Pengaruh ibadah terhadap kesehatan mental seseorang


Sebagian orang menganggap ibadah sebagai beban yang berat dan menghalanginya melakukan berbagai aktivitas dalam hidupnya. Anggapan yang salah ini mengarah pada kenyataan bahwa ada orang yang tidak mau mengikat diri atau bebas melakukan berbagai aktivitas sepanjang waktu dan bertindak sesuai keinginannya tanpa kewajiban dan aturan yang mengikat.

Padahal ibadah merupakan kebutuhan setiap orang. Lebih tepatnya merupakan kebutuhan rohani. Kebutuhan rohani adalah Kebutuhan yang tidak terlihat secara nyata namun dapat dirasakan secara batiniah, mampu menghasilkan perasaan kebahagiaan, kegembiraan, keringanan, dan sejenisnya. Lalu apa pengertian dari ibadah? Apa tujuan ibadah? Apa saja macam-macam ibadah? Bagaimana ibadah mempunyai pengaruh terhadap kesehatan mental seseorang? Itu semua akan kita bahas disini.

A. Pengertian ibadah
Di dalam Al-Qur'an, kata ibadah berarti patuh (at-tâ'ah), tunduk (al-khudu), mengikut, menurut, dan doa. Ibadah, secara etimologi memiliki arti merendahkan diri dan tunduk. Sedangkan secara terminologi ada berbagai definisi untuk ibadah, namun inti dan maksudnya tetap sama. 

Menurut KBBI, Ibadah adalah ungkapan ketaqwaan kepada Allah yang didasari dengan mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam Islam, ibadah berarti ketaatan, ketundukan, dan pengabdian kepada Allah. Jadi dapat disimpulkan bahwa Ibadah adalah sebutan untuk segala sesuatu yang disukai dan diridhai Allah, baik perkataan maupun perbuatan, baik lahir maupun batin. 

B. Tujuan ibadah
Tujuan beribadah adalah untuk ridha Allah dan mencari pahala-Nya di akhirat. Ibadah juga merupakan salah satu cara untuk mensucikan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah. Melalui ibadah, umat Islam dapat membangun hubungan yang kuat dengan Allah dan mencari bimbingan serta perlindungan-Nya dalam segala bidang kehidupan mereka.

Ibadah juga mempunyai tujuan khusus diantaranya adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikannya kepada kita dalam setiap aspek kehidupannya, untuk memenuhi tujuan penciptaan yaitu beribadah kepada Allah dan mengembangkan karakter dan nilai moral yang baik. Selain itu, tujuan manusia diciptakan oleh Allah semata-mata hanya untuk beribadah kepadanya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur'an yang berbunyi:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya:"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."(QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)

C. Prinsip-prinsip ibadah
Ibadah yang diperintahkan Allah dibangun di atas landasan yang kuat, yaitu: 

1. Niat beribadah hanya kepada Allah.
2. Ibadah yang tulus ditunjuk kepada Allah semata tanpa ada rasa ingin mendapatkan pujian dari manusia. Jika terdapat sedikit pun niat untuk beribadah bukan semata-mata karena Allah, tetapi karena hal lain seperti riya' atau keinginan untuk dipuji oleh orang lain, maka ibadah tersebut menjadi rusak. 
3. Perlunya menjadikan Rasulullah sebagai teladan dan pemimpin dalam beribadah.
4. Ibadah memiliki batasan kadar dan waktu yang tidak boleh melebihi. 
5. ibadah harus didasarkan pada cinta, taat, takut, dan pengharapan kepada Allah. 
6. Beribadah dengan seimbang antara dunia akhirat berarti tidak hanya berfokus pada kehidupan akhirat saja, tetapi juga tidak mengabaikan kehidupan dunia sebagai jalan menuju ibadah kepada Allah. 
7. Ibadah tetap menjadi kewajiban manusia sejak mencapai baligh dengan akal yang sehat hingga akhir hayatnya di dunia. 

