Semangat menuntut ilmu dan indahnya saling berbagi ilmu
Ilmu pengetahuan adalah karya sistematis yang menggunakan metode ilmiah untuk mengembangkan dan menyusun pengetahuan, dibuktikan dengan penjelasan dan prediksi yang telah diteliti untuk memahami alam semesta dan dunianya. Ilmu pengetahuan menawarkan kepastian dengan membatasi ruang lingkup visinya, dan kepastian pengetahuan datang dari batas-batasnya. Sains bukan sekedar pengetahuan, tetapi merangkum pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati yang dapat diuji secara sistematis dengan metode-metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Di zaman yang penuh dengan perkembangan teknologi dan informasi, semangat belajar merupakan landasan penting dalam meraih kesuksesan. Artikel ini mengkaji betapa pentingnya semangat tersebut dalam membentuk karakter seseorang. Selain itu, artikel ini juga menggambarkan betapa indahnya orang-orang yang semangat belajar dan berbagi ilmunya kepada orang lain. Melalui pengalaman dan refleksi, artikel ini bertujuan untuk mendorong pembaca agar fokus pada pengembangan diri dan juga mengapresiasi indahnya saling berbagi ilmu demi kemajuan bersama.
A. Pengertian menuntut ilmu
Menuntut ilmu adalah mencari ilmu atau berusaha mempelajari ilmu,agar ilmu tersebut dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Ilmu adalah kunci segala kebaikan dan pengetahuan. Pengetahuan menjadi sarana yang dengannya kita dapat mencapai apa yang diperintahkan Allah kepada kita. Iman tidak sempurna dan amal tidak sempurna kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu yang dimiliki seseorang beribadah kepada Allah, dengan demikian hak-hak Allah juga terlaksana, dan dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan.
B. Perintah menuntut ilmu
Tidak sedikit ayat dalam Al-Qur'an dan Hadits Rasulullah yang mengutamakan pentingnya belajar. Bahkan ketika orang mencari ilmu, mereka disamakan dengan orang yang berjihad. Coba perhatikan pada wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
ุงِْูุฑَุฃْ ุจِุง ุณْู
ِ ุฑَุจَِّู ุงَّูุฐِْู ุฎَََูู(ูก) ุฎَََูู ุงْูุงِ ْูุณَุง َู ู
ِْู ุนٍََูู(ูข) ุงِْูุฑَุฃْ َูุฑَุจَُّู ุงْูุงَ ْูุฑَู
ُ(ูฃ) ุงَّูุฐِْู ุนََّูู
َ ุจِุง ََْูููู
ِ(ูค) ุนََّูู
َ ุงْูุงِ ْูุณَุง َู ู
َุง َูู
ْ َูุนَْูู
ْ(ูฅ)
Artinya:
(1)"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,"
(2)"Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah."
(3)"Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia."
(4)"Yang mengajar (manusia) dengan pena."
(5)"Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."(QS. Al-'Alaq surah ke 96: Ayat 1-5)
Ada beberapa kata dalam ayat ini yang menguatkan perintah menuntut ilmu dan menuntut ilmu, yaitu “bacalah”, “Yang mengajarkan dengan pena”, dan “Mengajarkan yang belum diketahui”. Menuntut ilmu tidak hanya terbatas pada laki-laki, karena perempuan juga mempunyai hak yang sama dalam mencari informasi.
Semua jenis kelamin mempunyai hak dan tanggung jawab karena mereka adalah khalifah dan wakil Allah di muka bumi sekaligus hamba yang taat. Tentunya sebagai seorang khalifah, manusia membutuhkan ilmu untuk mengikuti hukum Allah. Selain itu, sebagai seorang hamba, diperlukan ilmu yang cukup untuk menjadi hamba yang baik dan taat.
Mustahil menjadi khalifah tanpa ilmu yang cukup untuk mampu memerintah dan merekayasa kehidupan di muka bumi ini sedemikian rupa sehingga mampu melaksanakan hukum-hukum Allah. Misalnya saja untuk shalat saja diperlukan ilmu mencari kiblat, kemudian mencari waktu yang tepat untuk menunaikan shalat lima waktu, dan ilmu membangun masjid yang sesuai dan membangun tempat wudhu yang baik, dan sebagainya.
Tidak ada batasan tempat dan waktu dalam proses pencarian ilmu, bahkan ada ungkapan bahasa Arab yang berbunyi “Tuntutlah ilmu sampai ke China”. Tentu saja Islam juga mengajarkan “menuntut ilmu dimulai dari lahir sampai liang lahat”, maka belajarlah sejak kecil hingga akhir hayat. Jangan malu untuk belajar, meskipun Anda sudah tua.
