Damaskus sebagai pusat peradaban Islam di Timur


Damaskus adalah ibu kota dan kota terbesar di Suriah. Kota ini merupakan salah satu kota tertua yang terus dihuni di dunia, selain Al-Fayyum dan Gaziantep. Populasinya saat ini sekitar 3,67 juta orang. Umat Islam pernah berjaya pada masa Bani Umayyah di Damaskus 661-750 M. Pada saat yang sama, seluruh dunia terutama di Eropa sedang berada dalam masa kelam. Bagaimana sejarahnya? Mari kita bahas bersama!

A. Sejarah Bani Umayyah di Damaskus
Setelah masa Khulafaur Rasyidin, berdirilah sebuah dinasti yang bernama Bani Umayyah yang didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab pada tahun 661 M sekaligus sebagai khalifah pertama Bani Umayyah di Damaskus. Mu'awiyah memindahkan pusat pemerintahan pada masa Khulafaur Rasyidin dari Madinah ke Damaskus.  Keturunan dari Mu'awiyah disebut dengan Bani Umayyah. 

Mu'awiyah bin Abu Sufyan berhasil mendirikan dinasti ini bukan karena kemenangan diplomasi Perang Siffin. Namun, dia punya ide kuat untuk membangun masa depan. Dia didukung oleh Bani Umayyah dan rakyat Suriah. Mu'awiyah bin Abi Sufyan dianggap sebagai negarawan sejati. Dia dapat bertindak sebagai administrator yang cerdas. Para pejabatnya diberikan jabatan sesuai dengan kemampuannya. Pada awal pemerintahan Mu'awiyah, wilayah kekuasaannya diperluas hingga ke India dengan mengutus Mullahab bin Abu Sufrah.

Berikut merupakan khalifah dari Bani Umayyah: 
- Mu'awiyah bin Abu Sufyan (661-680 M/41-60 H)
- Yazid bin Mu'awiyah (680-683 M/60-64 H)
- Mu'awiyah bin Yazid (683-684 M/64 H)
- Marwan bin Hakam (684-685 M/64-65 H)
- Abdul Malik bin Marwan (685-705M/65-86 H)
- Al-Walid bin Abdul Malik (705-715M/86-96 H)
- Sulaiman bin Abdul Malik (715-717 M/96-99 H)
- Umar bin Abdul Aziz (717-720 M/99-101 H)
- Yazid bin Abdul Malik (720-724 M/101-105 H)
- Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M/105-125 H)
- Al-Walid bin Yazid (743-744 M/125-126 H)
- Ibrahim bin Al-Walid (744 M/126-127)
- Marwan bin Muhammad (744-750 M/127-132 H)

Pada masa pemerintahan Mu'awiyah bin Abu Sufyan pernah melakukan pengepungan terhadap Konstantinopel namun dapat ditarik mundur. Selain itu, ia juga mendirikan lembaga dan departemen seperti al-katib, al-hajib dan diwan dapat terbentuk di ibukota. Lembaga al-katib terdiri atas katib al-rasa'il (sekertaris negara), katib al-kharaj (sekertaris pendapatan negara), katib al-jund (sekertaris militer), katib al-syurthah (sekertaris kepolisian) dan sekertaris kadi (panitera). 

Para katib bertugas mengelola administrasi negara secara rapih dan baik untuk terwujudnya kemaslahatan. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah yang luas dibagi menjadi beberapa provinsi yang oleh gubernur (wali atau amir) yang dilantik oleh Khalifah. Gubernur, hajib (kepala rumah tangga istana dan pejabat-pejabat seperti shahib al-kharaj (pejabat pendapatan), shahib syurthah (pejabat kepolisian) dan kadi (hakim atau kepala keagamaan) didampingi oleh katib (sekertaris). 