Ibadah dapat diterima apabila memenuhi syarat berikut ini:

1. Ikhlas beribadah hanya untuk Allah dan menjauhkan diri dari syirik kepada-Nya adalah suatu keharusan. 
2. Dijalankan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah dan diajarkan oleh Rasulullah serta meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an yang berbunyi:

بَلٰى مَنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهٗۤ اَجْرُهٗ عِنْدَ رَبِّهٖ ۖ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

Artinya: "Tidak! Barang siapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."
(QS. Al-Baqarah surah ke 2: Ayat 112)

D. Macam-macam ibadah
1. Secara umum
Jenis ibadah terbagi menjadi dua secara umum yakni:

a. Ibadah Mahdah
Ibadah mahdah adalah suatu bentuk ibadah khusus yang berupa amalan atau perbuatan yang menyambungkan hamba dengan Allah sebagaimana yang telah ditetapkan dan diatur atau dicontohkan oleh Rasulullah. Oleh karena itu kegiatan dan bentuk ibadahnya sangat ketat yaitu harus dilakukan sesuai dengan contoh dari Rasulullah, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji.
b. Ibadah Ghairu Mahdah 
Ibadah ghairu mahdah ialah ibadah yang meliputi hubungan antara manusia dan alam, yang memiliki nilai ibadah yang umum. Ibadah ini tidak memiliki cara atau syarat yang ditentukan secara rinci, melainkan diserahkan sepenuhnya kepada manusia. Misalnya menolong fakir miskin, mencari nafkah, bertetangga, bernegara, saling membantu sesama dan sebagainya.

2. Berdasarkan segi pelaksanaannya
Ibadah dari segi pelaksanaannya dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yakni: 

a. Ibadah jasmaniah-ruhaniah 
Ibadah jasmaniah-ruhaniah adalah perpaduan antara ibadah jasmani dan rohani seperti shalat dan puasa.
b. Ibadah ruhaniah-maliah
Ibadah ruhaniah-maliah adalah perpaduan ibadah rohaniah dan harta, seperti zakat.
c. Ibadah jamaniah-ruhaniah-mâliyah
Ibadah jamaniah-ruhaniah-mâliyah adalah ibadah yang menyatukan ketiganya contohnya ibadah haji. 

3. Berdasarkan segi bentuknya
Berdasarkan segi bentuknya dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis, yakni:

a. Ibadah dalam bentuk perkataan, seperti zikir, doa, tahmid, dan membaca Al-Qur'an.
b. Ibadah dalam bentuk perbuatan, seperti membantu atau menolong orang lain, jihad, dan mengurus jenazah.
c. Ibadah berupa pekerjaan yang ditentukan, seperti shalat, puasa, zakat dan haji.
d. Ibadah yang tata cara pelaksanaannya bersifat pengendalian diri, seperti puasa, iktikaf, dan ihram.
e. Ibadah berupa pengguguran hak, seperti memaafkan orang yang berbuat salah dan membebaskan orang yang berhutang uang.

4. Berdasarkan kepentingannya
Berdasarkan kepentingannya, ibadah dibagi menjadi dua yakni: 

a. Kepentingan fardi (perorangan) seperti salat.
b. Kepentingan ijtima` (masyarakat) seperti zakat dan haji.

Dalam ajaran Islam, terdapat bentuk ibadah yang paling utama di mata Allah. Rasulullah menjelaskan ibadah ini dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh sahabatnya Abdullah Ibnu Mas'ud. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits, 

"Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , 'Amalan apakah yang paling dicintai Allah?' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Shalat pada waktunya." Aku (Abdullah bin Mas'ud) mengatakan, 'Kemudian apa lagi?' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Berbakti kepada dua orang tua." Aku bertanya lagi, 'Lalu apa lagi?' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Jihad di jalan Allâh." (HR Bukhari).

Rasulullah kembali menekankan pentingnya shalat dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik. Hadits ini dikutip dari buku Yang Disenangi Rasulullah dan yang Tak Disukai karya Adnan Tharsyah karya Adnan Tharsyah. Hadits tersebut berbunyi:

"Telah dijadikan bumi untukku sebagai tempat bersujud dan bersuci. Maka barangsiapa dari umatku yang mengetahui datangnya waktu sholat, hendaklah dia segera sholat." (HR Bukhari).

