Analisis penyebab kemajuan dan kemunduran peradaban Islam
Pengertian sejarah secara etimologis berasal dari kata Arab syajarah yang berarti “pohon”. Dalam bahasa Inggris, istilah sejarah disebut history yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala alam, khususnya tentang manusia, yang bersifat kronologis. Sedangkan, pengetahuan serupa yang tidak kronologis disebut sains. Sejarah adalah kehidupan manusia yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa tertentu yang disusun secara kronologis.
Kata peradaban merupakan terjemahan dari kata Arab alHadharah. Peradaban merupakan suatu keadaan nyata dalam masyarakat, sehingga dapat dikatakan maju ditinjau dari perkembangan sosialnya, misalnya melihat perkembangan organisasi hukum, institusi politik, sosial dan keagamaan yang kompleks.
Islam sendiri sudah ada sejak zaman Nabi Adam Alaihi Salam. Mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam memiliki keyakinan yang sama namun syariat yang berbeda disesuaikan dengan zamannya. Karena pada waktu itu manusia masih terbagi-bagi berdasarkan kaumnya dan nabinya masing-masing. Namun, pada masa Nabi Muhammad dakwahnya menjadi universal bagi seluruh bangsa dan kaum. Lalu apa yang dimaksud dengan peradaban Islam? Dan bagaimana perkembangannya? Mari kita bahas
A. Pengertian Peradaban Islam.
Peradaban Islam yaitu perkembangan dan tingkat kecerdasan intelektual yang dicapai pada masa pemerintahan Islam sejak zaman Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam hingga saat ini. Peradaban Islam mencakup prestasi yang diraih umat Islam di berbagai bidang seperti sastra, ilmu pengetahuan, dan seni. Kekuatan Islam juga berperan dalam menjaga kehidupan Islam dalam bermasyarakat dan berbangsa.
B. Ciri-ciri Peradaban Islam.
(1.) al-ittishâl baina al-insân wa Allah artinya hubungan manusia dengan Allah.
(2.) al-ittishâl baina al-insân wa al-insân artinya hubungan manusia dengan manusia.
(3.) al-ittishâl baina al-insân wa al-Kaw artinya hubungan manusia dengan jagat raya.
(4.) al-ittishâl baina al-insân wa al-dunyâ artinya hubungan manusia dengan kehidupan dunia.
(5.) al-ittishâl baina al-insân wa al-âkhirah artinya hubungan manusia dengan akhirat.
(6.) Memiliki periodisasi yang mengkaji peristiwa dalam konteks waktu dan tempat dengan menggunakan berbagai kriteria.
(7.) Memiliki sistem teknologi, arsitektur, seni, pemerintahan, dan sains yang canggih dan kompleks.
(8.) Memberdayakan masyarakat dan mendengungkan Islam moderat.
(9) Mempunyai warisan seni dan sastra yang kaya dan beragam.
Ciri-ciri peradaban Islam berbeda-beda tergantung waktu dan tempat. Namun kelima ciri-ciri nomor 1-5 masih relevan dan masih eksis sampai sekarang.
C. Periodisasi Perkembangan Peadaban Islam.
Peradaban Islam mempunyai sejarah yang panjang dan dapat dibagi menjadi beberapa periode. Berikut merupakan periodisasi perkembangan peradaban Islam:
1. Periode Klasik (650-1258 M)
Era ini merupakan era kemajuan, keemasan dan kejayaan Islam. Periode ini dibagi menjadi 2 fase yakni:
a. Fase ekspansi, integrasi dan kemajuan.
Fase ini terjadi antara tahun 650 sampai 1000 M, ketika Islam menyebar lebih luas melalui Afrika Utara hingga Spanyol di Eropa. Islam juga melakukan perjalanan melalui Iran ke India di timur. Pada masa ini, perkembangan ilmu pengetahuan, bahasa, agama dan lainnya mencapai puncaknya. Banyak ulama besar seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hambal lahir pada periode ini.
b. Fase disentegrasi
Fase ini terjadi antara tahun 1000 sampai 1250 Masehi. Pada periode ini kekuasaan Khalifah menurun dan akhirnya Hulagu Khan merebut dan menghancurkan Bagdad pada tahun 1258 M.
2. Periode Pertengahan (1258-1800 M)
Mengalami umat Islam kemunduran kemudian bangkit kembali melalui tiga kerajaan besar. Periode ini terbagi menjadi 2 fase yakni:
a. Fase kemunduran
Fase kemunduran terjadi antara tahun 1250 sampai 1500 Masehi sebagai akibat dari semakin kuatnya desentralisasi dan disintegrasi masyarakat. Perbedaan antara Sunni dan Syiah serta Arab dan Persia semakin terlihat jelas. Dunia Islam terbagi menjadi Arab dan Iran. Arab terdiri dari Arab, Irak, Suriah, Palestina, Mesir, dan Afrika Utara. Sedangkan Iran terdiri dari Balkan, Asia Kecil, Asia Tengah, dan Iran.
b. Fase tiga kerajaan besar
Fase ini terjadi pada 1500 hingga 1800. Pada fase ini banyak berdiri 3 kerajaan besar yakni Kesultanan Turki Usmani di Turki, Dinasti Safawiyah di Iran dan Kekaisaran Mughal di India. Kerajaan Islam yang juga di seluruh dunia, namun tak sebesar 3 kerajaan besar tersebut.
3. Periode modern (1800-Sekarang)
Di era modernisasi perkembangan zaman Islam, masyarakat ingin mengetahui sebab-sebab jatuhnya peradaban Islam. Para tokoh umat Islam juga memikirkan bagaimana cara mengembalikan masa kejayaan Islam. Pada periode ini banyak terjadi perubahan dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi dunia Islam.
