Berbuat Ihsan kepada Allah dan ciptaannya


Ihsan merupakan pilar penting bagi umat Islam selain keimanan. Ihsan tidak bisa dipisahkan dari iman dan Islam. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa ditinggalkan dalam keislaman seseorang secara utuh. Perilaku ihsan harus ditanamkan dalam hati dan dilaksanakan dalam kehidupan melalui perbuatan terpuji. 
Lalu, apa yang dimaksud dengan Ihsan? Bagaimana ruang lingkupnya? Bagaimana hubungan antara iman, Islam dan Ihsan? Hikmah apa yang dapat kita ambil jika kita berbuat ihsan? 

A. Pengertian Ihsan 
Kata ihsan berasal dari bahasa Arab ุฅุญุณุงู† yang memiliki arti "melakukan hal-hal yang indah”, “mempercantik”, “kesempurnaan”, atau “keunggulan”. Dalam Islam, Ihsan adalah kewajiban umat Islam untuk mencapai kesempurnaan atau keunggulan dalam beribadah, sehingga umat Islam berusaha untuk beribadah kepada Allah sebagaimana mereka melihatnya, dan meskipun mereka tidak melihat-Nya, niscaya mereka percaya bahwa Allah selalu mengawasi mereka. Dari sini dapat disimpulkan bahwa ihsan adalah perbuatan baik yang dilakukan manusia karena Allah. 

B. Perintah berbuat Ihsan 
1. Al-Qur'an
Ada seratus enam puluh enam ayat dalam Al-Quran yang berbicara tentang ihsan dan penerapannya. Dari sini kita dapat memahami betapa mulia dan agungnya perilaku dan akhlak tersebut, karena mendapat bagian yang sangat istimewa dalam Al-Qur'an. Di bawah ini ada beberapa ayat yang menjadi dasar hal tersebut.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ูˆَุงِ ุฐْ ุงَุฎَุฐْู†َุง ู…ِูŠْุซَุง ู‚َ ุจَู†ِูŠْۤ ุงِุณْุฑَุงุٓกِูŠْู„َ ู„َุง ุชَุนْุจُุฏُูˆْู†َ ุงِู„َّุง ุงู„ู„ّٰู‡َ ูˆَุจِุง ู„ْูˆَุง ู„ِุฏَูŠْู†ِ ุงِุญْุณَุง ู†ًุง ูˆَّุฐِู‰ ุงู„ْู‚ُุฑْุจٰู‰ ูˆَุง ู„ْูŠَุชٰู…ٰู‰ ูˆَุง ู„ْู…َุณฺٰฉِูŠْู†ِ ูˆَู‚ُูˆْู„ُูˆْุง ู„ِู„ู†َّุง ุณِ ุญُุณْู†ًุง ูˆَّุงَู‚ِูŠْู…ُูˆุง ุงู„ุตَّู„ٰูˆุฉَ ูˆَุงٰ ุชُูˆุง ุงู„ุฒฺَّฉٰูˆุฉَ ۗ ุซُู…َّ ุชَูˆَู„َّูŠْุชُู…ْ ุงِู„َّุง ู‚َู„ِูŠْู„ًุง ู…ِّู†ฺْฉُู…ْ ูˆَุงَ ู†ْู€ุชُู…ْ ู…ُّุนْุฑِุถُูˆْู†َ

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari Bani Israil, "Janganlah kamu menyembah selain Allah dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah sholat dan tunaikanlah zakat." Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari) kecuali sebagian kecil dari kamu dan kamu (masih menjadi) pembangkang."(QS. Al-Baqarah surah 2: Ayat 83)

Kemudian didalam ayat lain yang berbunyi:

ูˆَุงَ ู†ْูِู‚ُูˆْุง ูِูŠْ ุณَุจِูŠْู„ِ ุงู„ู„ّٰู‡ِ ูˆَู„َุง ุชُู„ْู‚ُูˆْุง ุจِุงَ ูŠْุฏِูŠْูƒُู…ْ ุงِู„َู‰ ุงู„ุชَّู‡ْู„ُูƒَุฉِ  ۛ  ูˆَุงَ ุญْุณِู†ُูˆْุง  ۛ  ุงِู†َّ ุงู„ู„ّٰู‡َ ูŠُุญِุจُّ ุงู„ْู…ُุญْุณِู†ِูŠْู†َ

