Meneladani akhlak mulia para Rasul Allah
Meneladani akhlak mulia para rasul Allah adalah kewajiban umat Islam. Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam mempunyai akhlak mulia yang menjadi teladan bagi seluruh umat Islam. Meneladani akhlak mulia para Rasul Allah tentu sangat penting bagi kita untuk mengetahui bersifat spontanitas atau ilmiah. Sejak kecil kita diajarkan untuk selalu bertindak sesuai akhlak Rasul Allah.
Apa yang dimaksud dengan Rasul Allah? Apa perbedaan antara nabi dan Rasul? Apa saja sifat-sifat para Rasul Allah? Apa saja tugas-tugas Rasul Allah? Apa saja akhlak mulia para Rasul Allah yang dapat kita jadikan teladan? Bagaimana cara meneladani akhlak mulia para Rasul Allah? Mari kita bahas.
A. Pengertian dan perbedaan Nabi dan Rasul
Menurut bahasa, Nabi adalah orang yang diberitakan atau diterima. Dalam istilah agama, nabi adalah orang yang menerima wahyu dari Allah untuk melaksanakan hukum agama. Sedangkan menurut bahasa, Rasul adalah utusan atau orang yang diutus untuk suatu misi. Sedangkan dalam istilah agama, rasul adalah orang yang menerima wahyu dari Allah tentang hukum agama dan bertugas menyampaikannya kepada manusia.
Para Nabi dan Rasul juga dibahas didalam Al-Qur'an, sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Qur'an yang berbunyi:
َูู
َุงۤ ุงَุฑْุณََْููุง ู
ِْู َูุจَِْูู ู
ِْู ุฑَّุณٍُْูู ََّููุง َูุจٍِّู ุงَِّูุงۤ ุงِุฐَุง ุชَู
َّٰููۤ ุงََْููู ุงูุดَّْูุทُٰู ِْููۤ ุงُู
َِّْููุชِูٖ ۚ ََْูููุณَุฎُ ุงُّٰููู ู
َุง ُِْูููู ุงูุดَّْูุทُٰู ุซُู
َّ ُูุญِْูู
ُ ุงُّٰููู ุงٰٰูุชِูٖ ۗ َูุง ُّٰููู ุนَِْููู
ٌ ุญَِْููู
ٌ
Artinya: "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang nabi sebelum engkau (Muhammad), melainkan apabila dia mempunyai suatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan ke dalam keinginannya itu. Tetapi Allah menghilangkan apa yang dimasukkan setan itu. dan Allah akan menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana,"
(QS. Al-Hajj surah ke 22: Ayat 52)
Lantas, apa yang membedakan antara Nabi dan Rasul? Berikut perbedaannya.
1. Jumlah
Dari segi jumlah, jumlah para Nabi jauh lebih banyak daripada jumlah Rasul. Terdapat banyak perbedaan pendapat antara Nabi dan Rasul. Karena banyak hadits mengenai jumlah Nabi dan Rasul. Diantara hadits tersebut ialah:
Dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu, ia berkata:
ููุชُ : ูุง ุฑุณَูู ุงِููู ! ุฃُّู ุงูุฃูุจูุงุกِ ูุงู ุฃُูู ؟ ! ูุงู : ุขุฏู
ُ، ููุชُ : ูุง ุฑุณَูู ุงِููู ! ููุจٌّู ูุงู ؟ ! ูุงู : ูุนู
ูุจٌّู ู
َُّููู
ٌ، ููุชُ : ูุง ุฑุณَูู ุงِููู : ูู
ุงูู
ุฑุณَููู ؟ ! ูุงู : ุซูุงุซُ ู
ุฆุฉٍ ูุจุถุนุฉَ ุนุดุฑَ ؛ ุฌู
ًّุง ุบููุฑًุง
Artinya:“Aku bertanya: wahai Rasulullah, siapa Nabi pertama? Rasulullah menjawab: Adam. Aku bertanya: wahai Rasulullah, apakah beliau (Adam) seorang Nabi? Rasulullah menjawab: benar, ia seorang Nabi yang diajak bicara oleh Allah. Aku bertanya: wahai Rasulullah, ada berapa jumlah para Rasul? Rasulullah menjawab: 300 sekian belas, mereka sangat banyak” (HR. Ahmad no.21586, Al Hakim [2/652], Al Baihaqi no.18166. Dishahihkan Ahmad Syakir dalam Umdatut Tafsir [1/309] dan Al Albani dalam Takhrij Al Misykah no.5669. Dan sebagian ulama mendhaifkan hadits ini).