D. Penyebab Kemajuan dan Kemunduran.
Peradaban Islam telah mengalami kemajuan dan kemunduran dalam sejarahnya. Faktor-faktor yang menjadi penyebab kemajuan dan kemunduran peradaban Islam adalah sebagai berikut:
1. Penyebab kemajuan peradaban Islam
a.)Konsistensi dan istiqamah umat Islam dalam ajaran Islam
Konsistensi umat Islam dalam mengamalkan ajaran Islam menjadi landasan yang kokoh bagi kemajuan. Hal ini mencerminkan dalam sejarah, di mana umat Islam berhasil menjaga dan memajukan peradabannya dalam rentang waktu yang panjang. Bukti yang mencerminkan kontinuitas praktik keagamaan adalah keberadaan masjid-masjid kuno, kitab-kitab klasik, dan peninggalan arkeologi lainnya.
b.) Islam sebagai agama dakwah dan mencapai keseimbangan dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi
Sifat universalitas Islam mendorong penyebaran agama ini ke seluruh penjuru dunia. Interaksi dengan berbagai budaya menghasilkan pertukaran ilmu pengetahuan dan pemikiran yang memperkaya peradaban Islam. Bukti yang muncul adalah ekspansi agama Islam ke wilayah Afrika Utara, Asia Tengah, dan Spanyol, serta pendirian pusat-pusat pembelajaran Islam di berbagai kota.
c.) Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin atau rahmat seluruh alam
Ajaran Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam mendorong umat Islam untuk memberikan kontribusi positif bagi kemaslahatan umat manusia. Bukti yang menunjukkan pembangunan rumah sakit, panti asuhan, serta berbagai fasilitas umum lainnya ketika masa kejayaan Islam.
d.) Ajaran Islam menjadi penggerak kemajuan umat
Ajaran Islam yang mendorong manusia untuk terus belajar dan berinovasi merupakan faktor kunci dalam menggerakkan kemajuan peradaban. Bukti tersebut mencakup kehadiran sejumlah ilmuwan Muslim yang menghasilkan karya-karya signifikan di berbagai bidang seperti matematika, astronomi, kedokteran, dan filsafat.
e.) Sikap toleransi beragama dan persaudaraan terdapat pada kepribadian umat Islam
Sikap toleransi dan persaudaraan yang diajarkan oleh agama Islam membentuk suasana yang mendukung bagi kemajuan. Bukti yang mendukung hal ini adalah adanya rumah ibadah non-Muslim di wilayah kekuasaan Islam, serta kerjasama yang terjalin antara para ilmuwan Muslim dan non-Muslim.
f.) Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat pada masa Dinasti Abbasiyah
Periode Dinasti Abbasiyah adalah zaman puncak peradaban Islam, yang mencirikan kemajuan yang cepat dalam bidang ilmu pengetahuan. Bukti yang dapat disimak adalah pendirian Baitul Hikmah di Baghdad sebagai pusat penerjemahan dan penelitian.
g.) Adanya semangat dalam mencapai kemajuan di berbagai ilmu pengetahuan
Semangat untuk terus menuntut ilmu dan mengembangkan pengetahuan adalah suatu karakteristik yang melekat pada umat Islam. Bukti tersebut adalah beragamnya karya-karya ilmiah yang dihasilkan oleh para cendekiawan Muslim.
h.) Terinspirasi oleh metode berpikir para filsuf Yunani
Banyak ilmuwan Muslim yang memperoleh banyak pengetahuan dari karya-karya filsuf Yunani. Bukti ini adalah penerjemahan karya-karya Aristoteles, Plato, dan para filsuf Yunani lainnya ke dalam bahasa Arab.
j.) Ada banyak gerakan untuk menerjemahkan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab
Langkah-langkah penerjemahan karya Yunani ke dalam bahasa Arab telah memungkinkan komunitas umat Islam untuk mengakses serta mempelajari pengetahuan yang telah dikembangkan oleh peradaban sebelumnya. Bukti tersebut ialah pendirian Baitul Hikmah serta adanya banyak penerjemah yang bekerja di tempat tersebut.
k.) Terjadi asimilasi antara orang Arab dan bangsa lain
Interaksi antara masyarakat Arab dengan bangsa-bangsa lain telah menghasilkan pertukaran budaya dan pengetahuan yang saling menguntungkan. Bukti tersebut adalah kemunculan berbagai karya seni dan arsitektur yang menggabungkan unsur Islam dengan budaya lokal.
l. Pengembangan budaya Islam secara mandiri
Umat Islam secara mandiri mengembangkan budaya Islam, menciptakan karya seni, sastra, dan arsitektur yang indah dan bernilai tinggi. Bukti yang menunjukkan kejayaan peradaban masa lampau adalah berbagai peninggalan arkeologi seperti Masjid Agung Cordoba, Taj Mahal, dan karya-karya sastra seperti Seribu Satu Malam.
2. Penyebab kemunduran peradaban Islam
Kemunduran peradaban Islam disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Apa sajakah faktor internal dan faktor eksternal penyebab kemunduran peradaban Islam? Berikut ulasannya!