Kadi dan pejabat pendapatan dilantik oleh khalifah dan bertanggung jawab kepadanya secara langsung. Hajib memegang tugas sebagai pengaturan pejabat atau siapa saja yang ingin bertemu dengan khalifah. Lembaga al-syurthah mempunyai tugas mengelola pemeliharaan keamanan masyarakat. Selain itu, dibentuk pula diwan  
(departemen) yakni:

1.) Diwan al-rasa'il yaitu suatu departemen yang mengurusi surat-surat kenegaraan yang dikirim oleh khalifah kepada gubernur atau menerima surat dari gubernur.
2.) Diwan al-khatam yaitu suatu departemen yang mencatat dan menyalin semua keputusan khalifah, perintah pemerintah yang dikirim ke daerah.
3.) Diwan al-kharaj yaitu suatu departemen yang mengelola pendapatan negara.
4.) Diwan al-barid yaitu sebuah layanan pos dan pengiriman informasi dari pusat ke daerah maupun sebaliknya.
5.) Diwan al-jund yaitu suatu departemen yang mempunyai tugas mengorganisasi militer.

Mu'awiyah bin Abu Sufyan mendirikan layanan pos dan tempat-tempat tertentu, menyediakan kuda yang dilengkapi dengan peralatan yang lengkap disepanjang jalan. Angkatan bersenjata berusaha ditertibkan dan mencetak uang logam dengan ukiran kepala mirip gambar kepala kaisar Bizantium ataupun Persia di daerah Iliya, Palestina. Pada masanya pajak ditetapkan 2,5% pajak dari pendapatan. Hal ini hampir sama dengan zakat penghasilan pada zaman sekarang. 

Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan kondisi dalam negeri aman semua masalah dapat teratasi.  Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, mata uang Bizantium dan Persia yang digunakan di wilayah kekuasaan Islam diganti dengan uang yang dicetak sendiri pada tahun 659 M dengan menggunakan kata-kata tulisan arab dan diakhiri dengan angka 77 H. Ia berhasil memperbaiki administrasi pemerintahan dan memperkenalkan bahasa Arab sebagai bahasa administrasi negara Islam.

Pada masa pemerintahan Al-Walid kemajuan peradaban dapat tercapai khususnya pada bidang politik. Pada masa pemerintahannya, berhasil memperluas wilayah ke Afrika Utara dan Andalusia (Spanyol). Kegigihan dan keberanian panglima perang Musa bin Nushair mampu membuka peluang perluasan wilayah dengan mengirimkan Thariq bin Ziyad untuk menaklukkan Andalusia. 
Pada tahun 711, Thariq bin Ziyad berhasil menaklukkan selat antara Afrika dan Spanyol yaitu Selat Gibraltar. 

Pasukan Thariq bin Ziyad berhasil mengalahkan tentara Spanyol pada pertempuran tersebut dan Cordoba sebagai ibukota Spanyol berhasil diduduki dengan cepat. Kota-kota lain seperti Sevilla, Elvira dan Toledo berhasil dikuasai juga. Akhirnya Andalusia dapat ditaklukan oleh Bani Umayyah. Pada masa pemerintahannya juga dibangun panti-panti untuk orang cacat dan pekerjanya digaji secara tetap oleh negara. Al-Walid juga dibangun jalan raya yang menghubungkan antar daerah, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.

Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, dilakukan perluasan wilayah ke Prancis melalui Pegunungan Pirenia yang dipimpin oleh Abdullah Al-Ghafiqi. Dengan keberhasilan perluasan wilayah ke beberapa daerah baik timur maupun barat wilayah kekuasaan Bani Umayyah meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arab, sebagian Asia kecil, Persia, Afghanistan, Pakistan, Turkmenistan dan Kirgistan.


Wilayah kekuasaan Bani Umayyah pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz juga mempunyai kebijakan pemerintahan yang mendukung pada kemajuan. Ia memerintahkan pengumpulan hadits. Selain itu, ia mendamaikan Mu'awiyah, Khawarij dan Syiah. Gubernur mendapatkan kenaikan gaji. Memberikan santunan kepada fakir miskin sebagai pemerataan kemakmuran. Dinas pos diperbarui. Menyamaratakan kedudukan antara orang arab dan non-arab. Pajak dikurangi dan pajak jizyah dihentikan bagi orang yang baru menjadi mualaf.

