawijawa Warman
- Tungga Warman
- Jayanaga Warman
- Nalasinga Warman
- Nala Parana Tungga
- Gadingga Warman Dewa
- Indra Warman Dewa
- Sangga Warman Dewa
- Singa Wargala Warman Dewa
- Candrawarman
- Prabu Mula Tungga Dewa
- Nala Indra Dewa
- Indra Mulya Warman Dewa
- Sri Langka Dewa
- Guna Parana Dewa
- Wijaya Warman
- Indra Mulya
- Sri Aji Dewa
- Mulia Putera
- Nala Pandita
- Indra Paruta Dewa
- Dharma Setia

Dalam prasasti Yupa dikatakan bahwa kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Mulawarman. Disebutkan juga bahwa Mulawarman merupakan seorang raja berkelakuan baik, kuat dan pernah melakukan upacara pengorbanan 20.000 ekor lembu untuk para brahmana yang bertempat di Waprakecvara (tempat suci yang merupakan sinkretisme antara budaya Hindu dan budaya Indonesia) 

Mulawarman juga melakukan Vratyastoma (Ritual pembersihan diri untuk memasuki kasta ksatria). Pada masanya Upacara Hindu ini dilakukan oleh pendeta/Brahmana lokal Indonesia. Ini membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya tinggi karena bahasa Sanskerta bukanlah bahasa manusia biasa. Selain itu, pada masa pemerintahan Raja Mulawarman, kehidupan ekonomi kerajaan berkembang pesat di bidang pertanian dan perdagangan karena letaknya yang sangat strategis.

Setelah berakhirnya masa pemerintahan Mulawarman kerajaan Kutai mengalami kemunduran. Akhirnya pada tahun 1635 kerajaan Kutai diinvasi oleh Kesultanan Kutai Kartanegara, Darma setia gugur di tangan Pangeran Sinum Panji Mendapa dari Kesultanan Kutai Kartanegara. Peninggalan kerajaan Kutai adalah 7 buah prasasti Yupa. 

4. Kerajaan Tarumanegara
Sejarah kerajaan Tarumanegara dimulai ketika seorang Maharesi Jayasingamarwan dari kerajaan Magada di India datang ke Indonesia atas kekacauan dan penjajah pasukan Maharaja Samudra Gupta dari kerajaan Magada. Kemudian Jayasingamarwan diterima di kerajaan Salakanagara oleh raja Dewawarman VIII dan dinikahkan dengan putrinya. Kemudian pada tahun 358 M, Jayasingamarwan mendirikan kerajaan Tarumanegara di tepian sungai Citarum (sekitar Bekasi sekarang), Jawa Barat. 

Daftar Raja kerajaan Tarumanegara:
- Jayasingamarwan (358-382 M)
- Dharmayawarman (382-395 M)
- Purnawarman (395-434 M)
- Wisnuwarman (434-455 M)
- Indrawarman (455-515 M) 
- Candrawarman (515-535 M)
- Suryawarman (535-561 M)
- Kertawarman (561-628 M)
- Sudhawarman (628-639 M)
- Hariawangsawarman (639-640 M)
- Nagajayawarman (640-666 M)
- LinggaWarman (666-669 M)

Kerajaan Tarumanegara mencapai puncaknya di bawah pemerintahan Purnawarman. Purnawarman sendiri menganut Hindu vaishnawa, ia juga dikenal sebagai raja yang gagah berani, bijaksana dan sangat memperhatikan kehidupan rakyatnya. Purnawarman membangun ibu kota kerajaan yang letaknya lebih dekat ke pantai pada tahun 397 M, kota itu bernama sundapura. Selain itu juga, Sungai Gomati sepanjang 12 km digali untuk menghindari bencana alam seperti banjir atau kekeringan saat musim kemarau. 

Perekonomian kerajaan ini juga mengalami kemajuan, terbukti dari raja yang menyumbangkan 1.000 ekor sapi kepada para brahmana. Penduduknya hidup dari pertanian dan sistem pemerintahan sudah tertata. Pada saat Purnawarman berkuasa ia dapat menguasai 48 wilayah sekitarnya. Selain itu kerajaan Tarumanegara miliki hubungan diplomatik, perdagangan dan pelayaran dengan cina. 

Pada tahun 669, LinggaWarman meninggal dunia setelah 3 tahun menjabat sebagai raja. Otomatis tahta beralih kepada putranya yakni Tarusbawa. Namun Tarusbawa lebih memilih untuk kembali ke kerajaannya yaitu Sunda yang sebelumnya merupakan bawahan Tarumanegara. Pengalihan kekuasaan tersebut membuat Kerajaan Galuh memisahkan diri dan akhirnya kerajaan Tarumanegara dipecah menjadi Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan dibatasi sungai Citarum. Selain itu penyerangan dari luar yakni dari Sriwijaya pada tahun 650 M.