Selain itu dalam ayat lain Allah juga menerangkan tentang anjuran dalam menuntut ilmu sebagaimana yang tercantum dalam Al Qur'an yang berbunyi:
ٰูุۤงَ َُّููุง ุงَّูุฐَِْูู ุงٰู
َُْููุۤง ุงِุฐَุง َِْููู َُูููู
ْ ุชََูุณَّุญُْูุง ِูู ุงْูู
َุฌِٰูุณِ َูุง ْูุณَุญُْูุง َْููุณَุญِ ุงُّٰููู َُูููู
ْ ۚ َูุงِ ุฐَุง َِْููู ุงْูุดُุฒُْูุง َูุง ْูุดُุฒُْูุง َูุฑَْูุนِ ุงُّٰููู ุงَّูุฐَِْูู ุงٰู
َُْููุง ู
ُِْููู
ْ ۙ َูุง َّูุฐَِْูู ุงُْูุชُูุง ุงْูุนِْูู
َ ุฏَุฑَุฌٰุชٍ ۗ َูุง ُّٰููู ุจِู
َุง ุชَุนْู
ََُْููู ุฎَุจِْูุฑ
Artinya:"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis," maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan."(QS. Al-Mujadilah surah ke 58: Ayat 11)
Bagaimana Allah meninggikan derajat orang yang mencari ilmu berkali-kali lipat dibandingkan orang yang tidak mencari ilmu. Hal ini menunjukkan bahwa manusia bisa menjadi lebih mulia karena ilmunya, bukan karena hartanya apalagi keturunannya. Sebuah hadits menyebutkan pentingnya mempelajari ilmu dalam Islam yang berbunyi: "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Dalam surah yang lain pula Allah menjelaskan bahwa:
ُْูู َْูู َูุณْุชَِูู ุงَّูุฐَِْูู َูุนَْูู
َُْูู َูุง َّูุฐَِْูู َูุง َูุนَْูู
َُْูู ۗ ุงَِّูู
َุง َูุชَุฐََّูุฑُ ุงُُูููุง ุงْูุงَ ْูุจَุง ุจِ
Artinya:"...Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran."(QS. Az-Zumar surah ke 39: Ayat 9)
Para ahli tafsir menyimpulkan dari firman Allah di atas bahwa :
1). Tidaklah sama antara seorang hamba Allah yang memahami ilmu agama Allah, yaitu yang sadar diri, memahami tanda-tanda kekuasaan Allah dan menaati segala perintah dan larangan-Nya, dengan orang-orang yang mengingkari nikmat Allah, yang tidak mau belajar tentang ilmu agama Allah;
2). Hanya orang berakal yang mampu mengambil hikmah atau mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah.
C. Hukum dalam menuntut ilmu
Ilmu apa yang harus dipelajari umat Islam? Sesungguhnya tidak ada ilmu disana sini yang tidak berguna dalam kehidupan. Namun, ada ilmu yang tidak wajib untuk dipelajari, meskipun hukumnya melarang dan berdosa untuk mempelajarinya. Mempelajari ilmu yang berguna sangatlah bermanfaat. Berikut beberapa aturan mempelajari ilmu wajib.
1. Fardu kifayah
Hukum fardhu kifayah ini mengatur tentang ilmu yang harus tersedia di kalangan umat Islam agar masyarakat non-Muslim tidak dapat mengontrol ilmu tersebut. Misalnya kedokteran, ilmu pengetahuan, industri, linguistik, ilmu komunikasi, ilmu nuklir, ilmu komputer dan lain-lain. Tetapi jika sebagian dari mereka melakukan hal ini, maka tugas sebagian lainnya terhenti. Sedangkan, jika tidak ada yang melakukan hal tersebut, semua orang menanggung risikonya.
2. Fardu 'ain
Hukum ini berlaku ketika umat Islam tidak diperbolehkan menolak ilmu tersebut dalam segala situasi dan keadaan. Misalnya ilmu agama Islam, ilmu dalam mengenal Allah dengan segala sifat-sifat-Nya, dan ilmu tata cara beribadah, serta ilmu tentang hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban seorang muslim.
D. Adab-adab dalam menuntut ilmu
Islam juga mengajarkan manusia bagaimana berperilaku ketika mencari ilmu sehingga ilmu yang dipelajari akan membawa banyak keberkahan dalam kehidupan. Seperti yang dikatakan Imam Malik. "Pelajarilah ilmu adab sebelum mempelajari sebuah ilmu". Dapat diketahui pesan tersebut bahwa sebelum seseorang dapat belajar maka sangat penting untuk belajar adab terlebih dahulu. Berikut adab dalam menuntut ilmu yang perlu kita ketahui:
1. Niat karena Allah
Jika kita ingin mencari ilmu, tujuan utama kita haruslah kepada Allah. Seperti dalam firman Allah berikut ini:
َูู
َุงۤ ุงُู
ِุฑُْูุۤง ุงَِّูุง َِููุนْุจُุฏُูุง ุงَّٰููู ู
ُุฎِْูุตَِْูู َُููู ุงูุฏَِّْูู ۙ ุญََُููุงุٓกَ َُِْููููู
ُูุง ุงูุตَّٰููุฉَ َُููุคْุชُูุง ุงูุฒَّٰููุฉَ َูุฐَِٰูู ุฏُِْูู ุงَِّْูููู
َุฉِ
Artinya:"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)."
