Batasan dalam bercanda menurut Islam

Bercanda adalah bentuk komunikasi sehari-hari yang digunakan makhluk sosial hanya untuk meringankan suasana hati atau menjadi lebih dekat. Namun dalam Islam pun, bercanda diatur dan memiliki batasan yang harus dipatuhi agar tidak melanggar adab dan etika Islam. Berikut adalah beberapa batasan dalam bercanda menurut Islam.


1. Tidak mempermainkan agama
Saat kita bercanda, kita tidak boleh bermain-main dengan nama Allah. Dengan kata lain, dalam setiap lelucon kita tidak boleh mengolok-olok hadis dan ayat Allah. Mengolok-olok Nama Allah, Ayat-Nya dan Rasul-Nya adalah penistaan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ูˆَู„َุฆِู†ْ ุณَุงَ ู„ْุชَู‡ُู…ْ ู„َูŠَู€ู‚ُูˆْู„ُู†َّ ุงِู†َّู…َุง ูƒُู†َّุง ู†َุฎُูˆْุถُ ูˆَู†َู„ْุนَุจُ ۗ ู‚ُู„ْ ุงَุจِุง ู„ู„ّٰู‡ِ ูˆَุงٰ ูŠٰุชِู‡ٖ ูˆَุฑَุณُูˆْู„ِู‡ٖ ูƒُู†ْุชُู…ْ ุชَุณْุชَู‡ْุฒِุกُูˆْู†َ (ูฆูฅ) ู„َุง ุชَุนْุชَุฐِุฑُูˆْุง ู‚َุฏْ ูƒَูَุฑْุชُู…ْ ุจَุนْุฏَ ุงِูŠْู…َุง ู†ِูƒُู…ْ ۗ ุงِู†ْ ู†َّู€ุนْูُ ุนَู†ْ ุทَุงุٓฆِูَุฉٍ ู…ِّู†ْูƒُู…ْ ู†ُู€ุนَุฐِّุจْ ุทَุงุٓฆِูَุฉً ุจِุۢงَู†َّู‡ُู…ْ ูƒَุง ู†ُูˆْุง ู…ُุฌْุฑِู…ِูŠْู†َ (ูฆูฆ)

Artinya:"(65) Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah, "Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?""Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman. Jika Kami memaafkan sebagian dari kamu (karena telah tobat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (selalu) berbuat dosa." (QS. At-Taubah surah ke 9: Ayat 65-65) 

Selain mencemooh nama Allah, orangtua juga harus berpesan kepada anaknya untuk tidak mencemooh agama apa pun, apalagi Islam. Karena agama tidak diperbolehkan untuk dipermainkan. Misalnya, anak tidak boleh menghina orang yang melakukan sunnah seperti bercadar, memelihara janggot, tidak isbal dan lain-lain.

2. Tidak berdusta
Dalam bercanda kita tidak boleh berdusta. Hal ini sebagaimana dengan sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam yang berbunyi:

ูˆَูŠْู„ٌ ู„ِู„َّุฐِู‰ ูŠُุญَุฏِّุซُ ูَูŠَูƒْุฐِุจُ ู„ِูŠُุถْุญِูƒَ ุจِู‡ِ ุงู„ْู‚َูˆْู…َ ูˆَูŠْู„ٌ ู„َู‡ُ ูˆَูŠْู„ٌ ู„َู‡ُ

Artinya:“Celakalah orang yang berbicara lalu mengarang cerita dusta agar orang lain tertawa. Celaka baginya, celaka baginya.”(H.R. Abu Dawud)

3. Tidak menyakiti hati orang lain
Pastikan lelucon anak Anda tidak melukai perasaan orang lain. Jangan biarkan anak mengolok-olok atau menyakiti hati orang lain, meski hanya sekedar lelucon. Misalnya mengolok-olok cacat fisik, bentuk tubuh, nama atau yang lainnya. Karena bercanda namun menyakiti hati orang lain adalah dosa besar dan haram hukumnya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: 