Kerajaan Tarumanegara meninggalkan beberapa peninggalan sejarah antara lain:
• Prasasti :
- Prasasti Ciaruteun atau Ciampea  
- Prasasti Jambu atau Koleangkak 
- Prasasti Kebon kopi
- Prasasti Tugu
- Prasasti Cidanghiang atau Lebak
- Prasasti Muara Cianten
- Prasasti Pasir Awi 
• Arca :
- Arca Rajarsi 
- Arca Wisnu Cibuaya l
- Arca Wisnu Cibuaya ll
• Karya Sastra :
Naskah Wangsakerta 

5. Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga atau Kerajaan Keling atau Kerajaan Holing didirikan pada abad 6 M dan berakhir pada abad ke 7 M di sebelah Utara Gunung Muria, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah oleh Prabu Wasumurti. Kerajaan ini merupakan kerajaan bercorak Budha. Walau hanya satu abad kerajaan ini mempunyai kerajaan bawahan sebanyak 28 kerajaan dari kerabat raja Kalingga.

Daftar Raja Kerajaan Kalingga :
- Prabu Wasumurti
- Prabu Wasugeni 
- Prabu Wasudewa
- Prabu Wasukawi
- Prabu Kirathasingha
- Prabu Kartikeyangsingha
- Ratu Shima

Perekonomian Kerajaan Kalingga bergantung pada sektor perdagangan dan sektor pertanian. Komoditas yang dihasilkan dari sektor perdagangan antara lain; kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah. Dikarenakan letaknya yang berada di pantai utara Jawa memungkinkan sektor perdagangan maritim berkembang pesat. Sedangkan daerah pedalaman yang subur dimanfaatkan untuk pembangunan pertanian yang hasil utamanya beras. Selain itu, beberapa warga bisa membuat minuman dari bunga kelapa dan bunga aren. 

Kerajaan Kalingga mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Ratu Shima. Ratu Shima memerintah dengan sangat ketat dan tegas tetapi pada saat yang sama adil itulah yang membuat rakyatnya hidup dengan aman, tertib dan teratur. Kerajaan Kalingga juga pernah menjadi pusat agama Buddha di Jawa pada masa kejayaannya. Setelah Ratu Shima meninggal Kerajaan Kalingga dianeksasi oleh kerajaan Sriwijaya.

Peninggalan kerajaan Kalingga antara lain:
- Prasasti Tuk Mas
- Prasasti Sojomerto
- Candi Angin
- Candi Bubrah
- Situs Puncak Songolikur Gunung Muria

6. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya didirikan pada abad ke 7 di sungai Musi, Palembang Sumatera Selatan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kerajaan ini merupakan kerajaan bercorak Budha dan Dapunta Hyang Sri Jayanasa sendiri berasal dari Minanga Tamwam(lokasi masih diperdebatkan).

Dari awal berdiri, kerajaan ini diperkirakan telah berhasil menaklukkan sumatera bagian selatan, Bangka Belitung dan Lampung. Sri Jayanasa juga pernah melakukan serangan militer ke Kerajaan di Pulau Jawa  yang dianggap tidak mau tunduk dibawah kekuasaan Sriwijaya. 

Disebutkan pula bahwa Sri Jayanasa melakukan perjalanan dengan 20.000 tentara dari Minanga Tamwan ke Palembang, Jambi, dan Bengkulu. Dalam perjalanan itu, ia berhasil menaklukan daerah perdagangan yang strategis, sehingga kerajaan Sriwijaya berkembang semakin dan makmur.

Daftar raja kerajaan Sriwijaya:
- Dapunta Hyang Sri Jayanasa
- Indrawarman
- Rudra Wikrama
- Dharanindra 
- Samaragrawira
- Dharmasetu 
- Samaratungga
- Balaputradewa 
- Sri Udayadityawarman 
- Sri Wuja atau Sri Udayadityan
-  Hsiae-she
- Sri Cudamaniwarmadewa 
- Malayagiri  
- Sri Marawijayottunggawarman 
- Sumatrabhumi 
- Sri Sanggrama Wijayatunggawarman 

Kerajaan Sriwijaya mengalami puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Balaputradewa. Hal itu terlihat dari keberhasilannya dalam berbagai bidang, termasuk sektor maritim dengan menguasai jalur perdagangan melalui Selat Malaka, Selat Sunda, dan Semenanjung Malaya.Kerajaan mendapatkan banyak pendapatan dari pajak kapal dagang, sehingga rakyatnya hidup dengan baik. 

Selain menonjol di ranah maritim, kerajaan Sriwijaya juga maju di ranah politik, ekonomi, dan agama.Di bidang politik, Sriwijaya dianggap sebagai kerajaan nasional pertama karena wilayahnya yang sangat luas. Selain itu Sriwijaya juga menjalin hubungan dagang dengan India, Cina, dan negara lain. 

Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terjalinnya hubungan antara Balaputradewa dengan Dewapala dewa
(raja dari kerajaan benggala). Raja itu menghibahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk membangun asrama bagi para pelajar dan mahasiswa yang belajar di Nalanda.

Perekonomian Sriwijaya sangat bergantung pada pelayaran dan perdagangan. Pada masa kejayaannya, kerajaan ini memberikan pengaruh hingga ke luar Nusantara. Selain itu, komoditas yang dihasilkan dari kerajaan Sriwijaya seperti emas, perak, gading gajah, penyu, kemenyan, kapulaga, kapur barus, pinang, kayu gaharu, cendana, lada, dan damar. Untuk menjaga stabilitas kerajaan, dibangun angkatan laut yang kuat untuk mengatasi gangguan di jalur pelayaran.