(QS. Al-Bayyinah surah ke 98: Ayat 5)
2. Selalu berdoa dalam menuntut ilmu
Penulis akan berikan beberapa doa dalam menuntut ilmu. Berikut diantaranya:
a. Doa sebelum belajar
ุงَُّูููู
َّ ุงุฑْุฒَُْููุง َْููู
َ ุงَّููุจَِِّْููู َูุญِْูุธَ ุงْูู
َุฑْุณََِْููู َูุฅَِْููุงู
َ ุงْูู
ََูุงุฆَِูุฉِ ุงْูู
َُูุฑَّุจَِْูู، ุจِุฑَุญْู
َุชَِู َูุงุฃَุฑْุญَู
َ ุงูุฑَّุงุญِู
َِْูู
Artinya:"Ya Allah, anugerahilah kami pemahaman para nabi, hafalan para rasul, dan ilhamnya para malaikat yang dekat (dengan-Mu), sebab kasih sayang-Mu, wahai zat yang Maha Pengasih".
b. Doa agar tidak mudah lupa
ุงََُّูููู
َّ ุงุฌْุนَْู َْููุณِْู ู
ُุทْู
َุฆَِّูุฉً، ุชُุคْู
ُِู ุจَِِููุงุฆَِู، َูุชَุฑْุถَู ุจَِูุถَุงุฆَِู
Artinya:"Ya Allah, jadikan jiwa kami menjadi tenang, beriman akan adanya pertemuan dengan-Mu, dan rela atas garis yang Engkau tentukan".
c. Doa agar mudah hafal dan paham terhadap ilmu yang pelajari
َََّูููู
َْูุง ุณَُْููู
َุงَู ًَُّูููุง ุขุชََْููุง ุญُْูู
ًุง َูุนِْูู
ًุง َูุณَุฎَّุฑَْูุง ู
َุนَ ุฏَุงُูุฏَ ุงูุฌِุจَุงَู ُูุณَุจِّุญَْู َูุงูุทَّْูุฑَ ََُّูููุง َูุงุนَِِْููู
َูุง ุญَُّู، َูุง َُّْูููู
ُ، َูุง ุฑَุจَّ ู
ُْูุณَู ََููุงุฑَُْูู َูุฑَุจَّ ุฅِุจْุฑَุงِْููู
َ، ََููุง ุฑَุจَّ ู
ُุญَู
َّุฏٍ ุตََّูู ุงُููู ุนََِْููู َูุณََّูู
َ ุนََِْูููู
ْ ุฃَุฌْู
َุนَِْูู
ุงَُّูููู
َّ ุงุฑْุฒَُِْููู ุงَْูููู
َ َูุงูุนِْูู
َ َูุงูุญِْูู
َุฉَ َูุงูุนََْูู ุจِุฑَุญْู
َุชَِู َูุงุฃَุฑْุญَู
َ ุงูุฑَّุงุญِู
َِْูู
Artinya:"Kami memberikan pemahaman kepada Sulaiman. Setiap dari mereka Kami berikan kebijaksanaan dan ilmu. Kami tundukkan gunung dan burung kepada Dawud. Mereka bertasbih. Kamilah yang melakukan itu semua. Wahai zat yang hidup, wahai zat yang tegak, wahai Tuhan Musa, Harun, Tuhan Ibrahim, wahai Tuhan Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam. Ya Allah, karuniakan aku pemahaman, ilmu, kebijaksanaan, dan akal dengan rahmat-Mu wahai zat yang Maha Pengasih".
d. Doa ilmu yang bermanfaat
ุงَُّูููู
َّ ุงَْููุนِْูู ุจِู
َุง ุนََّูู
ْุชَِูู, َูุนَِّูู
ِْْูู ู
َุงََْูููุนُِْูู, َู ุฒِุฏِْْูู ุนِْูู
ًุง
Artinya:"Ya Allah, berilah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah ilmu kepadaku".
e. Doa terhindar dari ilmu yang tidak bermanfaat
ุงَُّูููู
َّ ุฅِِّูู ุฃَุนُْูุฐُุจَِู ู
ِْู ุนِْูู
ٍ َูุง ََْูููุนُ ََْูููุจٍ ูุง َูุฎْุดَุนُ َูุนَู
ٍَู َูุง ُูุฑَْูุนُ َูุฏُุนَุงุกٍ َูุงُูุณْู
َุนُ
Artinya: "Ya Allah aku berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, amal yang tidak diangkat (diterima), dan doa yang tidak didengar".
f. Doa terhindar dari ilmu yang tidak bermanfaat
ุงَُّูููู
َّ ุฅِِّูู ุฃَุนُْูุฐُุจَِู ู
ِْู ุนِْูู
ٍ َูุง ََْูููุนُ ََْูููุจٍ ูุง َูุฎْุดَุนُ َูุนَู
ٍَู َูุง ُูุฑَْูุนُ َูุฏُุนَุงุกٍ َูุงُูุณْู
َุนُ
Artinya:"Ya Allah aku berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, amal yang tidak diangkat (diterima), dan doa yang tidak didengar".
g. Doa sesudah belajar
ุงَُّٰูููู
َّ ุงِِّูู ุงِุณْุชَْูุฏِุนَُู ู
َุงุนََّูู
ْุชَِِْููู َูุงุฑْุฏُุฏُْู ุงََِّูู ุนِْูุฏَ ุญَุงุฌَุชِْู َููุงَ ุชَْูุณَِِْููู َูุงุฑَุจَّ ุงْูุนَุงَูู
َِْูู
Artinya:"Ya Allah, sesungguhnya ku titipkan kepada-Mu apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku, maka kembalikanlah kepadaku di saat aku membutuhkannya. Janganlah Engkau buat aku lupa kepadanya, wahai Tuhan pemelihara alam".
Jangan lupa amalkan doa diatas, dengan diiringi usaha dan tawakal dalam menuntut ilmu. Jangan lupa juga sebelum doa baca basmalah, tahmid, sholawat dan kemudian tutup doa dengan tahmid dan sholawat.
3. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu
Dalam menuntut ilmu, kita harus serius dan selalu bersemangat untuk menerima ilmu yang bermanfaat. Tuntutlah ilmu seolah-olah tidak pernah puas dengan segala ilmu yang didapat, kita pasti selalu ingin meningkatkan ilmu yang kita miliki. Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Terdapat dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu untuk orang yang rakus atas ilmu serta tidak pernah puas atasnya serta orang yang rakus dengan dunia juga tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)
4. Menjauhi maksiat
Untuk menerima ilmu yang bermanfaat dan penuh keberkahan, kita harus menjauhkan diri dari maksiat, karena maksiat membuat otak kita sulit berkonsentrasi sehingga sulit memahami ilmu yang kita terima. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa,
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Seorang hamba yang melakukan sebuah kesalahan, maka akan dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya serta meminta ampun juga bertaubat, hatinya akan dibersihkan. Apabila kembali (berbuat maksiat), maka akan ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Hal tersebutlah yang diistilahkan dengan nama ‘ar raan’ yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu akan menutupi hati mereka’.”(HR. At Tirmidzi no. 3334, Ibnu Majah no. 4244, Ibnu Hibban (7/27) dan Ahmad (2/297). At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.)
5. Jangan sombong saat menuntut ilmu
Jika kita ingin menerima ilmu yang bermanfaat, kita harus rendah hati. Jangan sombong bila kita sudah puas dengan segala ilmu yang telah kita miliki, seperti kata Imam Mujahid, “Dua orang yang tidak belajar ilmu, yaitu orang pemalu serta orang yang sombong” (HR. Bukhari)
6. Memperhatikan guru ketika menuntut ilmu.
Mendengarkan ajaran guru atau orang yang mengajarkan kita ilmu menjadi tanda mencari ilmu. Jangan berbicara atau melakukan hal-hal lain saat belajar yang tidak ada hubungannya dengan jalannya pelajaran yang diajarkan, artinya kita harus fokus mendengarkan dan memperhatikan..
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َูุงِ ุฐَุง ُูุฑِุฆَ ุงُْููุฑْุงٰ ُู َูุง ุณْุชَู
ِุนُْูุง َููٗ َูุงَ ْูุตِุชُْูุง َูุนََُّููู
ْ ุชُุฑْุญَู
َُْูู
Artinya:"Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat."(QS. Al-A'raf surah ke 7: Ayat 204)
7. Berpenampilan suci, rapi dan bersih
Sebaiknya sebelum menuntut ilmu kita berwudhu terlebih dahulu. Dengan kita berwudhu kita akan mendapatkan keberkahan dalam menuntut ilmu. Selain itu kita, harus berpenampilan rabi dan bersih untuk menghormati ilmu dan orang yang menyampaikan ilmu.
E. Keutamaan orang yang menuntut ilmu
Berikut ini keutamaan orang menuntut ilmu:
1. Dimudahkan jalanya menuju surga
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa, “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699).
2. Ditinggikan derajatnya
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu: ketika menafsirkan ayat : (Allah meninggikan orang-orang yang beriman dari kamu sekalian, dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. al-mujadalah:11); dia berkata maksudnya adalah “Allah meninggikan orang-orang yang diberi ilmu atas orang-orang yang beriman beberapa derajat”. (HR. Darimi No. 356)
3. Dicintai oleh Rasulullah
“Dari Zaid bin Tsabit ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Semoga Allah memperindah orang yang mendengar hadits diriku lalu menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak pembawa ilmu yang tidak berilmu.” (HR. Abu Daud no. 3175)
4. Paling utama
“Dari Utsman bin Affan ia berkata; Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Orang yang paling utama di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari no. 4640)
5. Seisi bumi dan langit memintakan ampunan
“Dari Abu Ad Darda` ia berkata; “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya akan memintakan ampun untuk seorang alim makhluk yang di langit dan di bumi hingga ikan hiu di dasar laut.” (HR. Ibnu Majah no.235)
6. Bahagia dunia dan akhirat
“Barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka hendaknya dengan ilmu.” ( Manaqib Asy Syafi'i , 2/139)
F. Bentuk mengajarkan ilmu
Dari 'Abdullah bin 'Amr, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ” (HR. Bukhari no. 3461). Hadits ini maksudnya menyampaikan kalimat-kalimat yang bermanfaat, bisa dari ayat Al-Qur'an atau Hadits. Bentuk mengajarkan ilmu dapat terdiri dari dua jenis:
1. Verbal seperti mengajar, menasihati dan memberi fatwa.
2. Melalui perbuatan atau tingkah laku yaitu menjadi qudwah hasanah, menjadi teladan kebaikan.
Khusus dalam dakwah dengan qudwah hasanah yakni memberikan contoh secara langsung, sehingga jika ada orang yang mengikuti amalan atau meninggalkan amalan karena meniru kita, maka itu sama saja bentuk dakwah kita pada mereka. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur'an yang berbunyi:
ُْููุชُู
ْ ุฎَْูุฑَ ุงُู
َّุฉٍ ุงُุฎْุฑِุฌَุชْ َِّูููุง ุณِ ุชَุฃْู
ُุฑَُْูู ุจِุง ْูู
َุนْุฑُِْูู َูุชَََْْูููู ุนَِู ุงْูู
َُْููุฑِ َูุชُุคْู
َُِْููู ุจِุง ِّٰููู ۗ ََْููู ุงٰู
ََู ุงَُْูู ุงِْููุชٰุจِ ََููุง َู ุฎَْูุฑًุง َُّููู
ْ ۗ ู
ُِْููู
ُ ุงْูู
ُุคْู
َُِْููู َูุงَ ْูุซَุฑُُูู
ُ ุงْٰููุณَُِْููู
Artinya:"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik."(QS. Ali 'Imran surah ke 3: Ayat 110)
G. Adab dalam mengajarkan ilmu
Mengajar bukan sekedar menyampaikan informasi kepada siswa. Sebagaimana dikatakan Imam Nawawi, menjadi guru atau pengajar adab ketika mengajarkan ilmunya kepada murid-muridnya. Sebagaimana kita ketahui, mengajar adalah akar Islam agar Islam tetap tegak. Dengan demikian mengajarkan ilmu aman dari kehancuran.
Oleh karena itu, mengajar merupakan salah satu urusan agama yang paling penting. Amal yang paling mulia dan Fardu kifayah yang paling ketat. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur'an yang berbunyi:
َูุงِ ุฐْ ุงَุฎَุฐَ ุงُّٰููู ู
ِْูุซَุง َู ุงَّูุฐَِْูู ุงُْูุชُْูุง ุงِْููุชٰุจَ َูุชُุจََُِّّููููٗ َِّูููุง ุณِ ََููุง ุชَْูุชُู
َُْูููٗ ۖ ََููุจَุฐُُْูู َูุฑَุงุٓกَ ุธُُْููุฑِِูู
ْ َู ุงุดْุชَุฑَْูุง ุจِูٖ ุซَู
ًَูุง ًَِْููููุง ۗ َูุจِุฆْุณَ ู
َุง َูุดْุชَุฑَُْูู
Artinya:"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu), "Hendaklah kamu benar-benar menerangkannya (isi Kitab itu) kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan (janji itu) ke belakang punggung mereka dan menjualnya dengan harga murah. Maka itu seburuk-buruk jual-beli yang mereka lakukan."(QS. Ali 'Imran surah ke 3: Ayat 187)
Berikut merupakan adab dalam mengajarkan ilmu.
1. Mengharap ridha dari Allah
Guru harus berusaha mengajar untuk mencapai keridhaan Allah dan tidak membiarkan dirinya menggunakannya sebagai sarana untuk mencapai keduniawian semata. Guru harus membayangkan dalam pikirannya bahwa mengajar adalah bentuk ibadah yang paling utama.
2. Meluruskan niat
Sebagian ulama mengatakan bahwa “Hendaklah seseorang tidak dilarang untuk mengajar dikarenakan niatnya tidak benar” bisa jadi suatu saat nanti diharapkan niatnya akan menjadi baik. Namun, mungkin sulit bagi orang yang baru pertama kali mengajar untuk meluruskan niat. Menghalangi mereka untuk mengajar dapat mengakibatkan hilangnya ilmu, dan suatu saat diharapkan ilmu tersebut menjadi berkah karena ia sensng dengan ilmu.
3. Tidak membosankan
Oleh karena itu, salah satu etika mengajar bahwa seorang Muslim tidak boleh kasar dan terlalu sering memaksakan ilmu. Hal tersebut dapat membuat seseorang menjadi bosan bahkan enggan untuk mendengarkannya lagi. Di sini Anda harus menyeimbangkan keinginan berdakwah atau mengajar dengan keterampilan retorika.Karena mempengaruhi bagaimana seseorang menganut dakwah atau ajaran.
“Wahai Abu Abdurahman, kami sangat menyayangi dan pembicaraanmu. Kami akan sangat suka jika engkau mengajari kami setiap hari. Ibnu Abbas berkata, “Tidak ada yang menghalangiku untuk berbicara dengan kalian kecuali aku khawatir dapat membosankan kalian. Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam memberi nasihat kepada kami tidak terlalu sering karena khawatir kami terlalu bosan.” (Mutafaq ‘alaih)
Dalam sebuah hadits juga dikatakan, “Berbicaralah dengan orang-orang setiap jumat sekali saja. Jika kamu ingin memperbanyak, perbanyaklah dua atau tiga kali saja. Janganlah kamu membuat manusia bosan terhadap Al-Qur’an (baik dalam membacanya, memahami, atau bahkan berpaling dari Al-Qur’an karena banyaknya pembicaraan kamu dengan mereka). Jangan pula kamu mendatangi suatu kaum sedangkan mereka sedangkan mereka sedang ada dalam suatu pembicaraan, maka engkau akan memutuskan pembicaraan mereka. Namun, diamlah dengarlah pembicaraan mereka. Apabila mereka memintamu bicara, maka berbicaralah dan mereka akan menyayanginya. Engkau pun harus menghindari bersajak ketika berdoa. Karena kami hidup di masa Rasulullah dan para sahabatnya semua tidak melakukannya. (HR. Bukhari)
4. Memilih waktu dan tempat yang tepat
Jika kita memilih masjid untuk mengajarkan agama Islam, makajangan sampai mengganggu saudara Muslim kita yang sedang shalat. Salah satu metode mengajar ini menunjukkan jika kita tidak merugikan orang lain. Jadi sangat penting untuk memperhatikan tempat sekitar dan juga pada waktu yang tepat.