ูŠٰุۤงَ ูŠُّู‡َุง ุงู„َّุฐِูŠْู†َ ุงٰู…َู†ُูˆْุง ู„َุง ูŠَุณْุฎَุฑْ ู‚َูˆْู…ٌ ู…ِّู†ْ ู‚َูˆْู…ٍ ุนَุณٰูۤ‰ ุงَู†ْ ูŠَّูƒُูˆْู†ُูˆْุง ุฎَูŠْุฑًุง ู…ِّู†ْู‡ُู…ْ ูˆَู„َุง ู†ِุณَุงุٓกٌ ู…ِّู†ْ ู†ِّุณَุงุٓกٍ ุนَุณٰูۤ‰ ุงَู†ْ ูŠَّูƒُู†َّ ุฎَูŠْุฑًุง ู…ِّู†ْู‡ُู†َّ ۚ ูˆَู„َุง ุชَู„ْู…ِุฒُูˆْุۤง ุงَู†ْูُุณَูƒُู…ْ ูˆَู„َุง ุชَู†َุง ุจَุฒُูˆْุง ุจِุง ู„ْุงَ ู„ْู‚َุง ุจِ ۗ ุจِุฆْุณَ ุงู„ِุง ุณْู…ُ ุงู„ْูُุณُูˆْู‚ُ ุจَุนْุฏَ ุงู„ْุงِ ูŠْู…َุง ู†ِ ۚ ูˆَู…َู†ْ ู„َّู…ْ ูŠَุชُุจْ ูَุงُ ูˆู„ٰุٓฆِูƒَ ู‡ُู…ُ ุงู„ุธّٰู„ِู…ُูˆْู†َ

Artinya:"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Hujurat surah ke 49: Ayat 11)


Ajari anak untuk bersikap dan berbicara yang baik dalam segala situasi, bahkan saat bercanda. Hindari perkataan dan tindakan buruk yang dapat menyinggung dan menyakiti hati orang lain. Tujuannya adalah agar anak dapat bersosialisasi dengan baik di masyarakat dan orang-orang disekitarnya juga merasa nyaman.

4. Tidak melampaui batas kesopanan
Bahkan lelucon pun ada batasnya. Oleh karena itu, pastikan anak Anda tidak melewati batas atau berlebihan. Karena segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, meski bercanda sekalipun. Contohnya seperti tertawa berlebihan karena dapat mematikan hati. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam yang berbunyi:

ูˆَู„َุง ุชُูƒْุซِุฑِ ุงู„ุถَّุญِูƒَ، ูَุฅِู†َّ ูƒَุซْุฑَุฉَ ุงู„ุถَّุญِูƒِ ุชُู…ِูŠุชُ ุงู„ู‚َู„ْุจَ

Artinya:“Janganlah engkau sering tertawa, karena sering tertawa akan mematikan hati.” (H.R. Ibnu Majah no 3400)

Jika Anda bercanda, beri tahu anak Anda untuk tidak tertawa terbahak-bahak. Hal ini sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Nabi. Padahal, Nabi biasanya hanya tersenyum dan tidak pernah tertawa hingga lidahnya terlihat. 

ู…َุง ุฑَุฃَูŠْุชُ ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุถَุงุญِูƒًุง ุญَุชَّู‰ ุฃَุฑَู‰ ู…ِู†ْู‡ُ ู„َู‡َูˆَุงุชِู‡ِ ุฅِู†َّู…َุง ูƒَุงู†َ ูŠَุชَุจَุณَّู…ُ

Artinya:“Aku belum pernah melihat Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum.

5. Tidak mengambil barang milik orang lain
Entah itu serius atau bercanda, anak-anak tetap tidak diperbolehkan mengambil sesuatu dari orang lain. Bercanda dengan mengambil barang orang lain tidak ada gunanya dan malah bisa menimbulkan pertengkaran. Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam, bersabda:

ู„َุง ูŠَุฃْุฎُุฐَู†َّ ุฃَุญَุฏُูƒُู…ْ ู…َุชَุงุนَ ุตَุงุญِุจِู‡ِ ู„َุงุนِุจًุง ูˆَู„َุง ุฌَุงุฏًّุง ูˆَุฅِู†ْ ุฃَุฎَุฐَ ุนَุตَุง ุตَุงุญِุจِู‡ِ ูَู„ْูŠَุฑُุฏَّู‡َุง ุนَู„َูŠْู‡ِ

Artinya:“Janganlah salah seorang kalian mengambil barang temannya (baik) bermain-main maupun serius. Meskipun ia mengambil tongkat temannya, hendaknya ia kembalikan kepadanya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan at-Tirmidzi)

6. Jauhi topik yang serius
Tujuan dari lelucon adalah untuk mencairkan suasana dan menghibur. Itu sebabnya sebaiknya hindari mengolok-olok hal-hal serius dengan anak. Sebagai umat islam hendaknya kita bijak dan mampu menempatkan diri dimana saja sehingga kita bisa mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang kita lakukan. Hal inilah yang akan ditiru oleh anak ketika sedang bersama teman-temannya.