1. Faktor internal penyebab kemunduran peradaban Islam:
a.) Lemahnya otoritas politik baik di Kesultanan maupun Khilafahan
Ketidakstabilan politik dan keamanan terjadi akibat kurangnya keberhasilan kepemimpinan pusat, yang berimplikasi pada terhambatnya perkembangan ekonomi dan sosial. Setelah kejatuhan Dinasti Abbasiyah, kekuasaan Islam terbagi ke dalam berbagai kerajaan kecil. Tiap kerajaan memiliki kepentingan uniknya masing-masing, membuat sulit untuk bersatu dan menghadapi ancaman dari luar.
b.) Pemberontakan dan perpecahan internal yang muncul dari perebutan kekuasaan
Perpecahan internal menyebabkan penurunan energi dan sumber daya umat Islam, sehingga menjadikan mereka rentan terhadap ancaman serangan dari pihak luar. Seringkali terjadi perebutan kekuasaan antara dinasti atau kelompok kepentingan, seperti yang terjadi dalam Perang Saudara di antara Bani Umayyah.
c.) Kemerosotan moral terutama di kalangan penguasa dan pejabat pemerintah
Kemerosotan moral di kalangan para pemimpin berpotensi menular ke masyarakat, yang berakibat pada hilangnya kepercayaan dan dukungan terhadap pemerintah. Banyak catatan sejarah menunjukkan perilaku korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan gaya hidup mewah yang dilakukan oleh para penguasa. Contohnya seperti yang terjadi saat ini pada negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam seperti Indonesia.
d.) Munculnya dogmatisme dan kekakuan berpikir
Sikap yang tertutup terhadap pemikiran baru telah menyebabkan umat Islam tertinggal dalam persaingan peradaban. Penafsiran agama yang bersifat saklek dan menolak perkembangan ilmu pengetahuan menjadi penghalang bagi kemajuan peradaban Islam.
e.) Penurunan aktivitas intelektual dan ilmiah
Penurunan aktivitas intelektual berdampak pada hambatan inovasi dan penemuan baru, yang menyebabkan umat Islam kehilangan keunggulan kompetitif. Setelah era keemasan Islam berakhir, minat masyarakat terhadap ilmu pengetahuan mengalami penurunan. Banyak perpustakaan dan pusat pendidikan yang mengalami kerusakan atau terbengkalai.
f.) Berkembangnya aliran sesat menjauhkan dari agama
Munculnya beragam aliran sesat yang menyimpang dari ajaran Islam yang otentik. Aliran sesat tersebut menyebabkan perpecahan di antara umat Islam dan merusak akidah, sehingga mengurangi kekuatan umat.
h.) Adanya ketidakadilan
Banyak terdapat catatan sejarah mengenai ketidakadilan sosial, seperti disparitas antara golongan berkecukupan dan yang kurang mampu, serta perlakuan diskriminatif terhadap komunitas minoritas. Ketidakadilan tersebut telah menyebabkan ketidakpuasan di tengah masyarakat, yang kemudian memicu terjadinya pemberontakan dan konflik sosial.
i.) Munculnya dinasti-dinasti kecil yang ingin merdeka
Setelah kejatuhan kekhalifahan, banyak kerajaan kecil bermunculan dan bersaing satu sama lain. Penyimpangan kekuasaan mengakibatkan menurunnya kewaspadaan pertahanan dan mempermudah terjadinya serangan dari pihak eksternal.
2. Faktor eksternal penyebab kemunduran peradaban Islam
a.) Invasi dan penaklukan asing (seperti penaklukan Mongol atas Baghdad pada abad ke-13)
Penaklukan Baghdad oleh Hulagu Khan pada tahun 1258 menandai berakhirnya periode keemasan Dinasti Abbasiyah dan mengakibatkan kerusakan yang signifikan terhadap pusat kebudayaan Islam. Pasukan Mongol menghancurkan Baitul Hikmah beserta segala literatur yang ada di dalamnya, serta semua perpustakaan lain di Baghdad. Begitu banyak naskah dan karya berharga dari para cendekiawan yang telah lenyap, kehancuran Baghdad dan Baitul Hikmah menandai berakhirnya era keemasan peradaban Islam.
b.) Serangan oleh kekuatan Barat seperti pada Perang Salib
Perang Salib yang berlangsung selama hampir dua abad (abad ke-11 hingga ke-13) menyebabkan kerusakan besar pada wilayah-wilayah kekuasaan Islam di Timur Tengah dan mengakibatkan hilangnya nyawa serta harta benda dalam jumlah besar.
c.) Hilangnya perdagangan internasional Islam
Setelah Bangsa Eropa menemukan jalur pelayaran, mengakibatkan kemerosotan ekonomi di wilayah-wilayah Islam sebab perdagangan rempah-rempah dan barang-barang mewah yang sebelumnya dikuasai oleh pedagang Muslim beralih ke tangan Bangsa Eropa.
d.) Faktor lingkungan yang umumnya kering di negara-negara Muslim
Berdasarkan studi-studi arkeologi dan lingkungan mengenai wilayah-wilayah Timur Tengah, kondisi geografis yang kering dan gersang di banyak wilayah kekuasaan Islam menyebabkan kesulitan dalam pertanian dan peternakan, serta rentan terhadap bencana alam seperti kekeringan dan kelaparan.
e.) Wabah penyakit
Berbagai wabah penyakit seperti wabah pes (Black Death) yang melanda Eropa dan Asia pada abad ke-14 juga berdampak pada wilayah-wilayah Islam, menyebabkan kematian massal dan melemahkan perekonomian.
f.) Perubahan iklim
Perubahan iklim yang terjadi secara bertahap juga dapat mempengaruhi produktivitas pertanian dan menyebabkan migrasi penduduk, yang pada akhirnya dapat melemahkan kekuatan suatu peradaban.
E. Gerakan Pembaharuan Islam di Seluruh Dunia.
Pembaharuan Islam adalah upaya penerapan norma-norma agama dalam realitas sosial untuk menjawab kebutuhan perkembangan masyarakat dengan mengikuti landasan yang ditetapkan oleh agama tersebut (ushul) melalui proses pemurnian yang dinamis. Berikut merupakan gerakan pembaharuan Islam di seluruh dunia:
1. Wahabisme
Wahabisme adalah sebuah gerakan yang berkembang di Arab Saudi, dibawa oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab seorang teolog muslim pada abad ke 18 dengan tujuan untuk membebaskan umat Islam dari Bid'ah,khufarat,dan syirik dan mengembalikan kemurnian ajaran agama Islam seperti yang dianut oleh Rasulullah dan sahabat-sahabatnya yang berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah.