Artinya: "Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."(QS. Al-Baqarah surah 2: Ayat 195)

2. Hadits
Rasulullah juga memperhatikan soal ihsan ini. Karena dialah puncak harapan dan perjuangan hamba. Lebih Lagi ada beberapa hadits tentang ihsan yang menjadi landasan terpenting dalam memahami agama ini. Nabi menjelaskan tentang ihsan sambil menjawab pertanyaan malaikat Jibril tentang ihsan, dimana Jibril membenarkan jawaban tersebut dengan mengatakan:

ุฃَู†ْ ุชَุนْุจُุฏَ ุงู„ู„ู‡َ ูƒَุฃَู†َّูƒَ ุชَุฑَุงู‡ُ ูَุฅِู†ْ ู„َู…ْ ุชَูƒُู†ْ ุชَุฑَุงู‡ُ ูَุฅِู†َّู‡ُ ูŠَุฑَุงูƒَ

Artinya: “Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. (HR. Muslim)  

ุงِู†َّ ุงู„ู„ู‡َ ูƒَุชَุจَ ุนَู„َูŠْูƒُู…ُ ุงْู„ِุงุญْุณَุงู†َ ุนَู„َู‰ ูƒُู„ِّ ุดَูŠْุกٍ, ูَุงِุฐَุง ู‚َุชَู„ْุชُู…ْ ูَุงَุญْุณِู†ُูˆْ ุงู„ْู‚َุชْู„َุฉَ ูˆَ ุงِุฐَุง ุฐَุจَุญْุชُู…ْ ูَุงَุญْุณِู†ُูˆْ ุงู„ุฐَّุจْุญَุฉَ

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka jika kamu membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan baik… “ (HR. Muslim)

Para ulama pun sepakat bahwa ihsan dalam beribadah kepada Tuhan dan ihsan dalam perilaku Islam merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya, maka siapapun yang melakukan ihsan dalam amalannya memenuhi perintah Allah dan Rasul-Nya begitu pula sebaliknya.

C. Ciri-ciri orang yang mempunyai sikap Ihsan 
1. Melaksanakan perintah dan larangan Allah dengan rasa ikhlas.
2. Selalu bersikap amanah, jujur, dan menepati janji.
3. Mampu merasakan nikmat dan haus akan ibadah.
4. Menciptakan keharmonisan sosial.
5. Memperoleh pahala dari Allah.
6. Sabar dan tekun dalam menghadapi kesulitan.
7. Bersikap murah hati dan memberi kepada orang lain.
8. Memaafkan kesalahan orang lain.
9. Berjuang untuk mencapai keunggulan dalam semua aspek kehidupan.
10. Memiliki hubungan yang kuat dengan Allah.

D. Ruang lingkup Ihsan 
Kepada siapa kita harus berbuat ihsan? Berikut uraiannya.

1. Berbuat Ihsan kepada Allah
Berbuat ihsan kepada Allah adalah Ihsan  dalam menyembah atau beribadah kepada Allah , dalam bentuk ibadah khusus yang disebut ibadah mahdah (murni, ritualistik) seperti shalat, puasa, dan lain-lain atau dalam bentuk ibadah umum yang disebut gairu mahdah (ibadah sosial) seperti menuntut, mengajar. , berdagang, makan, tidur dan segala aktivitas manusia yang tidak bertentangan dengan aturan agama. 

Berdasarkan hadits di atas tentang Ihsan, Ihsan kepada Allah mencakup dua tingkatan, yakni:

a. Beribadah kepada Allah seakan-akan melihatnya.
Keadaan ini merupakan tingkat Ihsan yang paling tinggi karena berawal dari kebutuhan, harapan dan kerinduan. Dia menuju dan mencoba mendekat kepada-Nya.

b. Beribadah dengan penuh keyakinan bahwa Allah melihatnya.
Keadaan ini lebih rendah dibandingkan yang pertama karena sikap kebajikannya dilatarbelakangi oleh perasaan diawasi dan takut akan hukuman. Kedua jenis ihsan ini mengantarkan pelaku kejahatan pada puncak keikhlasan dalam beribadah kepada Allah, jauh dari motif riya'.