Namun, setelah Balaputradewa meninggal dunia kerajaan ini tidak memiliki pemimpin sebaik, setegas dan sebijaksana seperti dia, yang mengakibatkan melemahnya dibidang ekonomi dan militer, inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh negeri bawahannya melepaskan diri. Selain itu juga kerajaan Thailand memanfaatkannya untuk menyerang Kerajaan Sriwijaya. Dan akhirnya kerajaan ini harus runtuh setelah diserang oleh Kerajaan Chola dari India yang dipimpin oleh Rajendra Chola sebanyak 2 kali yakni pada tahun 1017 dan 1025 yang berakibat semakin melemahnya militer kerajaan ini. 

Peninggalan Dari Kerajaan Sriwijaya yang tersisa adalah
- Prasasti Kedukan Bukit 
- Prasasti Talang Tuo 
- Prasasti Telaga Batu 
- Prasasti Kota Kapur 
- Prasasti Karang Berahi 
- Candi Biaro Bahal IIII 
- Candi Muara Takus

7. Kerajaan Pajajaran 
Kerajaan Pajajaran didirikan pada tahun 923 M oleh Sri Jayabhupati dengan pusat pemerintahan di Pakuan (sekarang Bogor), kemudian pusat pemerintahan dipindahkan ke Kawali saat Rahyang Niskala Wastu Kancana berkuasa. 

Pemerintahan Kerajaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan di wilayah Jawa Barat, seperti Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sunda, dan Kerajaan Galuh. Pada tahun 1428, Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi dua kali dinobatkan sebagai raja dari Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda. Masa terakhir kedua kerajaan ini kemudian dikenal dengan masa pemerintahan Pajajaran.

Daftar raja Kerajaan Pajajaran:
- Sri Jayabhupati 
- Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi
- Surawisea
- Ratu Dewata
- Ratu Sakti
- Ratu Nilakendra (Meninggalkan Pakuan karena diserang oleh Maulana Yusuf dan Sultan Hasanuddin) 
- Raga Mulya atau Prabu Surya Kencana (mendirikan pemerintahan di Pandeglang)

Kerajaan Pajajaran mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi, pada masa pemerintahannya kerajaan hidup dalam keadaan tertib dan damai. Perekonomian kerajaan Pajajaran bergantung pada sektor pertanian dan sektor perdagangan, dalam hal sektor pertanian seperti sayur-sayuran, buah-buahan dan lada. Lada merupakan komoditas terbesar dari kerajaan Pajajaran. Sementara dalam sektor perdagangan, Komoditas yang diperdagangkan antara lain emas, perak, kain, hasil pertanian dan hasil laut. 

Prabu Siriwangi menaruh perhatian besar untuk mengembangkan agama, membangun parit pertahanan, memperkuat tentara, membangun jalan, dan membangun formasi pertempuran di darat. Menurut sumber Portugis, kerajaan Pajajaran memiliki sekitar 100.000 tentara dan pasukan 40 gajah. Namun sayang angkatan Laut Kerajaan Pajajaran terbilang lemah.

Pada masa pemerintahan Ratu Nilakendra, Pajajaran yang berkedudukan di Pakuan diserang oleh Sultan Hasanuddin dan putranya Maulana Yusuf. Pada tahun 1579, Kerajaan Pajajaran runtuh dikarenakan serangan Kesultanan Banten. Berakhirnya Pajajaran ditandai dengan dipindahkannya Palangka Sriman Sriwacana ke Keraton Surosowan di Banten. Sudah menjadi tradisi politik bahwa Pakuan Pajajaran tidak memiliki raja baru yang dinobatkan.

Setelah jatuhnya Pajajaran, diperkirakan beberapa abdi dalem meninggalkan keraton dan menetap di wilayah Lebak. Mereka menetapkan cara hidup kuno yang ketat dan sekarang dikenal sebagai orang Badui. Beberapa peninggalan kerajaan Pajajaran antara lain:
- Babad Pajajaran
- Carita parahyangan
- Carita waruga guru
- Prasasti batu tulis Bogor 
- Prasasti Sanghyang Tapak (Sukabumi) 
- Prasasti Kawali (Ciamis) 
- Tugu Perjanjian Portugis 
- Taman Perburuan (Kebun Raya Bogor)

8. Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada abad ke 8 tepatnya pada tahun 760 M di Jawa Tengah. Kerajaan ini merupakan kerajaan bercorak Hindu-Budha. Kerajaan Mataram Kuno didirikan oleh Raja Sanjaya dengan pusat pemerintahan di Bhumi Mataram (sekarang Yogyakarta). Dia adalah raja yang bijaksana, cakap, adil, dan taat beragama.Pada masa pemerintahannya, wilayah kerajaan Mataram kuno meluas dan rakyatnya makmur. Kerajaan ini juga merupakan pusat pembelajaran agama Hindu, terbukti dengan banyaknya para pendeta yang berkunjung dan menetap di Mataram.