5. Membangkitkan harapan dan tidak membuat putus asa
Penting sekali kita menciptakan harapan-harapan yang luar biasa dalam diri seorang muslim, kita tidak memberikan harapan palsu melainkan menyampaikan bahwa Islam adalah agama yang memberikan petunjuk, jalan keluar dan ilmu kepada setiap hambanya.
4. Bersikap tegas namun tetap ramah
Menjaga keseimbangan antara percaya diri dan keberanian merupakan keterampilan penting dalam mengajarkan ilmu. Siswa hendaknya mengetahui batasannya, namun juga merasa bahwa guru siap membantu dan mendukung.
5. Kesabaran dan pengertian
Mengajar ilmu memerlukan kesabaran. Sebagai pendidik, penting untuk dipahami bahwa pemahaman setiap orang berbeda-beda. Kesabaran dan pengertian membantu menciptakan ruang yang nyaman bagi siswa. Guru harus mengulangi arti dan pengucapan yang sulit. Jika ada murid yang kurang atau tidak paham terhadap apa yang disampaikan kecuali yakin semua yang muridnya akan mengerti tanpa mengulanginya.
6. Menghormati keanekaragaman
Kelas bisa penuh dengan siswa dari latar belakang berbeda. Menghargai keberagaman tersebut mencakup memahami perbedaan budaya, keyakinan, dan kecerdasan yang dapat mempengaruhi pembelajaran siswa.
7. Kritik membangun
Memberikan umpan balik yang membangun sangatlah penting. Kritik yang membangun membantu siswa memahami hal-hal yang perlu mereka tingkatkan dan merasa didukung untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.
8. Menjadi teladan
Guru yang baik juga harus menjadi teladan bagi siswanya. Sikap dan perilaku positif para pendidik dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan karakter seorang siswa.
9. Penuh cinta, kasih sayang dan semangat
Seorang guru harus mencintai murid-muridnya kebaikan yang ia cintai untuk dirinya sendiri dan membenci untuk muridnya keburukan yang ia benci untuk dirinya sendiri. Guru harus memberikan kasih sayang dan perhatian kepada siswanya, sebagaimana halnya mereka memberikan kebajikan kepada anak-anaknya. Seorang guru harus semangat dalam mengajar murid-muridnya, memberikan perhatian kepada aktivitas mengajar, dan mengutamakannya daripada kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan dirinya sendiri, selama hal tersebut bukan kepentingan yang mendesak.
10. Memastikan kehadiran murid
Guru harus memeriksa kehadiran siswanya dan menanyakan siapa yang tidak hadir.
Dengan menerapkan Adab dalam pengajaran ilmu pengetahuan, tidak hanya ilmu yang disampaikan, tetapi nilai-nilai moral dan etika juga ditanamkan dalam diri peserta didik. Hal ini akan membantu menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan moral yang kuat.
H. Keutamaan orang yang mengajarkan ilmu
1. Menjadi perantara hidayah lebih baik dari mendapatkan unta merah
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu, “Demi Allah, jika Allah memberikan petunjuk kepada satu orang saja melalui perantaraanmu, itu lebih baik bagimu dibandingkan dengan unta merah (yaitu unta yang paling bagus dan paling mahal, pen.).” (HR. Bukhari no. 3009, 3701, 4210 dan Muslim no. 6376)
2. Mendapat pahala yang terus mengalir walaupun telah wafat
"Jika anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim no. 4310)
3. Memperoleh pahala orang yang mengikuti ilmu yg diajarkan
“Siapa yang mengajarkan ilmu, maka ia mendapatkan pahala orang yang mengamalkan, tidak berkurang dari pahala orang yang beramal itu sedikit pun juga.” (HR. Ibnu Majah) dalam hadits lain juga disebutkan bahwa, “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)
4. Perintah Rasulullah
Nabi memerintahkan para sahabatnya untuk meneruskan apa yang telah mereka pelajari langsung dari Nabi. Maka para sahabat mengajarkan ilmu para ulama secara turun temurun untuk mengajarkan apa yang telah mereka terima dari para guru, meskipun hanya sedikit yang dapat diwariskan karena terbatasnya waktu dan kesempatan untuk berdakwah.