2. Modernisme Islam
Modernisme Islam adalah sebuah gerakan yang berupaya mendamaikan agama Islam dengan nilai-nilai barat modern seperti nasionalisme, demokrasi, hak-hak sipil, rasionalitas, kesetaraan dan perjuangan sosial. Gerakan ini didirikan oleh Muhammad Abduh dan Sayyid Jamaluddin Al-Afghani.
3. Westernisme Islam
Westernisme Islam adalah Sebuah gerakan yang tumbuh dan berkembang di India, dipelopori oleh Sir Syed Ahmed Khan dengan tujuan mengajak umat Islam untuk menerima ilmu-ilmu Barat dan segala sesuatu yang berasal dari Barat.
4. Sekulerisme Islam
Sekulerisme Islam adalah sebuah gerakan yang berasal dari Turki yang digagas oleh Mustafa Kemal yang bertujuan untuk memisah antara agama dan pemerintahan.
F. Organisasi Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia
Para penggagas gerakan pembaharuan Islam di Indonesia mencanangkan sistem pendidikan sekolah dengan kurikulum modern. Mereka percaya bahwa masyarakat dapat diubah secara bertahap melalui pendidikan pola pikir. Oleh karena itu, para pembaharu mulai mendirikan lembaga pendidikan dan mengembangkan organisasi kemasyarakatan. Berikut merupakan organisasi gerakan pembaharuan Islam di Indonesia;
1. Jamiat Khair.
Jamiat Khair didirikan pada 17 Juli 1905 di Jakarta oleh masyarakat Arab yang tinggal di Indonesia. 3 diantara pendirinya adalah Sayyid Muhammad Al- Fachir bin Syihab, Sayyid Idrus bin Ahmad bin Syihab, dan Sayyid Sjehan bin Syihab. Beliau bertiga merupakan bangsawan arab yang tinggal di Indonesia.
Dua program yang ditempuh Jamiat Khair adalah pendirian dan pengembangan sekolah dasar. Selain itu, Jamiat Khair menyeleksi dan mengirimkan siswanya untuk belajar di Turki. Jamiat Khair tidak hanya menerima siswa asal Arab tetapi juga terbuka untuk umum. Bahasa Belanda tidak diajarkan di sini, karena dianggap sebagai bahasa kolonial, tetapi digantikan oleh bahasa Inggris, dengan harapan para murid mengikuti kemajuan zaman.
2. Sekolah Thawalib
Sekolah Thawalib bermula dari surau jembatan besi. Surau adalah langgar atau masjid. Lembaga pendidikan Surau berarti pengajian di Masjid, sama dengan bentuk pesantren di Jawa. Haji Abdullah Ahmad dan Haji Rasul memprakarsai peralihan dari sistem surau ke sistem sekolah pada tahun 1906.
Pada tahun 1919, Haji Jalaludin Hayib menerapkan sistem kelas secara lebih lengkap. Hal ini membutuhkan penggunaan bangku dan meja. Kemudian kurikulum diperbaiki dan siswa juga diwajibkan membayar biaya sekolah. Siswa juga dikenalkan untuk bergabung dalam koperasi koperasi siswa agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Koperasi tersebut berkembang menjadi organisasi sosial pendukung sekolah Thawalib dengan nama Sumatra Thawalib.
3. Persyarikatan Ulama.
Persyarikatan Ulama awalnya bernama Hayatul Qulub berdiri pada tahun 1911 di Majalengka, Jawa Barat oleh K.H. Abdul Halim yang merupakan alumni timur tengah. Ia mengadopsi ide-ide pembaharuan yang dikemukakan oleh Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani.
Persatuan Ulama ini fokus pada bidang pendidikan, sosial dan ekonomi. Sejak tahun 1917, nama Hayatul Qulub kemudian diubah menjadi Persyarikatan Ulama. Perubahan nama mempunyai dua tujuan. Pertama, menyatukan para ulama dan kedua, mengajak mereka menggunakan metode modern dalam menuntut ilmu.
K.H Abdul Halim memperkenalkan dua sistem pendidikan, yaitu sistem madrasah dan sistem asrama. Lembaga pendidikan sistem madrasah dan asrama ini kemudian disebut Santri Asromo. Lembaga pendidikan ini kemudian dibagi menjadi tiga bagian, yaitu permulaan, dasar, dan lanjutan.
4. Muhammadiyah
Muhammadiyah berdiri pada 18 November 1918 K.H Ahmad Dahlan. Kegiatan Muhammadiyah fokus pada pendidikan, dakwah dan kesejahteraan sosial. Muhammadiyah sangat menekankan keseimbangan antara pengajaran agama, pendidikan umum dan pelatihan keterampilan. Di bidang amal sosial, Muhammadiyah memiliki banyak rumah sakit, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) serta panti asuhan.
Gerakan dakwah Muhammadiyah menekankan pada kemurnian aqidah. Muhammadiyah berjuang melawan berbagai kemusyrikan dan menyekutukan Allah dalam segala bentuknya; melawan takhayul, khurafat dan perbuatan bid’ah serta mengikis habis kebiasaan taqlid buta dalam beragama. Muhammadiyah juga menekankan pentingnya membuka pintu ijtihad di bidang hukum Islam. Hal ini bertujuan untuk membebaskan umat Islam dari taqlid buta dan menolak tradisi bermazhab dalam fiqih.
5. Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Al-Irsyad Al-Islamiyyah berdiri pada 6 September 1914 di Jakarta oleh Syaikh Ahmad Surkati al-Anshari al-Kazraji. Organisasi ini berfokus pada pendidikan dengan mendirikan sekolah dan perpustakaan. Ada beberapa jenis sekolah Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Ada sekolah dasar, sekolah pelatihan guru dan program pendidikan khusus pendalaman agama dan bahasa asing. Kemudian dibuka cabang Al-Irsyad di Cirebon, Pekalongan, Bumiayu, Tegal, Surabaya dan Lawang.
6. Persatuan Islam
Persatuan Islam (Persis) berdiri pada 12 September 1923 di Bandung Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus. Sebagai sebuah organisasi mempunyai ciri dan langkah tersendiri yaitu fokus pada pembinaan keagamaan melalui pendidikan dan dakwah lainnya. Persis mempunyai tujuan yakni mengamalkan seluruh ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan anggota komunitas ini dan menempatkan umat Islam pada ajaran Aqidah dan Syariah berdasarkan Al Quran dan Al Sunnah.
7. Nahdlatul 'Ulama
Nahdlatul 'Ulama berdiri pada 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926 di Kota Surabaya oleh K.H Muhammad Hasyim Asy'ari sekaligus menjadi Rais Akbar Nahdlatul ulama. Nahdatul Ulama memiliki 4 prinsip yakni:
(1.) Tawassuth adalah sikap pertengahan , tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Hal memiliki makna warga Nahdlatul ulama selalu bersikap seimbang dalam menghadapi dan menghadapi berbagai permasalahan. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَکُوْنُوْا شُهَدَآءَ عَلَى النَّا سِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَاۤ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِ ۗ وَاِ نْ كَا نَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗ وَمَا كَا نَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَا نَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِا لنَّا سِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: "Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) "umat pertengahan" agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya, melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 143)
(2.) Tawazun adalah sikap seimbang dalam segala hal, termasuk penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari pikiran rasional) dan dalil naqli (dalil yang bersumber dari al-Qur’an dan hadits). Hal memiliki makna warga Nahdlatul 'ulama dalam menyikapi berbagai persoalan, menyikapinya dengan model yang terukur, terfokus, konseptual dan terstruktur dengan metodologi yang dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:
لَـقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِا لْبَيِّنٰتِ وَاَ نْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتٰبَ وَا لْمِيْزَا نَ لِيَقُوْمَ النَّا سُ بِا لْقِسْطِ ۚ
Artinya: "Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami turunkan bersama mereka Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil." (QS. Al-Hadid 57: Ayat 25)
(3.) Tasamuh adalah sikap toleransi yakni menghargai perbedaan dan menghormati orang yang berbeda prinsip hidup. Namun, hal ini tidak berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda untuk menegaskan apa yang diyakini. Memiliki makna warga Nahdlatul 'ulama mampu hidup berdampingan dengan warga dan masyarakat lain, meski berbeda agama, ras, suku, dan kebangsaan. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:
فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى
Artinya: "maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut."(QS. Ta-Ha 20: Ayat 44)
(4.) Al-I’tidal adalah sikap adil. Memiliki makna warga Nahdlatul 'ulama Dalam menghadapi berbagai permasalahan, harus berani mengatakan bahwa yang benar itu benar dan yang salah itu salah bahkan terhadap orang yang berbeda agama, ras, suku, dan kebangsaan. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّا مِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَآءَ بِا لْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰ نُ قَوْمٍ عَلٰۤى اَ لَّا تَعْدِلُوْا ۗ اِعْدِلُوْا ۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰى ۖ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِۢمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 8)
Untuk menekankan prinsip dasar organisasi, K.H. Muhammad Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qānμn Asāsi (Prinsip Dasar). Selain itu beliau juga menyusun kitab I'tiqād Ahlussunnah Wal Jamā'ah. Kedua kitab ini termasuk dalam garis besar perjuangan NU dan dijadikan landasan serta acuan warga NU dalam berpikir dan bertindak di bidang sosial, agama, dan politik.
Tujuan didirikannya NU adalah untuk menunjang ajaran Islam sebagaimana dipahami dalam kitab I'tiqād Ahlussunnah Wal Jamā'ah dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
G. Tokoh Pembaharu Islam di Indonesia
Tokoh-tokoh berikut ini berperan dalam gerakan pembaharuan Islam di Indonesia, siapa sajakah mereka? Simak pembahasan berikut ini
1. KH Ahmad Dahlan
KH Ahmad Dahlan lahir dengan nama Muhammad Darwis di Kauman, Yogyakarta, Kesultanan Yogyakarta, Hindia Belanda pada 1 Agustus 1868. Beliau merupakan putra dari KH Abu Bakar seorang khatib masjid besar di Kesultanan Yogyakarta dan Siti Aminah seorang putri penghulu. Sejak kecil, beliau mendapat pendidikan agama dan bahasa Arab di pesantren.
Ketika beliau menetap di Mekah pada usia 15 tahun, beliau bersentuhan dan dipengaruhi oleh ide-ide para pembaharu Islam. Sejak saat itu, beliau merasa perlu adanya gerakan pembaharuan Islam di kampung halamannya yang masih bercampur dengan sinkretisme dan formalisme. Beliau meninggal di Yogyakarta pada tanggal 23 Februari 1923 dan dimakamkan di Karang Kuncen Yogyakarta. Beliau dimakamkan di Makam Karangkajen, Yogyakarta.