Raja dari Kerajaan Mataram Kuno :
- Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
- Rakai Panangkaran
-Rakai Panunggalan/Dharmatungga(Syailendra)
- Rakai Warak/ Indra (Syailendra)
- Rakai Garung/Samaratungga
- Rakai Pikatan dan Pramodhawardani
- Rakai Kayuwangi/Dyah Lokapala
- Rakai Watuhumalang 
- Rakai Watukara Dyah Balitung
- Mpu Daksa
- Dyah Tulodong 
- Sumba Dyah Wawa

Pada tahun 760 M, Raja Sanjaya meninggal dunia dan tahta jatuh kepada putranya Rakai Panangkaran. Setelah Rakai Panangkaran meninggal dunia, Kerajaan Mataram Kuno terpecah menjadi dua. Dinasti Sanjaya memerintah Kerajaan Mataram Kuno (Hindu) di Jawa Tengah bagian Utara dan Dinasti Syailendra (Budha) memerintah Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah bagian selatan. 

Raja pertama dari Kerajaan Mataram Kuno Dinasti Syailendra Rakai Panunggalan/Dharmatungga. Konon pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaannya meluas sampai ke Semenanjung Malaka. Lalu pada masa pemerintahan Rakai Warak/indra, ia berhasil menaklukkan 
Chenla (Kamboja). Setelah itu pada masa pemerintahan Rakai Garung/Samaratungga ilmu seni berkembang dan candi Borobudur dibangun. Kerajaan Mataram Kuno akhirnya dapat dipersatukan oleh pernikahan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dan Pramodhawardani dari Dinasti Syailendra.

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno:
• Candi Budha:
- Candi Prambanan
- Candi Borobudur 
- Candi Sari 
- Candi Mendut
- Candi Pawon
• Candi Hindu:
- Candi Gatotkaca
- Candi Puntadewa 
- Candi Bima
- Candi Dwarawati
- Candi Arjuna
- Candi Semar
- Candi Gedongsongo
- Candi sembadra

9. Kerajaan Medang Kamulan 
Pada tahun 929 M Mpu Sindok memindahkan ibukota Kerajaan Mataram Kuno ke Jawa Timur. Setelah pindah ke Jawa Timur Kerajaan Mataram Kuno berganti nama menjadi Kerajaan Medang Kamulan berlokasi di Jombang. Alasan Mpu Sindok memindahkan ibukota Kerajaan Mataram Kuno dikarenakan beberapa faktor seperti bencana alam, politik dan adanya ancaman dari kerajaan lain. Raja dari Kerajaan Medang Kamulan:
- Mpu Sindok
- Sri Isyanatunggawijaya
- Makutawangsawardhana 
- Dharmawangsa Teguh 

Kerajaan Medang Kamulan secara ekonomi ditopang oleh pertanian, perdagangan dan peternakan. Kerajaan Medang Kamulan tidak bertahan lama. Pada tahun 1016 Kerajaan Medang Kamulan runtuh akibat diserang oleh Kerajaan Wurawari. Peninggalan Kerajaan Medang Kamulan:
- Prasasti Mpu Sindok
- Prasasti Calcuta
- Prasasti Anjuk Ladang 

10. Kerajaan Kahuripan
Setelah terjadi penyerangan oleh Kerajaan Wurawari pada tahun 1016 M, banyak pejabat dan petinggi Kerajaan Medang Kamulan tewas dalam penyerangan tersebut. Termasuk Dharmawangsa Teguh. Airlangga yang merupakan keponakan sekaligus menantu dari Dharmawangsa Teguh melarikan diri bersama Narottama yang merupakan abdi setianya. Selama melarikan diri mereka berteman dengan para pertapa dihutan. 

Tiga tahun berselang Airlangga diminta menjadi untuk melanjutkan Kerajaan Medang Kamulan pada pendeta. Diangkatlah menjadi raja dan kemudian berdirilah Kerajaan Kahuripan pada 1019 M. Dengan pusat pemerintahan di Sidoarjo sekarang. Awalnya Kerajaan Kahuripan wilayah kekuasaannya hanya Sidoarjo, Pasuruan dan sebagian Mojokerto. Hingga akhirnya terus diperluas dengan ditaklukkannya bekas wilayah Kerajaan Medang Kamulan. 

Bukti kemajuan selama masa pemerintahan Airlangga, antara lain pembangunan bendungan, pelabuhan, dan jalan raya. Raja Airlangga pun meringankan beban pajak rakyatnya yang sering kesusahan. Kerajaan ini mempunyai tanah yang subur sehingga banyak dimanfaatkan oleh warganya untuk bercocok tanam. Selain bercocok tanam, perekonomian Kerajaan Kahuripan juga ditopang dari sektor perdagangan. 

Diakhir masa pemerintahan Airlangga pusat pemerintahan dipindahkan ke Daha (Kediri). Disaat yang sama pula  Sanggramawijaya Tunggadewi memutuskan untuk menjadi pertapa dan mengundurkan diri sebagai penerus dari Kerajaan Kahuripan. Untuk menghindari perebutan kekuasaan Airlangga dan Mpu Bharada membagi Kerajaan Kahuripan menjadi 2 yakni Kerajaan Panjalu disebelah barat diberikan kepada Sri Samarawijaya dan Kerajaan Jenggala disebelah timur diberikan kepada  Mapanji Garasakan. Kerajaan Kahuripan resmi bubar pada tahun 1043 M.