E. Pengaruh ibadah terhadap kesehatan mental seseorang
Hubungan antara agama dan kesehatan mental telah menarik minat banyak peneliti. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa agama dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental, sementara penelitian lainnya menunjukkan bahwa agama dapat memberikan dampak negatif.

Menurut penelitian, orang yang memahami dan mengamalkan agama umumnya memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Penelitian lain menunjukkan bahwa praktik spiritual seperti doa dapat menjadi cara untuk mencapai kesehatan mental yang sejati. 

Agama dapat membantu manusia menjaga fitrah (sifat bawaan) dan menjaga kesehatan jiwa. Ibadah dapat menjadi salah satu cara untuk menenangkan jiwa dan mencapai relaksasi spiritual. Beberapa psikolog berpendapat bahwa agama dapat memberikan efek positif pada kesehatan mental dengan memberikan rasa makna dan tujuan hidup

Namun, beberapa peneliti berpendapat bahwa agama dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental dengan mendorong rasa bersalah, kecemasan, dan emosi negatif lainnya. Penting untuk dicatat bahwa kesehatan mental adalah masalah yang kompleks dan tidak dapat dikaitkan hanya dengan praktik keagamaan. Faktor lain seperti genetika, lingkungan dan pengalaman hidup juga dapat mempengaruhi kesehatan mental

F. Jenis-jenis ibadah yang dapat 
mempengaruhi kesehatan mental seseorang
Berikut beberapa jenis ibadah yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang:

1. Shalat
Shalat dianggap sebagai ibadah strategis yang dapat membantu orang rileks dan mencapai ketenangan pikiran. Hal ini juga dapat membantu orang menjaga fitrahnya (sifat bawaan) dan menjaga kesehatan mental.

2. Latihan spiritual
Latihan spiritual seperti doa dapat menjadi cara untuk mencapai kesehatan mental yang sejati. Amalan tersebut dapat memberikan rasa makna dan tujuan hidup, yang dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan jiwa, membantu manusia menjaga fitrah (sifat alamiah) dan menjaga kesehatan jiwa.

3. Dzikir
Dzikir atau mengingat Allah dapat membantu orang mencapai relaksasi mental dan kedamaian. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an yang berbunyi:

أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

Artinya: “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”(QS. Ar-Rad surah ke 13: ayat 28)

4. Membaca dan mempelajari teks agama
Membaca dan mempelajari teks agama (seperti Al-Qur'an) dapat memberikan bimbingan dan arahan dalam hidup, sehingga dapat memberikan efek positif bagi kesehatan mental.

5. Berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan.
Berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan, seperti pertemuan keagamaan dan kegiatan amal, dapat memberikan rasa kebersamaan dan rasa memiliki, yang dapat berdampak positif pada kesehatan mental. Penting untuk dicatat bahwa dampak ibadah jenis ini terhadap kesehatan mental dapat bervariasi tergantung pada perbedaan individu dan faktor lain yang mempengaruhi kesehatan mental.

Kesimpulan
Hubungan antara agama dan kesehatan mental merupakan isu kompleks yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa agama dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental, penelitian lain menunjukkan bahwa agama dapat memberikan dampak negatif.

Meskipun demikian, kita harus tetap beribadah. Mengapa demikian? Karena ibadah merupakan sebuah bentuk penghambaan seorang manusia kepada Tuhan-nya dan sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah. Mungkin ini saja yang dapat penulis sampaikan. 

Disini penulis tidak bermaksud menyinggung siapapun dan pihak manapun. Selain itu, penulis tidak bermaksud merendahkan kesakralan ibadah itu sendiri. Sekian dari penulis, kurang lebihnya mohon maaf. Terimakasih telah berkunjung di blog penulis

Penulis: Maulana Aditia 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jauhi suudzon dan tingkatkan husnudzon

Damaskus sebagai pusat peradaban Islam di Timur

Cahaya Islam di tanah Andalusia