2. Syaikh Ahmad Surkati al-Anshari al-Kazraji
Syaikh Ahmad Surkati al-Anshari al-Kazraji pada tahun 1875 di Udfu, Dongola, Sudan Mahdiyah(sekarang negara Sudan). Beliau menempuh pendidikan di Al-Azhar (Mesir) dan Makkah sebelum datang ke Jawa pada Maret 1911. Di Jawa, beliau menjadi guru bagi banyak ulama Indonesia seperti KH Hasyim Asy'ari (pendiri Nahdlatul Ulama), KH Mas Mansur (pendiri Persis) dan KH Wahid Hasyim (menteri agama pertama di Indonesia).
3. KH Muhammad Hasyim Asy'ari
KH Muhammad Hasyim Asy'ari lahir pada 14 Februari 1871 di Tambakrejo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Ayah beliau bernama KH Asy’ari. Beliau mendapat pendidikan agama dari ayahnya sebelum pergi ke Makkah pada usia 20 tahun. Di sana beliau belajar pada ulama besar seperti Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dan Syekh Muhammad Mahfud At-Tarmasi.
Setelah kembali ke Jawa pada tahun 1899, beliau mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng dan menjadi salah satu pesantren terbesar dan terkenal di Indonesia. Di pesantren ini beliau menyebarkan ilmu agama yang luas dan mendidik banyak santri yang kemudian menjadi ulama besar Indonesia.
Beliau juga banyak menulis buku tentang berbagai bidang ilmu agama seperti tafsir, hadis, fiqh, tauhid, tasawuf, akhlak, dan sejarah Islam. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Risalah Ahlussunnah Wal Jama’ah yang membantah ajaran sesat seperti Wahabi dan Syiah.
4. Ahmad Hassan
Ahmad Hassan lahir dengan nama Hasan Abdullah Baqir pada tahun 1902 di Cirebon. Ayah beliau bernama Abdullah Baqir Al-Baghdadi Al-Husaini adalah seorang ulama besar yang berasal dari Baghdad, Irak yang hijrah ke Cirebon karena kondisi politik di Irak yang tidak aman. Sebelum pindah ke Mekah pada usia 15 tahun, beliau mendapat pelajaran agama dari ayahnya. Di sana beliau berguru pada ulama besar seperti Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dan Syekh Muhammad Mahfudh At-Tarmasi, serta KH Hasyim Asy'ari.
Setelah kembali ke Cirebon pada tahun 1921, beliau bergabung dengan Persis dan menjadi salah satu tokohnya. Beliau juga banyak menulis artikel bertema keislaman di majalah Persis seperti Al-Munir, Pembera Islam dan Al-Ikhwan. Beliau juga menjadi salah satu pendiri Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta pada tahun 1945. Beliau meninggal dunia di Bandung pada tanggal 28 Oktober 1958 dan dimakamkan di Cikutra.
H. Tokoh pembaharu Islam dunia
Selain di Indonesia, juga terdapat sejumlah tokoh berpengaruh yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap gerakan pembaruan dalam Islam. Mereka mengembangkan pemikiran-pemikiran inovatif tanpa meninggalkan prinsip-prinsip dasar agama, tetap berpegang teguh pada Al-Qur'an dan hadis sebagai sumber utama pedoman hidup. Berikut adalah beberapa tokoh penting dalam gerakan pembaruan Islam di seluruh dunia:
1. Muhammad Ali Pasha (Mesir)
Muhammad Ali Pasha, sosok yang diakui sebagai pelopor pembaruan Islam, lahir pada tahun 1765 di Kawalla, Yunani, dan meninggal dunia pada tahun 1849 di Mesir, Kesultanan Utsmaniyah. Sejak usia dini, ia sudah dikenal sebagai pribadi yang cerdas dan terampil. Kariernya dimulai sebagai pemungut pajak, sebelum akhirnya menjadi menantu Gubernur Daulah Usmani di wilayah tempat ia bekerja. Selain itu, Muhammad Ali Pasha juga menunjukkan kemampuannya dalam berbagai bidang, termasuk melaksanakan reformasi di sektor politik dan militer.
Ketika Napoleon Bonaparte melancarkan serangannya ke Mesir pada tahun 1798, Muhammad Ali Pasha ditugaskan untuk memimpin pasukannya melawan pasukan Prancis. Dengan kecerdikan dan keberanian, ia berhasil menyelesaikan misinya dengan baik dan mampu memukul mundur pasukan Prancis tersebut. Keberhasilannya dalam mempertahankan tanah Mesir membuatnya mendapatkan simpati dari rakyat, sehingga pada tahun 1805, Kesultanan Utsmaniyah mengangkat Muhammad Ali Pasha sebagai gubernur Mesir.
Ia selanjutnya melaksanakan reformasi di bidang politik, ekonomi, sosial, dan militer di Mesir dengan tujuan untuk memodernisasi negaranya serta mengembalikan kejayaan Islam. Beberapa reformasi yang diimplementasikan oleh Muhammad Ali Pasya meliputi:
1. Mengembangkan industri modern di bidang tekstil, senjata, kapal perang, dan mesin uap.
2. Meningkatkan produksi pertanian melalui perluasan lahan irigasi dan penanaman tanaman komersial seperti kapas.
3. Membangun angkatan bersenjata yang terlatih dan disiplin dengan bantuan dari ahli militer Eropa.
4. Mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu pengetahuan alam, matematika, bahasa asing, dan seni militer.
5. Mengirim para pelajar Mesir untuk belajar di Eropa agar mereka dapat membawa pulang pengetahuan baru ke tanah air.
Muhammad Ali Pasha meninggal dunia pada tahun 1849 di Kairo, Mesir, yang pada saat itu merupakan bagian dari Kesultanan Utsmaniyah. Beliau digantikan oleh keturunannya yang meneruskan berbagai reformasi yang telah beliau lakukan. Muhammad Ali Pasha dianggap sebagai bapak bangsa modern Mesir dan merupakan salah satu tokoh pembaruan Islam terkemuka di dunia.