5. Allah melaknat orang yang menyembunyikan ilmu
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ุงَِّู ุงَّูุฐَِْูู َْููุชُู
َُْูู ู
َุงۤ ุงَْูุฒََْููุง ู
َِู ุงْูุจَِّٰููุชِ َูุง ُْููุฏٰู ู
ِْูۢ ุจَุนْุฏِ ู
َุง ุจََُّّٰููู َِّูููุง ุณِ ِูู ุงِْููุชٰุจِ ۙ ุงُٰููุٓฆَِู َْููุนَُُููู
ُ ุงُّٰููู َู َْููุนَُُููู
ُ ุงّٰููุนَُِْููู
Artinya:"Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab (Al-Qur'an), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat,"(QS. Al-Baqarah surah ke 2: Ayat 159)
Yang dimaksud dengan laknat adalah Al bu'du min rahmatillah (jauh dari rahmat Allah). Dengan demikian, makna mukholafah pada ayat di atas adalah orang yang menyampaikan kebenaran mendapat rahmat/cinta Allah dalam hidupnya. Allah memberikan amanah kepada orang Yahudi dan Nasrani untuk tidak menyembunyikan kebenaran, namun nyatanya mereka menyembunyikannya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Qur'an yang berbunyi:
َูุงِ ุฐْ ุงَุฎَุฐَ ุงُّٰููู ู
ِْูุซَุง َู ุงَّูุฐَِْูู ุงُْูุชُْูุง ุงِْููุชٰุจَ َูุชُุจََُِّّููููٗ َِّูููุง ุณِ ََููุง ุชَْูุชُู
َُْูููٗ ۖ ََููุจَุฐُُْูู َูุฑَุงุٓกَ ุธُُْููุฑِِูู
ْ َู ุงุดْุชَุฑَْูุง ุจِูٖ ุซَู
ًَูุง ًَِْููููุง ۗ َูุจِุฆْุณَ ู
َุง َูุดْุชَุฑَُْูู
Artinya:"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu), "Hendaklah kamu benar-benar menerangkannya (isi Kitab itu) kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan (janji itu) ke belakang punggung mereka dan menjualnya dengan harga murah. Maka itu seburuk-buruk jual-beli yang mereka lakukan."(QS. Ali 'Imran surah ke 3: Ayat 187)
Betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan setiap orang, bahkan nabi mengancam orang yang menyembunyikan ilmu dalam hadits yang berbunyi, Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang ditanya tentang suatu ilmu pengetahuan lalu ia menyembunyikannya, maka pada hari kiamat kelak Allah akan mengekangnya dengan kekang api neraka.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)
6. Tugas yang mulia dan tujuan utama diutusnya Rasulullah
“Sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai orang yang memaksakan kehendak dan tidak pula keras kepala, akan tetapi dia mengutusku sebagai pengajar lagi memberikan kemudahan.” (HR. Muslim)
7. Didoakan oleh seluruh makhluk
Allah bersholawat dengan melimpahkan rahmat-Nya, para malaikat dan seluruh makhluk, hingga tak terhitung jumlahnya. Semua makhluk berdoa kepada Allah ntuk kebaikan untuk kebaikan di dunia dan akhirat bagi orang yang mengajarkan ilmu.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:"Sesungguhnya Allah, malaikat-malaikatNya, sampai semut di sarangnya, dan ikan di lautan bershalawat untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Thabrani)
8. Dalam keadaan perang sekalipun harus ada orang yang belajar dan mengajar agar ingat
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َูู
َุง َูุง َู ุงْูู
ُุคْู
َُِْููู َِِْููููุฑُْูุง َูุงٓ َّูุฉً ۗ َََْููููุง ََููุฑَ ู
ِْู ُِّูู ِูุฑَْูุฉٍ ู
ُِّْููู
ْ ุทَุงุٓฆَِูุฉٌ َِّูููุชَََُّْููููุง ِูู ุงูุฏِِّْูู َู ُِْูููุฐِุฑُْูุง َْููู
َُูู
ْ ุงِุฐَุง ุฑَุฌَุนُْูุۤง ุงَِِْูููู
ْ َูุนََُّููู
ْ َูุญْุฐَุฑَُْูู
Artinya:"Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya jika mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya."(QS. At-Taubah surah ke 9: Ayat 122)
Jihad merupakan kewajiban yang sangat penting untuk mempertahankan eksistensi agar tidak dibunuh oleh musuh-musuh Islam. Namun umat Islam tidak boleh lalai menuntut ilmu dan mengajarkannya agar umat Islam selalu waspada dan mampu menjaga dirinya.
I. Si anak batu
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang ulama yang bernama Ibnu Hajar Al Asqalani, awalnya dia adalah seorang santri yang bodoh. Ia belajar dengan gurunya selama beberapa tahun, namun ia masih belum bisa membaca dan menulis hingga akhirnya menyerah. Dia meminta gurunya untuk membiarkan dia pulang. Gurunya dengan berat hati mempersilakan Ibnu Hajar pulang, namun menyuruhnya untuk tidak berhenti belajar sesampainya di rumah.
Akhirnya Ibnu Hajar kembali ke rumah. Di perjalanan turun hujan deras, sehingga ia harus berlindung di dalam gua. Karena hujan tak kunjung reda, ia memutuskan untuk masuk lebih dalam ke dalam gua untuk duduk di sana. Pada saat itu terdengar suara gemericik. Karena penasaran, dia pun mendatangi sumber suara tersebut.
Ternyata sumber suara tersebut adalah suara tetesan air pada sebuah batu yang sangat besar. Batu besar itu berlubang karena bertahun-tahun terkena tetesan air. Melihat lubang pada batu tersebut, Ibnu Hajar akhirnya memikirkannya. Ia berpikir batu yang besar dan keras ini pada akhirnya akan berlubang hanya karena setetes air tersebut. Mengapa saya kalah dengan batu? Walaupun pikiran dan jiwaku tidak sekeras batu, itu berarti aku kurang lama belajar.
Setelah memikirkan hal tersebut, Ibnu Hajar akhirnya tidak jadi pulang, ia memutuskan untuk kembali ke gubuk. Semangatnya kembali tumbuh untuk belajar pada gurunya. Akhirnya Ibnu Hajar kembali ke tempatnya belajar, ia ingin belajar lebih lama dan lebih rajin. Di tempatnya belajar, dia belajar dengan giat dan cermat serta tidak menyerah. Upaya itu tidak sia-sia.