2. Berbuat Ihsan kepada ciptaan Allah
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ูˆَุงَ ุญْุณِู†ْ ูƒَู…َุงۤ ุงَุญْุณَู†َ ุงู„ู„ّٰู‡ُ ุงِู„َูŠْูƒَ ูˆَู„َุง ุชَุจْุบِ ุงู„ْู€ูَุณَุง ุฏَ ูِู‰ ุงู„ْุงَ ุฑْุถِ ۗ ุงِู†َّ ุงู„ู„ّٰู‡َ ู„َุง ูŠُุญِุจُّ ุงู„ْู…ُูْุณِุฏِูŠْู†َ

Artinya: "... dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qasas surah ke 28: Ayat 77)

berbuat baik (Ihsan) kepada makhluk Allah yang meliputi seluruh alam semesta yang diciptakan-Nya. Berikut penjelasan lebih detailnya:

a. Berbuat Ihsan kepada kedua orangtua
Berbuat baik kepada orangtua berarti menyayangi, menyayangi, dan merawatnya dengan sepenuh hati, serta mengikuti segala keinginannya, selama tidak bertentangan dengan aturan Allah. Mereka rela berkorban demi anak-anak mereka ketika anak-anaknya masih kecil dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Mereka mendidik dan mengurus segala kebutuhan anak-anaknya ketika anaknya masih lemah. Selain itu, orangtua memberikan kasih sayang yang tiada tara. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ูˆَู‚َุถٰู‰ ุฑَุจُّูƒَ ุงَ ู„َّุง ุชَุนْุจُุฏُูˆْุۤง ุงِู„َّุงۤ ุงِูŠَّุงู‡ُ ูˆَุจِุง ู„ْูˆَุง ู„ِุฏَูŠْู†ِ ุงِุญْุณَุง ู†ًุง ۗ ุงِู…َّุง ูŠَู€ุจْู„ُุบَู†َّ ุนِู†ْุฏَูƒَ ุงู„ْูƒِุจَุฑَ ุงَุญَุฏُู‡ُู…َุงۤ ุงَูˆْ ูƒِู„ٰู‡ُู…َุง ูَู„َุง ุชَู‚ُู„ْ ู„َّู‡ُู…َุงۤ ุงُูٍّ ูˆَّู„َุง ุชَู†ْู‡َุฑْู‡ُู…َุง ูˆَู‚ُู„ْ ู„َّู‡ُู…َุง ู‚َูˆْู„ًุง ูƒَุฑِูŠْู…ًุง (ูขูฃ) ูˆَุง ุฎْูِุถْ ู„َู‡ُู…َุง ุฌَู†َุง ุญَ ุงู„ุฐُّู„ِّ ู…ِู†َ ุงู„ุฑَّุญْู…َุฉِ ูˆَู‚ُู„ْ ุฑَّุจِّ ุงุฑْุญَู…ْู‡ُู…َุง ูƒَู…َุง ุฑَุจَّูŠٰู†ِูŠْ ุตَุบِูŠْุฑًุง(ูขูค)

Artinya: (23) "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." (24) "Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil."" (QS. Al-Isra' surah ke17: Ayat 23 dan 24)

Dalam hadits juga disebutkan bahwa: "Keridoan Allah berada pada keridoan orangtua, dan kemurkaan Allah berada pada kemurkaan orangtua.” (HR. at-Tirmizi).

b. Berbuat Ihsan kepada kerabat karib
Menjalin hubungan baik dengan kerabat dekat merupakan salah satu bentuk ihsan kepada mereka, bahkan Allah menyamakan putusnya silaturahmi dengan perusak bumi. Sebagaimana dengan firman Allah yang berbunyi:

ูَู‡َู„ْ ุนَุณَูŠْุชُู…ْ ุงِู†ْ ุชَูˆَู„َّูŠْุชُู…ْ ุงَู†ْ ุชُูْุณِุฏُูˆْุง ูِู‰ ุงู„ْุงَ ุฑْุถِ ูˆَุชُู‚َุทِّุนُูˆْุۤง ุงَุฑْุญَุง ู…َูƒُู…ْ

Artinya: "Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?"(QS. Muhammad surah ke 47: Ayat 22)

Silaturahmi merupakan kunci untuk memperoleh keridoan Allah. Sebab hal paling utama terputusnya hubungan seorang hamba dengan Tuhannya adalah karena terputusnya tali silaturahmi. Dalam hadits qudsi, 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: "Aku adalah Allah, Aku adalah Rahman, dan Aku telah menciptakan rahim yang Kuberi nama bagian dari nama-Ku. Maka, barangsiapa yang menyambungnya, akan Kusambungkan pula baginya dan barangsiapa yang memutuskannya, akan Kuputuskan hubunganKu dengannya.” (HR. at-Tirmizi). 

c. Berbuat Ihsan kepada anak yatim-piatu
Berbuat baik kepada anak yatim-piatu adalah dengan mendidik dan melindungi hak-haknya. Banyak ayat dan hadis yang menganjurkan berbuat baik kepada anak yatim, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam yang berbunyi:
 Aku dan orang yang memelihara anak yatim di surga kelak akan seperti ini…(seraya menunjukkan jari telunjuk jari tengahnya).” (HR. al-Bukhari, Abu Dawud, dan at-Tirmizi). 

d. Berbuat Ihsan kepada fakir miskin
Berbuat ihsan kepada fakir miskin dapat dilakukan dengan membantu mereka terutama ketika mereka dalam kesulitan. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Orang-orang yang menolong janda dan orang miskin, seperti orang yang berjuang di jalan Allah.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

e. Berbuat Ihsan kepada tetangga
Tetangga dekat mencakup tetangga dekat dari sanak saudara atau tetangga yang dekat dengan rumah, maupun tetangga jauh, tanpa memandang apakah mereka jauh dari rumah atau keturunan. Teman sejawat adalah mereka yang berkumpul bersama kita karena alasan pekerjaan, pertemanan, teman sekolah atau kampus, perjalanan, dan lain-lain.

Mereka semua termasuk dalam kategori tetangga. Tetangga yang non-Muslim mempunyai hak hanya sebagai tetangga, sedangkan tetangga yang beragama Islam mempunyai dua hak, yaitu bertetangga dan seorang Muslim, sedangkan tetangga dan kerabat yang beragama Islam mempunyai tiga hak, yaitu bertetangga, sebagai Muslim, dan sebagai kerabat.

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: Demi Allah, tidak beriman, demi Allah, tidak beriman.” Para sahabat bertanya: “Siapakah yang tidak beriman, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Seseorang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya.” (HR. al-Syaikhani).

Didalam hadits lain disebutkan bahwa, Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda,“Tidak beriman kepadaku barangsiapa yang kenyang pada suatu malam, sedangkan tetangganya kelaparan, padahal ia megetahuinya.”(HR. at-Tabrani).

f. Berbuat Ihsan kepada tamu
Tamu yang datang dari jauh termasuk dalam istilah ibnu sabil (orang yang melakukan perjalanan jauh). Perilaku Ihsan terhadap Ibnu Sabil adalah memenuhi kebutuhannya, menjaga hartanya, menjaga kehormatannya, menunjukkan jalan ketika dia meminta.

Berbuat ihsan kepada tamu adalah dengan memperlakukan mereka dengan hormat dan keramahtamahan. Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya.” (HR. Jama’ah, kecuali Nasa’i). 

g. Berbuat Ihsan kepada karyawan atau pekerja
Bagi para pekerja atau orang yang terikat kontrak dengan kita, termasuk pembantu rumah tangga, mandor dan sejenisnya, kita diperintahkan untuk membayar upahnya sebelum keringatnya kering dan tidak membebani mereka dengan apa pun yang tidak mampu mereka tanggung. Secara umum, kita juga harus menghormati dan menghargai profesi mereka.