2. Jamaluddin al-Afghani (Afghanistan)
Jamaluddin al-Afghani dilahirkan di Asadabad, Kunar, Afghanistan pada tahun 1838 dalam sebuah keluarga Sayyid yang memiliki garis keturunan langsung dari Nabi Muhammad. Ia merupakan seorang pemimpin pembaruan dalam Islam yang berpindah tempat tinggal dan kegiatan dari satu negara Islam ke negara Islam lainnya. Ia pernah tinggal di Afganistan, Indonesia, Iran, Mesir, dan Kesultanan Ottoman pada abad ke-19. Selain itu, ia juga menguasai berbagai bahasa, antara lain Persia, Arab, Turki, Urdu, Hindi, Prancis, dan Inggris.
Jamaluddin al-Afghani memiliki visi yang mendalam untuk menyatukan umat Islam di seluruh dunia dalam sebuah gerakan pembaharuan yang berorientasi pada aspek politik dan intelektual. Ia bertekad untuk membangkitkan kesadaran umat Islam mengenai pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi modern sebagai upaya untuk menghadapi dominasi Barat yang bersifat kolonial dan imperialistik. Ia juga berkeinginan untuk merombak pemikiran Islam yang telah tercemar oleh taqlid buta, yang mengabaikan pemikiran kritis, dan menekankan betapa pentingnya ijtihad.
Beberapa aktivitas yang dilakukan oleh Jamaluddin al-Afghani antara lain:
1. Mendirikan sebuah organisasi rahasia yang dikenal dengan nama Al-Urwah al-Wuthqa (Ikatan Kuat), yang bertujuan untuk menyebarluaskan gagasan-gagasan pembaharuan Islam di berbagai belahan dunia.
2. Menulis artikel-artikel kritis mengenai berbagai isu sosial, politik, ekonomi, dan agama di sejumlah surat kabar, termasuk Al-Urwah al-Wuthqa dari Mesir, Al-Irshad di India, Al-Muqtataf dari Lebanon, Al-Muwahhidun di Prancis, serta The Times di Inggris.
3. Mengadakan diskusi publik yang melibatkan para ulama, baik yang berpaham tradisional maupun modernis, untuk membahas isu-isu kontemporer, seperti hubungan antara agama dan sains, hak-hak wanita dalam Islam, serta perdebatan antara nasionalisme Arab dan pan-Islamisme.
4. Memberikan pengaruh yang signifikan kepada sejumlah tokoh pembaharuan lainnya, seperti Muhammad Abduh dari Mesir, Syekh Ahmad Sirhindi dari India, dan Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab dari Arab Saudi.
Jamaluddin al-Afghani meninggal dunia pada tahun 1897 di Istanbul, setelah diasingkan oleh pemerintah Turki yang menganggapnya sebagai penghasut. Ia diakui sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam pembaharuan Islam di seluruh dunia.
3. Muhammad Abduh (Mesir)
Muhammad Abduh lahir di Mesir pada tahun 1849 dalam sebuah keluarga petani. Pada usia 12 tahun, ia telah berhasil menghafal Al-Qur'an. Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan agama di Al-Azhar dan menjadi murid Jamaluddin al-Afghani ketika guru tersebut datang ke Mesir pada tahun 1871. Selain itu, Abduh juga mendalami ilmu pengetahuan modern melalui buku-buku Barat yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Sebagai tokoh pembaruan Islam, Muhammad Abduh mengembangkan pemikiran yang bersifat rasional, progresif, dan moderat. Ia memiliki misi untuk mereformasi sistem pendidikan Islam di Mesir agar lebih selaras dengan tuntutan zaman. Abduh berupaya mengintegrasikan ilmu agama dengan ilmu pengetahuan rasional dalam kurikulum pendidikan. Ia menentang dengan tegas praktik taqlid dan bid'ah, sekaligus memperjuangkan hak-hak perempuan.
Selain itu, ia memperkenalkan konsep pembaruan dan perbaikan dalam bidang pendidikan serta hukum Islam. Dalam upayanya tersebut, Abduh juga berkeinginan untuk membuka pintu ijtihad (penalaran) bagi para ulama, sehingga mereka dapat menafsirkan kembali ajaran Islam sesuai dengan konteks sejarah dan sosial yang ada.
Beberapa karya yang dihasilkan oleh Muhammad Abduh mencakup hal-hal berikut:
1. Menyusun sejumlah buku mengenai pemikiran-pemikiran pembaharuan, antara lain Risalah al-Tauhid (Buku Tentang Tauhid), Tafsir al-Manar (Tafsir Berdasarkan Petunjuk), serta Al-Islam wa al-Nasraniyyah ma'a al-‘Ilm wa al-Madaniyyah (Islam dan Kristen Bersama Ilmu Pengetahuan dan Peradaban), dan lain-lain.
2. Mendirikan majalah Al-Manar (Petunjuk), yang berfungsi sebagai media untuk menyebarluaskan ide-ide pembaharuan Islam kepada masyarakat luas.
3. Menjabat sebagai Mufti Besar Mesir pada tahun 1899 dan mengeluarkan fatwa-fatwa progresif mengenai isu-isu hukum Islam, termasuk perbankan syariah, poligami, dan jilbab.
4. Berperan sebagai anggota Dewan Pendidikan Tinggi Mesir yang bertujuan untuk mereformasi sistem pendidikan Al-Azhar agar lebih modern.
5. Menjadi anggota Dewan Pendidikan Tinggi Mesir yang berupaya melakukan reformasi dalam sistem pendidikan Al-Azhar, dengan tujuan untuk menjadikannya lebih modern dan mampu mengakomodasi ilmu-ilmu rasional.