Dalam riwayat lain dari Abu Dzar juga:
ููุช : َูุง ุฑَุณَُูู ุงَِّููู َูู
ِ ุงْูุฃَْูุจَِูุงุกُ ؟ َูุงَู: ( ู
ِุงุฆَุฉُ ุฃٍَْูู َูุนِุดْุฑَُูู ุฃًَْููุง)، ُْููุชُ :َูุง ุฑَุณَُูู ุงَِّููู َูู
ِ ุงูุฑُّุณُُู ู
ِْู ุฐََِูู؟ َูุงَู : (ุซََูุงุซُ ู
ِุงุฆَุฉٍ َูุซََูุงุซَุฉَ ุนَุดَุฑَ ุฌَู
ًّุง ุบَِููุฑًุง)
Artinya:“Aku berkata: wahai Rasulullah, ada berapa jumlah Nabi? Rasulullah menjawab: Nabi ada 120.000 orang. Aku berkata: wahai Rasulullah, ada berapa jumlah Rasul? Rasulullah menjawab: Rasul ada 313 orang, mereka sangat banyak” (HR. Ibnu Hibban no.361, didhaifkan Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam Tahqiq Shahih Ibnu Hibban [2/79]).
Namun, didalam hadits riwayat Abu Umamah menyebutkan jumlah Nabi dan Rasul yang berbeda dengan hadits riwayat Abu Dzar Al-Ghifari. Berikut haditsnya.
ُููุชُ: ูุง ุฑุณَูู ุงِููู، ูู
ََّููู ุนِุฏَّุฉُ ุงูุฃูุจูุงุกِ؟ ูุงู: ู
ِุฆุฉُ ุฃٍْูู ูุฃุฑุจุนุฉٌ ูุนุดุฑَูู ุฃًْููุง، ุงูุฑُّุณُُู ู
ِู ุฐูู ุซูุงุซُ ู
ِุฆุฉٍ ูุฎَู
ุณุฉَ ุนَุดَุฑَ ุฌَู
ًّุง ุบَููุฑًุง
Artinya:“Aku berkata: wahai Rasulullah, ada berapa jumlah Nabi? Rasulullah menjawab: Nabi ada 124.000 orang dan di antara mereka ada para Rasul sebanyak 315 orang, mereka sangat banyak” (HR. Ahmad no.22342, didhaifkan Ibnu Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah [2/140]).
Dan masih ada hadis lainnya yang tidak lepas dari kelemahan. Jika hadits Abu Dharr dalam Musnad Ahmad di atas shahih sebagaimana diklaim sebagian ulama maka dapat membenarkan hadits Abu Umamah. Dan menurut sebagian ulama, tidak ada hadist shahih tentang jumlah Nabi dan Rasul.
Syaikh Ibnu Taimiyah berkata: “Ini pendapat yang disebutkan Imam Ahmad, Muhammad bin Nashr dan ulama lainnya. Mereka menjelaskan bahwa tidak diketahui berapa berapa jumlah kitab dan berapa jumlah Rasul. Dan hadits Abu Dzar dalam hal ini tidak shahih menurut mereka” (Majmu’ Al Fatawa, 7/409).
Namun jika kita mengkompromikan pendapat-pendapat yang ada, in syaa Allah kita dapat mengatakan bahwa jumlah Rasul ada sekitar 300 orang yang tidak diketahui dan jumlah Nabi sekitar 120.000 orang, tidak diketahui berapa jumlahnya.