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah, shahih). Maksud dari hadist ini adalah untuk memenuhi hak-hak pekerja segera setelah pekerjaan selesai, dan hal ini juga begitu juga bisa dimaksud jika telah ada dalam menyetujui pembayaran upah setiap bulannya.

Imam Al-Munawi berkata, “Diharamkan menunda pemberian gaji padahal mampu menunaikannya tepat waktu. Yang dimaksud memberikan gaji sebelum keringat si pekerja kering adalah ungkapan untuk menunjukkan diperintahkannya memberikan gaji setelah pekerjaan itu selesai ketika si pekerja meminta walau keringatnya tidak kering atau keringatnya telah kering.” (Faidhul Qodir, 1: 718)

h. Berbuat Ihsan kepada sesama manusia
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). 

Wahai manusia, marilah kita berlemah lembut dalam berbicara, mari kita saling menghormati dalam berkomunikasi, mengajak kebaikan dan menjauhi keburukan. Tunjukkan pada mereka jalan ketika mereka tersesat, ajari mereka yang bodoh, akui hak-hak mereka, dan jangan menyusahkan mereka dengan tidak melakukan hal-hal yang dapat menggoda dan menyakiti mereka.

i. Berbuat Ihsan kepada binatang
Berbuat ihsan terhadap hewan terdiri dari memberi makan kepada yang lapar, merawatnya ketika sakit, tidak memberikan beban yang berlebihan, tidak menyiksanya ketika bekerja, dan tidak beristirahat ketika lelah. Bahkan, ketika menyembelihnya, harus dengan cara yang baik, tanpa menyiksanya dan menggunakan pisau yang tajam.

Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam yang berbunyi, …Maka apabila kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik, dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya”. (HR. Muslim). 

j. Berbuat Ihsan kepada alam sekitar
Alam semesta dan isinya diciptakan untuk kepentingan manusia. Untuk melindungi alam dan manusia itu sendiri, alam harus dimanfaatkan secara bertanggung jawab. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

 ูˆَุงَ ุญْุณِู†ْ ูƒَู…َุงۤ ุงَุญْุณَู†َ ุงู„ู„ّٰู‡ُ ุงِู„َูŠْูƒَ ูˆَู„َุง ุชَุจْุบِ ุงู„ْู€ูَุณَุง ุฏَ ูِู‰ ุงู„ْุงَ ุฑْุถِ ۗ ุงِู†َّ ุงู„ู„ّٰู‡َ ู„َุง ูŠُุญِุจُّ ุงู„ْู…ُูْุณِุฏِูŠْู†َ

Artinya: "... dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan."(QS. Al-Qasas surah ke 28: Ayat 77)

Seorang Muslim harus berusaha untuk mencapai ihsan dalam semua bidang kehidupannya karena itu adalah bentuk ibadah tertinggi dan cara untuk mendapatkan ridha Allah.

E. Hubungan antara iman, Islam dan Ihsan 
 Iman, Islam dan ihsan saling berkaitan karena merupakan unsur agama. Iman, Islam dan Ihsan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Iman adalah keimanan yang menjadi landasan keyakinan. Keyakinan itu kemudian diwujudkan dengan menerapkan rukun Islam yang lima. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Selain itu, iman, Islam, dan Ihsan sering diibaratkan ketiga hubungan tersebut sebagai sebuah segitiga sama sisi yang mana satu sisi dan sisi lainnya berkaitan erat. Segitiga tidak akan terbentuk jika ketiga sisinya tidak terhubung. Jadi orang yang beragama harus mampu mencapai dan menyeimbangkan iman, Islam dan ihsan. Al-Qur'an juga mengatakan bahwa iman, Islam dan Ihsan saling berhubungan, yakni terdapat dalam QS Al-Maidah ayat 3 dan QS Ali-Imron ayat 19. 