Muhammad Abduh, yang wafat pada tahun 1905 di Alexandria, Mesir, dan diakui sebagai salah satu ulama terkemuka dalam gerakan pembaruan Islam di dunia.
4. Muhammad Rasyid Ridha (Lebanon)
Muhammad Rasyid Ridha bin Ali Ridha bin Muhammad Syamsuddin lahir di Qalmun, sebuah desa kecil di dekat Tripoli, Lebanon, pada tanggal 18 Oktober 1865. Rasyid Ridha belajar membaca dan menghafal Al Quran dari sang ayah sejak kecil. Ayahnya dan kakeknya adalah ulama terkenal yang berasal dari keluarga terhormat dan religius, dan dia mendapatkan pendidikan yang baik dan menguasai banyak bidang ilmu.
Dia menerima pendidikan formal di Madrasah Al-Wathaniyyah al-Islamiyah di Tripoli, yang masih di bawah pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah. Namun, Rasyid Ridha hanya bertahan selama satu tahun karena sekolah itu mendidik siswanya untuk menjadi pegawai pemerintah. Setelah itu, dia pindah ke sekolah Islam negeri. Ulama terkenal Syaikh Hasan al-Jisr mendirikan sekolah tersebut, dan dia sangat berperan dalam membangun gagasan pembaruan Rasyid Ridha. Ia tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang ilmu pengetahuan modern, hadis, dan ilmu keislaman di sekolah ini; ia juga mempelajari karya Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyyah, yang menjadi inspirasi bagi gerakan reformasi Islam.
Muhammad Rasyid Ridha diberi kesempatan untuk menulis di beberapa surat kabar oleh Syaikh Hasan al-Jisr, yang memberikan pengalaman dalam dunia jurnalistik. Pada saat yang sama, Rasyid Ridha mengikuti perkembangan dunia Islam dari surat kabar Al-'Urwah Al-Wutsqa, yang dipimpin oleh Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh, keduanya pembaharu dari Afganistan dan Mesir. Ide-ide pembaruan dari dua tokoh penting tersebut membuat Rasyid Ridha kagum, dan dia banyak terinspirasi dari mereka.
Pada tahun 1882, Rasyid Ridha sempat bertemu Muhammad Abduh di Beirut, namun kesempatan untuk bertemu Jamaluddin Al-Afghani tertutup karena dia meninggal. Setelah bertemu dengan Muhammad Abduh, Rasyid Ridha tertarik untuk membangun gerakan yang semakin mendorong umat Islam untuk menerapkan ajaran Islam secara utuh serta membela dan membangun negara dengan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1894, dia bertemu dengan Muhammad Abduh untuk kedua kalinya, dan memiliki lebih banyak kesempatan untuk belajar.
Muhammad Rasyid Ridha lulus dari sekolah Syaikh Hasan al-Jisr pada tahun 1897 dan kemudian pergi ke Kairo, Mesir. Mesir, yang merupakan pusat ilmu pengetahuan, dianggap sebagai tempat paling cocok untuk mewujudkan cita-cita pembaruan Islamnya . Tahun berikutnya, ia bertemu lagi dengan Muhammad Abduh dan menyatakan keinginannya untuk membuat surat kabar yang membahas masalah agama, sosial, dan budaya. Sejak saat itu, Rasyid Ridha menjadi murid Muhammad Abduh yang paling dekat dan setia.
Pemikiran Rasyid Ridha tentang pembaharuan Islam meliputi hal-hal berikut:
1. Umat Islam harus memiliki sikap yang aktif dan dinamis dalam kehidupan mereka.
2. Umat Islam harus meninggalkan sikap dan pemikiran kaum fatalis jabariyah, yang hanya pasrah pada keadaan.
3. Umat Islam harus menggunakan akal untuk menafsirkan ayat dan hadis tanpa meninggalkan umumnya.
4. Umat Islam harus memperoleh kemampuan untuk menguasai prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mencapai kemajuan.
5. Pemurnian ajaran agama Islam ditengah-tengah kehidupan umat Islam karena kemunduran umat Islam disebabkan oleh adanya unsur yang masuk jauh ke dalam ajaran agama Islam yang menyebabkan ajaran Islam ditengah-tengah kehidupan umat Islam tidak murni lagi.
Pada tahun 1898, Rasyid Ridha berhasil menerbitkan majalah mingguan yang disebut Al-Manar. Majalah ini banyak terinspirasi dari Al-'Urwah Al-Wutsqa, yang diterbitkan untuk menyebarkan gagasan pembaruan Islam dan mempertahankan kesatuan negara Muslim selama perkembangan zaman. Rasyid Ridha mendukung pembangunan institusi pendidikan dan berusaha mendukung gagasan pengembangan kurikulum.Pemikiran Rasyid Ridha dalam Al-Manar juga tersebar di seluruh dunia Arab. Pada tahun 1912, Rasyid Ridha bahkan mendirikan Madrasah Ad-Dakwah wa Al-Irsyad di Kairo. Di bidang politik, Rasyid Ridha tertarik dengan konsep yang dikenal sebagai Ukhuwah Islamiyah, atau persaudaraan Islam. Rasyid Ridha tetap di Kairo hingga kematian akibat kecelakaan mobil pada 22 Agustus 1935.
Penutup
Disini penulis tidak bermaksud menyinggung atau merendahkan siapapun dan pihak manapun. Tujuan penulis menyusun blog ini adalah untuk menjadi renungan bagi kita semua umat muslim khususnya para generasi muda Islam. Sekarang tugas kita adalah memikirkan bagaimana cara mengembalikan kejayaan Islam. Menurut pembaca apa yang harus kita lakukan untuk mengembalikan kejayaan peradaban Islam? Tulis di kolom komentar. See you again:)
Penulis: Maulana Aditia
Komentar
Posting Komentar