2. Tugas
Seorang nabi tidak wajib menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada orang lain, sedangkan seorang rasul wajib menyampaikan kepada umatnya wahyu yang diterimanya.
3. Kitab suci
Para nabi tidak menerima kitab suci, namun hanya suhuf. Sedangkan Rasul menerima kitab suci.
Baca juga: Mengimani Kitab-kitab Allah
4. Proses penerimaan wahyu
Seorang nabi dapat menerima wahyu dari Allah dengan berbagai cara, seperti dari malaikat, ilham dalam hati, atau melalui mimpi. Rasul menerima wahyu dari Allah hanya melalui malaikat Jibril.
5. Kewajiban menyampaikan wahyu kepada umat
Nabi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada orang lain. Sedangkan rasul wajib menyampaikan kepada umatnya wahyu yang diterimanya.
Dalam Islam, Nabi dan Rasul dipercaya dan dihormati sebagai utusan Allah. Meski berbeda, keduanya sama-sama berperan penting dalam menyebarkan ajaran agama kepada umat manusia.
B. Sifat-sifat para Rasul Allah
Para Rasul Allah mempunyai sifat-sifat yang menempel pada dirinya. Sifat-sifat tersebut antara lain:
1. Sifat wajib
Sifat-sifat wajib rasul adalah sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh rasul dan dapat ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Berikut ini adalah sifat-sifat wajib rasul.
a. Shiddiq
Shiddiq artinya benar. Setiap perkataan atau yang disampaikan rasul selalu benar adanya. Baik dan benar dalam penyampaian wahyu Allah maupun dalam perkataan yang berkaitan dengan persoalan dunia yang dimiliki para rasul. Siddiq yang merupakan salah satu sifat wajib para rasul juga dibenarkan dalam Al-Qur'an. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َูุง ุฐُْูุฑْ ِูู ุงِْููุชٰุจِ ุงِุจْุฑِْٰููู
َ ۗ ุงَِّููٗ َูุง َู ุตِุฏًِّْููุง َّูุจًِّูุง
Artinya:"Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Kitab (Al-Qur'an), sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran, dan seorang nabi."
(QS. Maryam surah ke 19: Ayat 41)
Kata Siddiq sehubungan dengan sifat-sifat khusus para rasul juga disebutkan dalam Al-Quran yang berbunyi:
َََูููุจَْูุง َُููู
ْ ู
ِّْู ุฑَّุญْู
َุชَِูุง َูุฌَุนََْููุง َُููู
ْ ِูุณَุง َู ุตِุฏٍْู ุนًَِّููุง
Artinya:"Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik dan mulia."(QS. Maryam surah ke19: Ayat 50)
b. Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya. Para rasul selalu menjaga diri mereka dari segala perbuatan dosa untuk menjaga kepercayaan pengikutnya kepada mereka. Ada bukti bahwa para rasul mempunyai sifat amanah sebagaimana yang tercantum Al-Qur'an yang berbunyi:
ุงَِّู ุงَّٰููู َูุฃْู
ُุฑُُูู
ْ ุงَْู ุชُุคَุฏُّูุง ุงْูุงَ ู
ٰٰูุชِ ุงِٰููۤ ุงََِْูููุง ۙ َูุงِ ุฐَุง ุญََูู
ْุชُู
ْ ุจََْูู ุงَّููุง ุณِ ุงَْู ุชَุญُْูู
ُْูุง ุจِุง ْูุนَุฏِْู ۗ ุงَِّู ุงَّٰููู ِูุนِู
َّุง َูุนِุธُُูู
ْ ุจِูٖ ۗ ุงَِّู ุงَّٰููู َูุง َู ุณَู
ِْูุนًุงۢ ุจَุตِْูุฑًุง
Artinya:"Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat."
(QS. An-Nisa' surah ke 4: Ayat 58)
c. Tabligh
Tabligh merupakan salah satu sifat wajib bagi para rasul yang maknanya adalah menyampaikan wahyu. Dalam menunaikan tugas kerasulannya, rasul berkewajiban menyampaikan wahyu yang wajib diyakini umat manusia.