Peninggalan Kerajaan Kahuripan:
- Candi Belahan
- Candi Semar Jalatunda 
- Prasasti Kamalgnyan 
- Prasasti Pucangan 
- Prasasti Pamwatan 
- Prasasti Cane 
- Prasasti Baru 
- Prasasti Terep 
- Kitab Arjunawiwaha

11. Kerajaan Kediri 
Setelah Kerajaan Kahuripan dibagi menjadi 2 oleh Mpu Bharada dengan batas sungai Brantas dengan bagian wilayah yang disebutkan sebelumnya. Kerajaan Kediri sendiri berdiri pada 1042 M dengan pusat pemerintahan di Dahapura. 

Daftar raja Kerajaan Kediri:
- Sri Samarawijaya (1042-1051 M)
- Sri Jintendrakara (1051-1112 M)
- Sri Brameswara (1112-1135 M)
- Jayabaya (1135-1159 M)
- Sri Sarweswara (1159-1171 M)
- Sri Aryeswara (1171-1181 M)
- Sri Gandra (1181-1182 M)
- Kameswara (1182-1194 M)
- Kertajaya (1194-1222 M)
- Jayakatwang (1292-1293 M) <--(berkuasa setelah melakukan pemberontakan terhadap Singasari) 

Pada tahun 1135 M tepatnya pada pemerintahan Jayabaya Kerajaan Kediri berhasil menaklukkan Kerajaan Jenggala. Pada masa inilah juga Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya, hal itu dibuktikan dengan perluasan wilayah pada saat Jayabaya berkuasa. 

Perekonomian Kerajaan Kediri ditopang oleh pertanian dan perdagangan. Dalam hal pertanian Kerajaan Kediri merupakan penghasil beras pada masanya. Hal itu terjadi karena Kediri memiliki lahan pertanian yang subur dan menghasilkan banyak padi disekitar sungai Brantas. Dalam perdagangan Kerajaan Kediri banyak memperdagangkan barang-barang seperti hasil pertanian terutama beras, emas, perak, kayu Cendana, daging dan gerabah.

Sektor perdagangannya dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas menuju kota pelabuhan yang disebut Ujung Galuh. Berkat pelabuhan Ujung Galuh kegiatan perdagangan Kerajaan Kediri sangat maju dan memiliki peran penting dalam kegiatan perdagangan di Asia. Disebutkan pula oleh catatan-catatan dari Cina bahwa Kerajaan Kediri menggunakan koin emas sebagai alat pembayaran dan menerapkan sistem pajak salah satunya pajak bumi. 

Pada masa pemerintahan Kertajaya, terjadi konflik antara Kertajaya dan kaum brahmana. Konflik itu dilatarbelakangi oleh penolakan kaum brahmana terhadap ambisi Kertajaya yang ingin disembah oleh brahmana Hindu dan Budha di Kerajaan Kediri. Hal itu kemudian membuat Kertajaya marah dan berbuat hal buruk kepada para brahmana.

Para brahmana kemudian kabur dari Kediri meminta perlindungan ke Tumapel. Sesampainya di Tumapel, para brahmana berkomplot dengan Ken Arok untuk melakukan perlawanan terhadap Kerajaan Kediri. Setelah itu Tumapel menyatakan merdeka dari Kerajaan Kediri dan Ken Arok dinobatkan sebagai raja. Akibat hal itu Kertajaya marah dan mengirim pasukan ke Tumapel namun pasukan yang ia kirim gagal. Kemudian Ken Arok bersama para brahmana melakukan serangan balik dan berhasil membunuh Kertajaya, akhirnya tumbanglah Kerajaan Kediri ditangan Ken Arok.

Peninggalan Kerajaan Kediri
• Prasasti:
- Prasasti Sirah Keting (1140 M)
- Prasasti Ngantang (1135 M)
- Prasasti Jaring (1181 M)
- Prasasti Kamulan (1194 M)
- Prasasti Tulungagung dan Kertosono

• Candi:
- Candi Penataran
- Candi Mirigambar
- Candi Tondowongso
- Candi Gurah
- Candi Tuban

• Kitab peninggalan
- Kitab Negarakertagama
- Kitab Sutasoma
- Kitab Arjunawiwaha
- Kitab Kunjarakarna
- Kitab Parhayajna
- Kitab Prapanca
- Kitab Sundayana
- Kitab Sarandaka
- Kitab Ranggalawe
- Kitab Usana Jawa
- Kitab Usana Bali

• Karya Sastra
- Kakawin Bharatayudha karya Empu Sedah dan Empu Panuluh
- Kitab Kresnayana karangan Empu Triguna
- Kitab Sumarasantaka karangan Empu Monaguna
- Kitab Hariwangsa dan Gatotkacasrya oleh Empu Panuluh
- Kitab Smaradhahana karya Empu Dharmaja
- Kitab Lubdaka dan Kitab Wartasancaya karya Empu Tan Akung

11. Kerajaan Singasari
Sejarah Kerajaan Singasari tidak lepas dari kisah Ken Arok. Ken Arok pada awalnya hanya seorang ajudan dari Tunggul Ametung,  Tunggul Ametung merupakan seorang penguasa negri bawahan Kediri. Ken Arok singkat cerita membunuh Tunggul Ametung menggunakan keris Mpu Gandring. 