7. Tidak membuat takut orang lain
Anak-anak tidak boleh menakut-nakuti orang lain saat melakukan lelucon. Sebagai umat Islam, kita hendaknya menciptakan suasana yang mengedepankan ketenangan dan kenyamanan. Dalam hal ini adalah lelucon yang dilontarkan anak tidak boleh meninggalkan trauma bagi orang lain. Misalnya mengeluarkan suara-suara seram, membuat pocong-pocongan atau yang lainnya

Sebagaimana yang dijelaskan didalam hadits yang berbunyi:

“Para sahabat Rasul telah menceritakan kepada kami, bahwa mereka pernah berjalan di malam hari bersama Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Lalu tatkala salah seorang dari mereka tertidur, sebagian dari mereka beranjak kepadanya dan mengambil talinya, sehingga ia pun ketakutan. Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.” (H.R. Abu Dawud) 

8. Tidak dengan mengacungkan senjata 
Anak-anak tidak boleh mengacungkan senjata saat bercanda karena sangat berbahaya. Khawatir adalah iblis mengendalikan tangan kita dan secara tidak sengaja menggunakan senjata tersebut untuk menyakiti atau bahkan membunuh orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam yang berbunyi:

“Janganlah salah seorang kalian menunjuk kepada saudaranya dengan senjata, karena dia tidak tahu, bisa jadi setan mencabut dari tangannya, lalu dia terjerumus ke dalam neraka.” (Muttafaqun ‘alaih)

9. Memilih waktu yang tepat untuk bercanda
Waktu bercandanya juga harus tepat. Jadi beri tahu anak Anda kapan waktunya bercanda dan kapan waktunya serius. Terkadang pembaca bisa bercanda, seperti saat sedang bersenang-senang, saat bertemu teman lama, atau saat sedang membutuhkan suasana santai.

Sementara itu, jangan bercanda ketika Anda berada di majelis ilmu, majelis hakim, dan ketika Anda dimintai kesaksian atau pertanggungjawaban. Bercanda pada saat seperti ini tidak diperbolehkan dan hanya akan menjatuhkan harga diri, saat bertemu teman lama atau saat suasana ringan diperlukan.

10. Bercanda dengan orang yang tepat
Tidak semua orang suka bercanda. Oleh karena itu, lebih baik jangan bercanda dengan orang yang tidak menyukainya. Saat Anda baru saja mengenal seseorang, beri tahu anak Anda bahwa dia tidak ceroboh saat memintanya bercanda. Karena terkadang apa yang dianggap menyenangkan oleh anak bisa menyakiti orang lain.

Akan lebih baik jika Anda mengajak orang yang Anda kenal dan dekat untuk bercanda. Meski begitu, Anda tetap harus memperhatikan label yang ada. Hal ini sesuai dengan perkataan Syekh As-Sayyid Nada. Beliau mengatakan bahwa umat Islam hanya boleh bercanda dengan orang yang bisa diajak bercanda.

11. Tidak menjadikan bercanda sebagai kebiasaan
Bercanda memang bisa membuat suasana menjadi menyenangkan. Namun, tidak semua orang bisa bercanda. Anak-anak mungkin tidak bercanda tentang beberapa hal. Misalnya saja kekurangan seseorang, kesedihan seseorang, dan sebagainya. Tentu saja sebagai orangtua kita harus memberitahukan hal ini kepada anak kita. Beri tahu mereka apa yang boleh dijadikan bahan lelucon dan apa yang tidak.

Bercanda boleh saja, namun tidak boleh berlebihan atau menyimpang dari ajaran agama. Cobalah untuk mendorong anak-anak untuk mengikuti ajaran Nabi Muhammad. Beliau tersenyum lembut saat mereka bercanda satu sama lain.

Penutup
Pada dasarnya Islam memperbolehkan pemeluknya untuk bercanda. Bahkan, Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam juga bercanda dengan para sahabat dan keluarganya. Namun bercanda berlebihan tidak diperbolehkan dalam Islam. Mengapa demikian? Berikut alasannya.

* Hati mati, sehingga kurang sensitif terhadap kondisi lingkungan.
* Waktu menjadi terbuang habis untuk tertawa.
* Bisa mengakibatkan perkelahian.
* Dapat menyebabkan pecahnya aneurisma otak.
* Membuat kita melupakan karunia Allah.

Jika pembaca bercanda dengan seseorang maka buatlah semua orang yang anda ajak bercanda tertawa. Saat bercanda jangan pernah menyudutkan siapapun sehingga terjadi keributan. Lihat situasi dan kondisi saat bercanda. Hal ini penting karena ada masanya kita serius dan ada masanya kita bercanda. 

Mungkin ini saja yang dapat penulis sampaikan pada pembahasan kita kali ini. Kurang lebihnya penulis mohon maaf. Sekian dan terimakasih telah berkunjung ke blog ini. 

Penulis: Maulana Aditia 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Damaskus sebagai pusat peradaban Islam di Timur

Cahaya Islam di tanah Andalusia

Jauhi suudzon dan tingkatkan husnudzon