Wahyu yang diturunkan para rasul dapat berupa ilmu, syariat, petunjuk atau risalah kenabian lainnya. Meski pesan yang mereka sampaikan tidak mudah atau menyenangkan, namun para rasul selalu menyampaikannya tanpa melewatkan satu huruf pun. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur'an yang berbunyi:
ٰููุۤงََُّููุง ุงูุฑَّุณُُْูู ุจَِّูุบْ ู
َุงۤ ุงُْูุฒَِู ุงََِْููู ู
ِْู ุฑَّุจَِّู ۗ َูุงِ ْู َّูู
ْ ุชَْูุนَْู َูู
َุง ุจََّูุบْุชَ ุฑِุณَٰููุชَูٗ ۗ َูุง ُّٰููู َูุนْุตِู
َُู ู
َِู ุงَّููุง ุณِ ۗ ุงَِّู ุงَّٰููู َูุง َْููุฏِู ุงَْْูููู
َ ุงِْٰููููุฑَِْูู
Artinya:"Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir."(QS. Al-Ma'idah surah ke 5: Ayat 67)
d. Fathanah
Fathanah artinya pandai, cerdas dan bijaksana. Sebagai utusan Allah kepada umat manusia, para rasul mampu memahami berbagai permasalahan umat sekaligus memberikan solusi. Allah memberikan kesempatan kepada para rasul untuk memberikan ajaran di kalangan umatnya. Termasuk ketika berdebat dengan orang yang menentang ajarannya.
َูุชَِْูู ุญُุฌَّุชَُูุงۤ ุงٰุชََْٰูููุงۤ ุงِุจْุฑِْٰููู
َ ุนَٰูู َْููู
ِูٖ ۗ َูุฑَْูุนُ ุฏَุฑَุฌٰุชٍ ู
َّْู َّูุดَุงุٓกُ ۗ ุงَِّู ุฑَุจََّู ุญَِْููู
ٌ ุนَِْููู
ٌ
Artinya:"Dan itulah keterangan Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa yang Kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana, Maha Mengetahui."(QS. Al-An'am 6: Ayat 83)
2. Sifat mustahil
Sifat mustahil bagi Rasul berarti adalah sifat yang tidak mungkin ada dalam diri rasul. Rasul adalah seorang manusia yang Allah pilih dan berikan tanggung jawab untuk menyampaikan semua ajaran-Nya kepada umat manusia. Tujuannya adalah untuk mengajak mereka agar beriman kepada Allah dan tidak menentang ajaran-Nya. Berikut merupakan sifat mustahil bagi rasul.
a. Al-Kidzib
Al-Kidzib artinya berdusta. Tidak mungkin bagi Rasul untuk berdusta atau berbohong. Kata-kata dan tindakan rasul tidak pernah palsu atau diada-adakan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur'an yang berbunyi:
ู
َุง ุถََّู ุตَุง ุญِุจُُูู
ْ َูู
َุง ุบَٰูู(ูข) َูู
َุง َْููุทُِู ุนَِู ุงَْٰูููู(ูฃ) ุงِْู َُูู ุงَِّูุง َูุญٌْู ُّْููุญٰู(ูค)
Artinya:(2)"kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru," (3)"dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut keinginannya." (4)"Tidak lain (Al-Qur'an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),"(QS. An-Najm surah ke 53: Ayat: 2-4)
b. Al-Khianah
Al-Khianah artinya Rasul tidak mungkin berkhianat. Segala yang diamanatkan kepadanya pasti akan dilaksanakan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ุงِุชَّุจِุนْ ู
َุงۤ ุงُْูุญَِู ุงََِْููู ู
ِْู ุฑَّุจَِّู ۚ َูุงۤ ุงَِٰูู ุงَِّูุง َُูู ۚ َูุงَ ุนْุฑِุถْ ุนَِู ุงْูู
ُุดْุฑَِِْููู
Artinya:"Ikutilah apa yang telah diwahyukan Tuhanmu kepadamu (Muhammad); tidak ada tuhan selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik."(QS. Al-An'am surah ke 6: Ayat 106)