Setelah berhasil membunuh Tunggul Ametung Ken Arok kemudian menikahi Ken Dedes yang merupakan istri dari Tunggul Ametung. Setelah penguasa Tumapel, kemudian Ken Arok bersama para brahmana melakukan pemberontakan terhadap Kertajaya. Setelah berhasil mengalahkan Kertajaya,  Ken Arok kemudian memindahkan pusat pemerintahan di Kutaraja dan berdirilah Kerajaan Singasari pada tahun 1222 M.

Daftar raja dari Kerajaan Singasari:
- Ken Arok (1222-1227 M)
- Anusapati (1227-1248 M)
- Tohjaya (1248 M)
- Wisnuwardana (1248-1272 M)
- Kertanegara (1272-1292 M)

Kerajaan Singasari berhasil mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Kertanegara. Hal itu dibuktikan dengan perluasan wilayah, seperti Jawa, Madura, Bali, Nusa tenggara, sebagian Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan semenanjung Malaya. Pada masa kekuasaannya sektor perdagangan dan pelayaran berkembang pesat. Komoditas yang diperdagangkan adalah beras, emas, kayu Cendana dan rempah-rempah. Pada masa ini juga Singasari berhasil menguasai jalur perdagangan Malaka hingga Kepulauan Maluku. 

Suatu ketika datanglah seorang utusan dari Dinasti Yuan bernama meng Chi yang ditemani oleh beberapa pasukan dari Dinasti Yuan ke Singasari pada tahun 1289 M. Meng Chi diperintahkan oleh Kubilai Khan untuk menyampaikan surat kepada Kertanegara, isi surat tersebut memerintahkan Kertanegara untuk tunduk dibawah kekuasaan Dinasti Yuan. Setelah mengetahui isi surat dari Kubilai Khan Kertanegara marah dan memotong salah satu telinga Meng Chi. Kemudian mengusir Meng Chi keluar dari istana. 

Meng Chi kembali menghadap Kubilai Khan. Mendengar penolakan Kertanegara dan melihat telinga Meng Chi yang dipotong, Kubilai Khan marah dan memerintahkan pasukannya untuk melakukan serangan ke Singasari. Kertanegara sebenarnya mulai cemas apabila pasukan Kubilai Khan menyerang Kerajaan Singasari. Oleh karena itu ia mempersiapkan armada lautnya untuk memperkuat pertahanan di pesisir pantai dan meminta sekutunya untuk tidak memberikan bantuan sedikitpun kepada pasukan Kubilai Khan. 

Beberapa tahun kemudian, pasukan Jayakatwang yang merupakan Adipati Kediri dan salah satu menantu dari Kertanegara melakukan pemberontakan. Pemberontakan tersebut dilatarbelakangi balas dendam Jayakatwang karena leluhurnya telah dibantai oleh Ken Arok. Setelah terbunuhnya Kertanegara berakhirlah Kerajaan Singasari dan bangkitnya Kerajaan Kediri dibawah kekuasaan Jayakatwang. 

Peninggalan Kerajaan Singasari:
• Candi:
- Candi Singasari
- Candi Jawi 
- Candi Kidal
- Candi Sumberawan 
- Candi Jago
- Candi Kangenan
- Candi Katang Lumbang

• Prasasti: 
- Prasasti Maribong
- Prasasti Mula Malurung
- Prasasti Padang Roco
- Prasasti Wurare

• Arca:
- Arca Amoghapasa
- Arca Anusapati
- Arca Dwarapala
- Arca Joko Dolog
- Arca Ken Dedes
- Arca Wisnu Wardhana

12. Kerajaan Majapahit
Saat terjadi pemberontakan oleh Jayakatwang, Raden Wijaya melarikan diri bersama istri dan sisa-sisa pasukannya ke Madura untuk menemui penguasa Madura bernama Adipati Wirajaya. Sesampainya di Madura, Adipati Wirajaya menyarankan agar Raden Wijaya menyerahkan diri ke Jayakatwang. 

Pergilah Raden Wijaya menyerahkan diri ke Jayakatwang dan bersedia tunduk dibawah kekuasaannya. Jayakatwang akhirnya mengampuninya beserta istri dan pengikutnya. Kemudian Jayakatwang memberikan sebidang tanah di daerah tarik (sekitar Mojokerto sekarang) kepada Raden Wijaya karena sudah tunduk dibawah kekuasaannya. Disitulah Raden Wijaya menghimpun kekuatan untuk melawan balik Jayakatwang.

Bersamaan dengan hal itu, Raden Wijaya mendengar bahwa pasukan Kubilai Khan sudah datang untuk menyerang Kertanegara yang dibunuh oleh Jayakatwang . Raden Wijaya memanfaatkan kedatangan pasukan Kubilai Khan untuk menyerang Jayakatwang, pasukan Kubilai Khan mengira bahwa sekarang yang berkuasa masih Kertanegara, padahal Kertanegara sudah meninggal.