Pada masa Bani Umayyah juga dibentuk al-qada, al-hisbah, dan al-mazhalim yang merupakan bagian dari pelaksanaan hukum. Al-qada adalah badan yang dipimpin oleh seorang kadi yang bertugas membuat fatwa-fatwa hukum dan  peraturan sesuai dengan Al-Qur'an, Sunnah dan ijtihad. Badan ini bebas dari pengaruh penguasa terutama dalam menerapkan keputusan hukum bagi pejabat atau pejabat yang melakukan pelanggaran. Al-hisbah mempunyai tugas menangani permasalahan kriminal yang perlu diselesaikan. Al-mazhalim mempunyai tugas memeriksa kesahihan dan keadilan putusan hakim oleh kadi. Badan ini merupakan jabatan tertinggi.

Pada masa Bani Umayyah, jalur perdagangan semakin lancar. Basrah dan Aden di Teluk Persia adalah pelabuhan perdagangan yang ramai dan makmur. Perekonomian membaik pada masa-masa awal dinasti itu. Kondisi ini tidak berdampak langsung pada sektor perekonomian. Penataan hukum tersebut dipengaruhi oleh Baitul Mali yang memberikan gaji kepada kadi sebagai jabatan profesional.

Perekonomian terbangun menjadi salah satu pilar utama pada masa Bani Umayyah. Perekonomian bisa diperkuat. Perekonomian yang mapan mampu menumbuhkan masyarakat Islam yang teratur, terutama dari sudut pandang kerukunan antar umat beragama. Keberagaman sosial suatu masyarakat merupakan dampak dari wilayah kekuasaan yang luas. Namun tatanan yang kuat dan terbuka dapat lebih berhasil dikembangkan bagi setiap komunitas sesuai dengan peran pembangunannya.

B. Perkembangan ilmu pengetahuan dan pertumbuhan kebudayaan pada masa Bani Umayyah di Damaskus
Ilmu pengetahuan juga berkembang pada masa Bani Umayyah di Damaskus. Ilmu agama nampaknya mulai berkembang pada masa Bani Umayyah, dimana banyak ulama yang fokus pada kajian ilmu agama seperti tafsir, hadits, dan hukum Islam. Selain itu juga dikembangkan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ilmu agama yaitu ilmu linguistik seperti ilmu Nahwu, bahasa dan sastra.

Imam mazhab yang hidup pada zaman ini ada Imam Abu Hanifah dan Imam Malik bin Anas. Dalam bidang tasawuf terdapat tokoh yang terkenal bernama Hasan Al-Bashri dan Rabi'ah Al-Adawiyyah. Dalam bidang hadits Hasan Al-Bashri, Ibnu Syihab al-Zuhri, Abdullah bin Mas'ud, dan Amir bin Syarahil al-Sya'bi dari Kufah, Irak. Dalam bidang ilmu tafsir Abdullah bin Abbas dari Madinah, Abdullah bin Mas'ud dari Makkah, Sa'ad bin Zubair dan Mujahid (murid Ibnu Abbas). Dalam bidang fikih terdapat tokoh seperti Abdullah bin Abbas dan 'Atha bin Rabbah. 

Pada masa Bani Umayyah, perkembangan pendidikan pada ilmu-ilmu non-agama belum begitu terlihat. Penerjemahan buku dari bahasa non-Arab masih kurang penting. Khalifah masihs sibuk untuk membentuk pemerintahan yang stabil selain membebaskan wilayah-wilayah baru. Tradisi Arab dengan produk syairnya lebih terlihat dibandingkan tradisi ilmiah. Kimia dan kedokteran merupakan disiplin ilmu pertama yang dikembangkan. Ilmuwan yang pertama kali menerjemahkan buku-buku Koptik dan Yunani tentang astrologi, kimia dan kedokteran adalah Khalid.

Dinasti Bani Umayyah memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Mereka menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan keilmuan, termasuk syair, sejarah, perdebatan dan aqidah, serta pembelajaran lainnya. Banyak masjid juga dibangun di daerah taklukan. Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah merupakan pusat penelitian yang sering dikunjungi umat Islam dari berbagai daerah. Pendidikan Islam lebih berkembang dibandingkan sebelumnya. Kajian ilmu pengetahuan yang giat di masjid, kuttab, dan koleksi sastra merupakan tanda perkembangan tersebut.