c. Al-Kitman
Al-Kitman artinya tidak mungkin jika rasul menyembunyikan kebenaran. Setiap firman yang diterima seorang rasul dari Allah pasti tersampaikan kepada umatnya. Hal ini juga disebutkan dalam Al-Qur'an yang berbunyi:
ُْูู َّูุงۤ ุงَُُْููู َُูููู
ْ ุนِْูุฏِْู ุฎَุฒَุงุٓฆُِู ุงِّٰููู ََููุงۤ ุงَุนَْูู
ُ ุงْูุบَْูุจَ ََููุงۤ ุงَُُْููู َُูููู
ْ ุงِِّْูู ู
ٌََูู ۚ ุงِْู ุงَุชَّุจِุนُ ุงَِّูุง ู
َุง ُْููุญٰูۤ ุงََِّูู ۗ ُْูู َْูู َูุณْุชَِูู ุงْูุงَ ุนْู
ٰู َูุง ْูุจَุตِْูุฑُ ۗ ุงَََููุง ุชَุชَََّููุฑَُْูู
Artinya:"Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku." Katakanlah, "Apakah sama antara orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?""(QS. Al-An'am surah ke 6: Ayat 50)
d. Al-Baladah
Al-Baladah berarti hal yang mustahil, jika rasulnya bodoh. Rasulullah memang orang yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis), namun Allah memberinya anugerah kecerdasan yang luar biasa.
Apa Hikmah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadi Seorang yang ummi?
(1) Agar selaras dengan informasi dan kabar gembira kehadirannya yang disampaikan oleh para nabi terdahulu.
(2) Untuk beradaptasi dengan situasi bangsa Arab, untuk lebih dekat dengan kesetaraan mereka.
(3) Agar bisa menghapuskan buruk sangka karena dianggap mengajarkan kitab-kitab yang telah dibacanya sebelumnya.(Disarikan dari Tafsir al-Qurthubi, 18/92)
3. Sifat Jaiz
Sifat Jaiz adalah seluruh sifat-sifat manusia yang dimiliki rasul dan menjelaskan statusnya sebagai utusan Allah. Berbeda dengan sifat wajibnya, sifat jaiz bagi para rasul hanya ada satu, yaitu A'radhul Basyariyah atau mempunyai sifat yang sama dengan orang lain. Cara minum, makan, mencari pasangan, dll.
Allah telah menekankan sifat jaiz Rasul-Nya dalam Al-Quran yang berbunyi:
َูู
َุงۤ ุงَุฑْุณََْููุง َูุจََْูู ู
َِู ุงْูู
ُุฑْุณََِْููู ุงَِّูุงۤ ุงَُِّููู
ْ ََููุฃَُُْْูููู ุงูุทَّุนَุง ู
َ ََููู
ْุดَُْูู ِูู ุงْูุงَ ุณَْูุง ِู ۗ َูุฌَุนََْููุง ุจَุนْุถَُูู
ْ ِูุจَุนْุถٍ ِูุชَْูุฉً ۗ ุงَุชَุตْุจِุฑَُْูู ۚ ََููุง َู ุฑَุจَُّู ุจَุตِْูุฑًุง
Artinya:"Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu (Muhammad), melainkan mereka pasti memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan Kami jadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan Tuhanmu Maha Melihat."(QS. Al-Furqan surah ke 25: Ayat 20)
Selain itu dalam surah lain juga Allah menjelaskan tentang sifat Jaiz Rasul -Nya yang berbunyi:
ََููุง َู ุงْูู
ََูุงُ ู
ِْู َْููู
ِِู ุงَّูุฐَِْูู ََููุฑُْูุง ََููุฐَّุจُْูุง ุจَِِููุงุٓกِ ุงْูุงٰ ุฎِุฑَุฉِ َูุงَ ุชْุฑَُْٰูููู
ْ ِูู ุงْูุญَٰููุฉِ ุงูุฏَُّْููุง ۙ ู
َุง ٰูุฐَุงۤ ุงَِّูุง ุจَุดَุฑٌ ู
ِّุซُُْููู
ْ ۙ َูุฃُُْูู ู
ِู
َّุง ุชَุฃَُُْْูููู ู
ُِْูู ََููุดْุฑَุจُ ู
ِู
َّุง ุชَุดْุฑَุจَُْูู