ุงَ ู„ْูŠَูˆْู…َ ุงَูƒْู…َู„ْุชُ ู„َู€ูƒُู…ْ ุฏِูŠْู†َูƒُู…ْ ูˆَุงَ ุชْู…َู…ْุชُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ู†ِุนْู…َุชِูŠْ ูˆَุฑَุถِูŠْุชُ ู„َู€ูƒُู…ُ ุงู„ْุงِ ุณْู„َุง ู…َ ุฏِูŠْู†ًุง

Artinya: "Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu..." (QS. Al-Ma'idah surah 5: Ayat 3)

ุงِู†َّ ุงู„ุฏِّูŠْู†َ ุนِู†ْุฏَ ุงู„ู„ّٰู‡ِ ุงู„ْุงِ ุณْู„َุง ู…ُ

Artinya:"Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 19)

Dalam ayat tersebut dijelaskan kata Islam dan selalu diikuti dengan kata addin yang artinya agama. Agama terdiri dari 3 unsur yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa keimanan adalah keyakinan yang menjadikan seseorang menerima Islam dan berserah diri sepenuh hati kepada Allah melaksanakan hukum-hukumnya dan menolak segala sesuatu yang dilarang oleh hukum Islam.

F. Perbedaan iman, Islam dan Ihsan
Selain ketiganya hubungan satu dengan yang lain, ada juga perbedaan di antara ketiganya dan juga identitas mereka. Iman menekankan keyakinan dalam hati. Islam adalah sikap untuk berbuat dan beramal baik, sedangkan Ihsan adalah sikap yang berupa perbuatan nyata. Dengan Ihsan, seseorang dapat mengukur ketebalan keimanan dan keislamannya.

Jika iman dan Islam disebutkan bersama-sama, Islam berarti perbuatan yang terlihat yaitu lima rukun Islam dan iman berarti perbuatan yang tak terlihat yaitu rukun iman yang keenam. Dan jika hanya salah satu di antaranya (yang disebutkan), maka maksud dan hukum keduanya.

Ruang lingkup Ihsan lebih umum dari iman dan iman lebih umum dari Islam. Ihsan lebih umum maknanya; karena mengandung makna iman. Seorang hamba tidak dapat mencapai nilai ihsan kecuali ia memahami keimanan dan ihsan lebih khusus dari segi pelakunya karena ahli ihsan adalah segolongan ahli iman. Jadi setiap muhsin adalah mukmin dan tidak setiap mukmin adalah muhsin.

G. Hikmah berbuat Ihsan
Berikut beberapa hikmah berbuat Ihsan:

1. Mendapatkan ridho dari Allah
Salah satu manfaat yang paling penting dari melakukan ihsan adalah mendapatkan ridho dari Allah. Jika seseorang berbuat baik dengan ikhlas, maka Allah akan membalasnya dengan nikmat dan rahmat-Nya.

2. Mendapatkan pahala dari Allah
Manfaat lain dari melakukan ihsan adalah mendapat pahala dari Allah. Allah berjanji akan memberi pahala bagi orang yang berbuat baik dengan surga dan ridho-Nya.

3. Disayang oleh orangtua
Melakukan Ihsan juga bisa membuat orangtua menyayangi kita. Sebab, oran tua mengapresiasi bila anaknya berbuat baik dan memperlakukan orang lain dengan baik dan hormat.

4. Mendapatkan rasa hormat dari orang lain
Berbuat Ihsan juga dapat menimbulkan rasa hormat terhadap orang lain. Ketika seseorang memperlakukan orang lain dengan baik dan hormat, kemungkinan besar orang tersebut juga akan dihormati.

5. Dilindungi dari kesulitan
Melakukan Ihsan juga dapat melindungi seseorang dari masalah. Ketika seseorang berbuat baik, ia akan lebih mudah menerima bantuan dan dukungan orang lain ketika ia sedang berjuang.

H. Rekomendasi buku untuk belajar menjadi pribadi yang Ihsan 
1. Tasawuf dan Ihsan
Apa yang dimaksud dengan penyucian jiwa (tazkiyat al-nafs/tashawwuf)? Apakah tasawuf sesat itu benar? Apa pendapat para sahabat, fukaha, dan ulama tentang hal ini? Berbeda dengan resensi lainnya, buku ini berhasil mengukuhkan status tasawuf sebagai sarana mencapai kesempurnaan jiwa. Syekh Kabbani juga secara gamblang memaparkan sejarah tasawuf sebagai “antivirus” kebatilan dan kezaliman.