Singkat cerita pasukan Kubilai Khan dan Raden Wijaya beserta pasukannya menyerang Jayakatwang. Dalam penyerangan tersebut Jayakatwang tewas dan berakhirlah Kerajaan Kediri yang dikuasai oleh Jayakatwang. Saat pasukan Kubilai Khan lengah, Raden Wijaya memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang pasukan Kubilai Khan yang tersisa hingga pasukan tersebut kocar-kacir. Setelah berhasil mengalahkan pasukan Kubilai Khan kemudian Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit pada tahun 1293 M dengan pusat pemerintahan di wilayah tarik. 

Daftar raja Kerajaan Majapahit:
- Raden Wijaya (1293-1309 M)
- Jayanagara (1309-1328 M)
- Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350 M) 
- Hayam Wuruk (1350-1389 M) 
- Wikramawardana (1389-1429 M)
- Suhita (1429-1447 M)
- Kertawijaya/Brawijaya I (1447-1451 M)
- Rajasawardhana/Brawijaya ll (1451-1453 M)
- Girishawardhana/Brawijaya III (1456-1466 M)
- Suraprabhawa/Brawijaya IV (1466-1468 M)
- Bhre Kertabhumi/Brawijaya V (1468-1474 M) 
- Girindrawardhana/Brawijaya Vl (1474-1498 M)

Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Ia memerintah kerajaan Majapahit dengan tertib dan bijaksana. Selain itu, puncak kejayaan Kerajaan Majapahit tidak lepas dari peran Gajah Mada dalam menekan pemberontakan dan mempersatukan Nusantara.

Mahapatih Gajahmada terkenal dengan Sumpah Palapa. Dalam sumpah tersebut dikatakan bahwa Mahapatih Gajahmada tidak akan berhenti puasa sebelum ia dapat mempersatukan Nusantara. Wilayah-wilayah yang berhasil ditaklukkan Majapahit meliputi, Sumatera, Semenanjung Malaya, sebagian Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura), dan Filipina selatan. 

Semua wilayah tadi merupakan negara vasal Majapahit artinya masih memiliki raja dan pemerintah yang sah hanya saja hubungan luar negeri kerajaan dari wilayah tersebut dibawah naungan Majapahit sementara wilayah inti Majapahit (non vasal) meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Madura. Kejayaan Majapahit tidak terlepas dari kuatnya armada lautnya dibawah komando Mpu Nala. 

Pertanian merupakan sektor ekonomi terpenting Kerajaan Majapahit. Padi, jagung, ubi jalar, dan sayuran merupakan produk pertanian yang banyak ditanam di kerajaan tersebut. Selain itu, pengelolaan perkebunan seperti perkebunan tebu dan kapas juga menjadi sumber pendapatan penting di Kerajaan Majapahit. 

Letak strategis Kerajaan Majapahit menjadikannya pusat perdagangan antara Jawa dan negara lainnya, seperti India, Cina dan Arab. Beberapa barang yang diperdagangkan Majapahit antara lain rempah-rempah, kain sutera, logam mulia, dan barang-barang kerajinan tangan. 

Raja Majapahit memberlakukan sistem pajak pada penduduk, hal itu bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan keamanan Kerajaan. Pajak yang diterapkan oleh Majapahit seperti pajak tanah, pajak perdagangan dan pajak kepemilikan tanah. Pajak yang terkumpul digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur, proyek militer, dan proyek lain yang bermanfaat bagi penduduk.

Pertukangan dan kerajinan juga menjadi salah satu sektor ekonomi yang berkembang di kerajaan Majapahit. Beberapa kerajinan yang dihasilkan antara lain perhiasan, keramik, batik dan senjata tradisional seperti keris. Produk-produk ini dijual di dalam Kerajaan dan diekspor ke negara-negara tetangga.

Sepeninggal Hayam Wuruk terjadi perang saudara yang dikenal dengan perang paregreg antara tahun 1401-1406 M. Perang tersebut terjadi karena perebutan tahta sepeninggal Hayam Wuruk antara Wikramawardhana yang merupakan menantu Hayam Wuruk dan Bhre Wirabhumi penguasa Blambangan yang merupakan anak dari Hayam Wuruk dan selirnya. Dalam pertempuran tersebut Wikramawardhana menang dan terbunuhlah Bhre Wirabhumi ditangan Minak Jinggo.

Walaupun menang Majapahit mengalami kerugian diantaranya:
- melemahnya Majapahit dan lepasnya beberapa negara vasal di luar Jawa 
- memberikan ganti rugi kepada rombongan Ceng Ho yang sedang berada di istana timur sebanyak 170 orang Tionghoa ikut menjadi korban saat kematian Bhre Wirabhumi sebanyak 60.000 tahil, meski pada akhirnya kaisar Yung Lo membebaskan Majapahit dari ganti rugi tersebut.

Pada tahun 1468, Bhre Kertabhumi memberontak terhadap Suraprabhawa, adik Rajasawardhana, karena ia adalah putra Rajasawardhana yang merasa lebih berhak atas tahta Majapahit daripada pamannya. Berakhirlah pemerintahan Suraprabhawa berakhir pada tahun 1468. Kemudian keluarga dari Suraprabhawa melarikan diri ke daerah keling, Kediri untuk mengumpulkan kekuatan untuk mengalahkan Bhre Kertabhumi.