Artinya:"Dan berkatalah para pemuka orang kafir dari kaumnya dan yang mendustakan pertemuan hari akhirat serta mereka yang telah Kami beri kemewahan dan kesenangan dalam kehidupan di dunia, "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan apa yang kamu makan, dan dia minum apa yang kamu minum.""(QS. Al-Mu'minun surah ke 23: Ayat 33)
Rasul Allah memiliki sifat yaiz yang tidak terdapat pada selain rasul, yaitu:
a. Iltizamurrasul
Iltizamurrasul adalah sifat jaiz yang berarti selalu berkomitmen terhadap apa yang diajarkannya. Rasul bekerja dan berdakwah sesuai petunjuk dan perintah Allah. Meski tak jarang mereka banyak mendapat kendala dan rintangan dari orang-orang yang membencinya saat berdakwah. Namun para rasul berkomitmen dan tetap pada pendiriannya untuk memenuhi perintah Allah. Ini adalah salah satu sifat seorang rasul yang hanya dapat ditemukan pada seorang rasul.
b. Ishmaturrasul
Ishmaturrasul dapat diartikan sebagai orang yang ma'shum. Artinya setiap rasul terlindungi dari segala dosa dan kesalahan pemahaman agama. Tak hanya itu, mereka selalu menaati Allah dan menyampaikan wahyu-Nya. Rasul adalah orang yang sangat mulia yang tidak pernah melakukan dosa apapun. Dan ketika para rasul menghadapi tantangan atau hambatan, mereka selalu siap menunaikan tanggung jawab yang diberikan Allah kepada mereka.
Sifat jaiz ini tidak hanya menunjukkan bahwa rasul mempunyai akhlak yang sama dengan orang lain, tetapi juga menegaskan kedudukannya sebagai orang yang berpangkat tinggi di mata Allah. Maka sebagai umat Islam sudah menjadi kewajiban kita untuk meneladani akhlak Nabi dan memperbanyak amal shalih serta menunaikan kewajiban yang diberikan Allah kepada mereka.
Sebenarnya, sifat jaiz ini menjelaskan bahwa tabiat para rasul dapat diadopsi oleh manusia pada umumnya. Namun, terdapat beberapa individu yang keliru memahami sifat ini. Mereka merasa memiliki sifat yang sama dengan Rasul Allah sehingga mereka mengklaim sebagai rasul juga. Untuk memahami sifat jaiz setiap rasul, kita harus fokus pada fakta bahwa para rasul juga dilahirkan sebagai manusia. Ini merupakan landasan yang penting karena dengan memusatkan perhatian pada fakta bahwa “rasul juga manusia” seseorang dapat mencari persamaan tanpa bertentangan dengan kata “mustahil”.
Atas kuasa Allah,setiap orang mempunyai kelebihannya masing-masing. Termasuk para rasul. Artinya jika mendengar orang yang kemampuannya melebihi batas normal, itu wajar. Selain itu, jika Allah menghendakinya, kita tidak bisa menghindarinya atau mengabaikannya dengan kalimat “tidak mungkin”. Maka salah satu cara untuk menafsirkan sifat jaiz rasul adalah dengan melihatnya dalam batasan sifat mustahil rasul. Berikut penjelasannya.
1. Menganggap Sifat Jaiz sebagai Sifat Al-Kidzib
Dikisahkan dalam sejarah, Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam pernah mengajak neneknya bercanda. Saat itu, seorang nenek meminta kepada Nabi Shalallahu alaihi wa sallam untuk mendoakannya agar masuk surga. Kemudian rasul menjawab bahwa nenek-nenek tidak masuk surga.