Tasawuf seringkali muncul sebagai gerakan protes terhadap kerusakan moral masyarakat dan penguasa dengan berbagai penyimpangan dan kesenjangannya. Tasawuf bukan sekadar pergerakan ke dalam diri,bukan sekadar upaya menyucikan jiwa yang kurang berjiwa sosial. 

Tasawuf merupakan gerakan batin yang menciptakan kesadaran sosial. Buku ini tidak hanya menjelaskan tasawuf sebagai cara untuk mencapai keadaan ihsan. Banyak panduan yang bisa Anda ambil hikmahnya, serta banyak inspirasi untuk mencapai kesucian hati dan akhlak yang setinggi-tingginya.

2. Kekuatan Iman dan Ihsan
Buku ini tentang kekuatan iman dan ihsan. Keduanya saling berkaitan untuk saling menenangkan dan menjadi tanda menjalani kehidupan. Jadi tidak akan tersesat dan berperilaku baik dengan mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

3. Ihsan Wasy
Ketika kita ditanya tentang arti hidup, jawaban kita berbeda-beda. Ada yang ingin jadi ilmuwan, pejabat, pengusaha, dan ada pula yang bilang ingin masuk surga. Sebagian besar jawabannya berasal dari kehidupan duniawi. Wajar jika jawabannya biasanya mengarah ke sana karena kita hidup di dunia ini sehingga sering kali melupakan kehidupan setelah kematian.

Padahal, ketika Allah menciptakan manusia, Dia mengungkapkan satu tujuan penciptaan tersebut, yaitu untuk beribadah atau mengabdi kepada-Nya. Ini adalah salah satu tujuan utama yang sering diabaikan. Tanpa tujuan tersebut, kehidupan manusia di dunia tidak akan ada artinya.

Bagaimana cara beribadah? Nabi mengajarkan cara beribadah melalui rukun Islam. Beliau juga mengajarkan rukun iman agar ibadah dilakukan murni karena Allah. Untuk kesempurnaan ibadah beliau mengungkapkan rahasianya yaitu ihsan.

Lalu bagaimana cara beribadah kepada Allah agar ibadah mencapai tingkat ihsan? Cara Ihsan membimbing kita selangkah demi selangkah untuk menghadirkan Allah dalam setiap tindakan melalui tiga kesadaran: kesadaran diri (ma'rifatun-nafs), kesadaran Allah (ma'rifatullah) dan kesadaran dalam tindakan (ma'rifatul-'amal). 

4. Jangan Tunda Lagi, Ihsan
Pada suatu pagi hari, Ihsan terlambat shalat Subuh. Sore harinya dia kembali terlambat untuk sholat. Ah, apakah Ihsan tidak menyesali perbuatannya? Bisakah dia mengubah kebiasaan buruknya?" Baca selengkapnya dibuku ini ya.

5. Tanya & Jawab Bersama Nabi: Kitab Ihsan
Buku Tanya & Jawab Bersama Nabi ini memiliki keajaiban tersendiri untuk membantu kita semua memahami makna iman, Islam, dan Ihsan yang sebenarnya secara lebih utuh. Buku ini mengajak pembaca menyelami pembahasan menarik seputar muamalah-fiqh, kehidupan sosial, dan perkembangan akhlak. Buku Tanya Jawab Bersama Nabi: Kitab Ihsan ditulis dan dikemas dengan bahasa yang mudah dipahami sehingga materinya dapat dipahami oleh semua kalangan dan lapisan masyarakat.

Berakhir sudah pembahasan kita pada kesempatan kali ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan semoga kita dapat menerapkan apa yang kita bahas pada kesempatan kali ini. Kurang lebihnya mohon maaf. Sekian dan terimakasih.

Penulis: Maulana Aditia 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Damaskus sebagai pusat peradaban Islam di Timur

Cahaya Islam di tanah Andalusia

Jauhi suudzon dan tingkatkan husnudzon