Beliau menjadi ulama yang bahkan berhasil menulis beberapa kitab diantaranya adalah Fathul Bari,Ad-Durar al-Kaminah (kamus biografi tokoh-tokoh abad ke-8), Tahdzib at-Tahdzib, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah (kamus biografi sahabat nabi), Bulughul MaramAl-Isti'dad Liyaumil Mii'aadNukhbatul Fikr, (tentang Musthalah hadits). Beliau juga mempunyai murid seperti antara lain Imam As-Sakhawi, Imam As-Suyuthi, Zakaria al-Anshari. Dari awal kisah batu di dalam gua itu, beliau disebut Ibnu Hajar (Anak Batu).
J. Belajar Dari Imam Syafi'i Sebagai Seorang Guru
Ternyata Imam Syafi'i mempunyai murid dibawah rata-rata dan begini cara beliau mengajarinya. Sangat mengesankan apa yang ditulis Imam Baihaqi dalam kitab Manaqib Imam Syafii, bagaimana Imam Syafii sebagai seorang guru mengajar salah satu muridnya yang memahami ilmunya sangat lambat.
Murid tersebut bernama Ar Rabi’ bin Sulaiman. Berulang kali dijelaskan oleh Imam Syafi'i selaku gurunya tetap saja Rabi' tidak mengerti apa dijelaskan oleh gurunya. Dengan sabarnya Imam Syafi'i yang dipelajari masih saja Rabi' belum paham. Hingga Imam Syafi'i mengulanginya hingga 39 kali.
Merasa telah membuat gurunya kecewa Rabi' malu dan berangsur-angsur keluar dari majelis ilmu. Selesai mengajar Imam Syafi'i Rabi'. Setelah menemukannya Imam Syafi'i mengundangnya untuk datang ke rumahnya. Sebagai seorang guru imam Syafi'i dapat memahami perasaan muridnya beliau mengundangnya untuk belajar secara privat. Namun Rabi' belum juga paham apa yang disampaikan oleh gurunya.
Imam Syafi'i tidak serta-merta menghakimi Rabi' sebagai murid yang bodoh. Beliau mengatakan bahwa hanya sebatas ini saja kemampuan beliau mengajarinya. Dan meminta kepada Rabi' untuk berdoa kepada Allah agar Allah mengucurkan ilmunya kepada Rabi'. Karena Imam Syafi'i hanya bertugas menyampaikan ilmu dan Allah yang memberikan ilmu tersebut.
Mengikuti nasehat gurunya, Rabi' bin Sulaiman rajin berdoa kepada Allah dalam diam. Ia juga menunjukkan semangat doanya dalam belajarnya. Keikhlasan, keshalihan dan keseriusan Rabi' bin Sulaiman kemudian muncul sebagai salah satu ulama terbesar mazhab Syafi'i dan seorang perawi hadits yang sangat handal dan dapat dipercaya dalam riwayatnya.
Penutup:
Penulis menyampaikan beberapa point penting pada pembahasan kita kali ini, diantaranya adalah
1. Tidak ada terlambat untuk belajar dan tidak ada kata usai dalam belajar kecuali kematian.
2. Belajar tidak harus di sekolah belajar bisa dimana saja.
3. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap manusia. Belajar bukan karena ada tugas, belajar bukan karena ada PR, belajar bukan karena akan ada ujian, belajar karena disuruh guru dan orangtua, belajar bukan nilai, IPK dan ijazah. Tapi belajar karena itu sebuah kewajiban.
4. Tidak pemisahan antara ilmu dunia dan ilmu akhirat. Ilmu yang kita gunakan untuk memenuhi tujuan duniawi sekalipun ilmu agama itu bisa jadi itu tidak bisa mengantarkan kita ke surga melainkan ilmu yang selain ilmu agama namun digunakan untuk tujuan akhirat dan bermanfaat bagi banyak orang, maka dapat menjadi wasilah kita masuk surga.
5. Teruslah menuntut ilmu sesuai minat bakat pembaca walaupun banyak ribuan Tantangan dan rintangan yang menghadang dan bagi seorang guru sabarlah dalam mengajarkan ilmu karena bisa jadi itulah yang mengantarkan anda kepada surga.
6. Dukung anak anda menuntut ilmu sesuai dengan minat, bakat dan potensinya dan jangan hancurkan masa depan anak anda.
7. Orangtua dan guru harus bekerjasama dalam membantu kegiatan belajar siswa bukan malah menjatuhkan mentalnya.
Baca juga:
Belajar dan mengajar sangatlah penting dan menakjubkan. Penulis berharap artikel singkat ini dapat memberi semangat kepada para guru di negeri tercinta ini. Fakta bahwa kebijakan pemerintah tidak berpihak pada guru tidak serta merta menghalangi kita untuk terus mengajar kapan pun dan dengan cara apa pun. Semoga dalam waktu dekat Allah memberikan kepada kita pemimpin-pemimpin yang benar-benar peduli terhadap pendidikan dan menghormati guru sebagaimana mestinya.
Baca juga:
Mungkin ini saja yang dapat penulis sampaikan pada pembahasan kita kali. Kurang lebihnya penulis mohon maaf. Sekian dan terimakasih atas kunjungannya.
Penulis: Maulana Aditia
Komentar
Posting Komentar