Dalam hal kebudayaan dapat dilihat dari arsitektur masjid dan bangunan kota. Gaya Persia dan nuansa Islam dipadukan dengan kental disetiap sisi bangunan. Masjid Damaskus merupakan masjid yang dibangun oleh Al-Walid yang dirancang oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Begitu juga, kota baru yang bernama Kairawan yang dibangun oleh Uqbah bin Nafi. Berkat hubungan antara bangsa Arab muslim dan negara taklukkan berdirilah bangunan sebagai monumen terbaik yakni Dome of The Rock di Jerusalem, Palestina.

C. Akhir kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus 
Sepeninggal Umar bin Abdul-Aziz, Yazid bin Abdul Malik kemudian memerintah Bani Umayyah. Masyarakat yang dulunya hidup damai dan tenteram menjadi kacau balau saat itu. Dengan berbagai alasan dan kepentingan etnis politik masyarakat menyatakan konfrontasi dengan pemerintahan Yazid bin Abdul Malik bersifat kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyatnya.

Kerusuhan berlanjut pada masa pemerintahan khalifah berikutnya, Hisyam bin Abdul Malik. Pada periode ini sudah muncul kekuatan baru yang kemudian menjadi tantangan besar bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan ini berasal dari Bani Hasyim yang didukung oleh kelompok Mawali. Padahal Hisyam bin Abdul-Malik sebenarnya adalah khalifah yang kuat dan berpengalaman. Namun ketika gerakan oposisi ini semakin kuat, ia tidak dapat menekannya. Sepeninggal Hisyam bin Abdul Malik, khalifah Bani Umayyah yang muncul tidak hanya lemah, tetapi juga berakhlak buruk. Hal ini memperkuat kelompok oposisi.

Pada masa pemerintahan Marwan bin Muhammad terjadi perpecahan. Saat menjabat sebagai khalifah hampir seluruhnya berfokus menjaga kekuasaan Bani Umayyah salah satunya dari rongrongan Bani Abbasiyah. Hingga akhirnya, kekuasaannya berhasil dikalahkan oleh Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin al Abbas dari Bani Abbasiyah dalam sebuah pertempuran di Sungai Zab. 

Lebih dari 300 anggota keluarganya terbunuh. Marwan sempat melarikan diri ke Mesir untuk menyelamatkan diri. Namun ia tertangkap di sungai Nil dan terbunuh disana. Kematiannya menandakan berakhirnya Bani Umayyah di Damaskus. Namun, Abdurrahman ad-Dakhil berhasil selamat dari pembunuhan keturunan Bani Umayyah. Ia melarikan diri ke Andalusia dan mendirikan pemerintahan Bani Umayyah yang baru disana. 


D. Hikmah yang dapat diambil dari sejarah Bani Umayyah di Damaskus 
Banyak hikmah yang dapat kita ambil jika kita mempelajari perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah, berikut diantaranya:

1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
2. Meneladani semangat dalam menuntut ilmu.
3. Mengembangkan kebudayaan sesuai ajaran Islam.
4. Mempererat persatuan dan kesatuan tanpa membeda-bedakan warna kulit, negara, suku, bangsa dan lain-lain.
5. Mempunyai semangat untuk membela agama, bangsa dan negara.
6. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam mengemban amanah.
7. Meneladani seorang pemimpin yang dicintai oleh rakyatnya.
8. Menumbuhkan semangat cinta terhadap tanah air dan membangun bangsa.

Penutup:
Penulis disini ingin menyampaikan bahwa kemajuan sebuah bangsa dapat dicapai apabila menerapkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, menumbuhkan semangat cinta terhadap tanah air, menumbuhkan sikap persatuan dan kesatuan tanpa memandang suku, budaya, agama, ras, warna kulit dan antar golongan, menumbuhkan semangat dalam menuntut ilmu dan pemimpin yang dapat bertanggungjawab terhadap apa yang diamanahkan kepadanya. Dengan menjalankan apa penulis sebutkan in syaa Allah sebuah bangsa dapat maju. Mungkin ini saja yang dapat penulis sampaikan pada pembahasan kita kali ini. Kuranglebihnya penulis mohon maaf. Sekian dan terimakasih.

Penulis: Maulana Aditia 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cahaya Islam di tanah Andalusia

Jauhi suudzon dan tingkatkan husnudzon