Setelah berhasil mengumpulkan kekuatan, salah satu dari keluarga Suraprabhawa yakni Girindrawardana pemberontakan terhadap Suraprabhawa pada 1474. Dalam pemberontakan tersebut ia berhasil mengalahkan Suraprabhawa. Untuk menyelamatkan ayahnya Raden Fatah kemudian mengirim pasukan ke Majapahit namun terlambat bahkan pasukannya dibawah Sunan Ngundung dapat dipukul mundur oleh Majapahit.

Girindrawardana kemudian memindahkan ibukota Kerajaan ke Kediri dengan gelar Brawijaya Vl untuk mendapatkan legitimasi kekuasaan dari rakyat. Namun Girindrawardana justru dikudeta oleh patihnya sendiri bernama Patih Udara. Kemudian Patih Udara menjadi raja dan bergelar Brawijaya Vll. Perang kembali berkecamuk saat Majapahit meminta bantuan Portugis untuk mengalahkan Demak. Akhirnya pada tahun 1527 pasukan Demak menyerang Majapahit dan berhasil menghancurkan ibukotanya. Hal ini menandakan berakhirnya Kerajaan Majapahit. 

Peninggalan Kerajaan Majapahit:
• Candi:
- Candi Brahu
- Candi Tikus
- Candi Surawana
- Candi Minak Jinggo
- Candi Kedaton
Dsb

• Gapura:
Gapura Bajang Ratu dan Wringin Lawang

• Karya Sastra
- Kitab Negarakertagama
- Kitab Sutasoma
- Kitab Pararaton
- Kitab Arjunawijaya 
Dsb

• Prasasti:
- Prasasti Kudadu (1294 M)
- Prasasti Sukamerta (1296 M)
- Prasasti Prapancasarapura (1320 M)
- Prasasti Parung (1350 M)
- Prasasti Singhasari (1351 M)
Dsb

• Situs:
Situs kumitir dan situs Trowulan

• Senjata api:
Meriam Cetbang 
(Pada masa Majapahit sudah mengenal senjata api) untuk sejarah meriam cetbang in syaa Allah kita bahas lain waktu. 

D. Pengaruh agama Hindu dan Budha pada masyarakat Indonesia 
1. Pemerintahan
Sebelum agama dan kebudayaan Hindu-Buddha datang ke Indonesia, masyarakat Indonesia belum mengenal sistem pemerintahan. Waktu itu masih dipimpin oleh kepala suku yang dipilih oleh masyarakat. Seorang kepala suku mengetahui adat istiadat dan pemujaan terhadap nenek moyang. 

Kepala suku juga disebut sebagai wakil dari nenek moyang. Kepala suku memiliki kewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesejahteraan masyarakatnya. Sebab itu setiap perintah dan larangannya ditaati oleh masyarakatnya. Pada masa Hindu-Budha jabatan kepala suku digantikan oleh raja dan kedudukan raja tidak dipilih oleh masyarakat tetapi diturunkan secara turun-temurun. Raja juga dianggap sebagai keturunan dewa dan puncak dari segala hal dalam pemerintahan.

2. Sosial kemasyarakatan
Dalam sistem sosial Hindu dan Budha, peran dan fungsi sosial anggota masyarakat dikelompokkan berdasarkan kastanya. Seperti golongan brahmana (pendeta), golongan ksatria (bangsawan dan prajurit), golongan waisya (pedagang, petani dan nelayan) dan golongan sudra (buruh, budak dan pembantu).

3. Kepercayaan
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa masyarakat Indonesia telah menganut animisme dan dinamisme. Namun, lama-kelamaan akibat pengaruh dari kebudayaan dan agama Hindu-Budha masyarakat Indonesia menganut agama Hindu-Budha.

4. Seni bangunan
Pengaruh Hindu-Buddha terlihat paling jelas secara fisik pada bangunan candi. Dimana candi merupakan bangunan yang sebagian besar dibangun pada masa pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha. Candi memiliki arti atau bentuk bangunan yang berbeda-beda, misalnya candi yang berfungsi sebagai tempat pemujaan dan makam, candi pemandian suci (parthirtan).

5. Bahasa dan tulisan
Pengaruh agama Hindu dan Budha telah mengantarkan masyarakat Indonesia mengenal tulisan atau masa sejarah . Budaya menulis menggunakan bahasa Sanskerta dan aksara Palawa. Dalam perkembangannya, aksara Palawa menjadi dasar bagi aksara Indonesia lainnya seperti aksara Kawi, aksara Jawa Kuno, aksara Bali Kuno, aksara Lampung, aksara Batak, dan aksara Bugis Makassar. Namun, bahasa sansekerta mengalami perkembangan karena hanya dipakai dilingkungan istana dan hanya para brahmana yang menggunakannya. 

6. Sastra
Dalam perkembangannya, budaya tulisan karya sastra berupa kitab yang ditulis oleh para pujangga. Kitab tersebut berisi kisah-kisah kepahlawanan seperti Ramayana dan Mahabharata, catatan sejarah bahkan mitos. 

Penulis: Maulana Aditia 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengamalkan Pancasila dan UUD 1945

Menjauhi minuman keras, judi dan pertengkaran