Jawaban Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam sekilas terkesan salah, namun nyatanya itu merupakan salah satu sifat jaiz Nabi, yaitu keinginan untuk bercanda dan mengikuti tradisi masyarakat. Singkatnya, kita harus fokus pada bagaimana Rasulullah bisa bercanda seperti orang biasa. Sebab tidak mungkin seorang rasul menjadi pembohong.
2. Menganggap Sifat Jaiz sebagai Sifat Al- Baladah
Seperti halnya manusia biasa, para rasul juga melakukan kesalahan karena sifat Jaiz bagi mereka. Namun perlu ditegaskan, kesalahan tersebut terjadi karena tindakan rasul sebelum menerima wahyu dari Allah. Beberapa contoh kesalahan para rasul adalah:
• Nabi Yunus yang meninggalkan kaumnya
Sebuah kesalahan yang kemudian menjadi berkah. Bagaimana ini bisa terjadi? Jadi Nabi Yunus pernah berpesan kepada umatnya agar bertobat sebelum terjadi bencana. Namun banyak masyarakat yang tidak percaya bahwa musibah akan datang sehingga tidak mau bertobat.
Di sisi lain, Sifa Jaiz muncul dalam diri Nabi Yunus, yaitu perasaan ingin meninggalkan kaumnya. Sayangnya, saat Nabi Yunus meninggalkan umatnya, ia dimakan ikan paus. Setelah itu, umat Nabi Yunus bertaubat, agar Allah tidak mendatangkan malapetaka atas mereka. Inilah keberkahan yang tampak pada sifat Jaiz Nabi Yunus.
• Rasulullah lupa saat shalat
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam pun lupa shalat. Namun perlu ditegaskan bahwa “kelupaan” tersebut bukan karena kelalaian atau pengaruh setan, melainkan karena Allah mengijinkan beliau lupa, sehingga menjadi hukum bagi orang lain.
Dengan adanya peristiwa ini, para pengikut Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam tidak mengalami kesulitan ketika lupa melaksanakan shalat. Dalam hal ini dikemukakan bahwa jika Rasulullah sempat lupa, bisa jadi beliau lupa menyampaikan wahyu Allah. Sebenarnya bukan karena Rasulullah tidak lupa karena lalai tapi karena kehendak Allah.
• Peristiwa negosiasi Rasulullah dengan Allah saat Isra Mi'raj
Ketika Rasulullah mengalami peristiwa Isra Mi'raj, beliau bertemu dengan Nabi Musa setelah mendapat saran shalat dari Allah. Mereka kemudian membahas mengenai jumlah salat yang dianggap terlalu banyak dan memberatkan umatnya. Rasulullah kemudian bernegosiasi kepada Allah berulang kali hingga jumlah waktu shalat benar-benar berkurang. Sebagian pihak melihat dalam kejadian tersebut Rasulullah tidak mau menerima keimanan. Padahal baik Rasulullah maupun Nabi Musa adalah rasul yang taat kepada Allah. Namun, ketika mereka melihat umatnya mereka melakukan yang terbaik untuk seluruh umat.
C. Tugas rasul-rasul Allah
Berikut adalah tugas-tugas para rasul Allah menurut ajaran Islam.
1. Menyerukan umat manusia untuk menyembah Allah. (QS. An-Nahl surah ke 16: Ayat 36)
2. Menegakkan kalimat tauhid
3. Membawa Rahmat bagi alam semesta (QS. Al-Anbiya’ surah ke 21: ayat 107)
4. Memberikan Peringatan kepada Umat Manusia.
5. Mengajak Umat Manusia pada Kebenaran di Jalan Allah. (QS. Fatir surah ke 35 ayat 24).
6. Memberikan keteladanan.
D. Meneladani akhlak mulia para Rasul Allah
Sifat-sifat wajib bagi rasul memiliki arti penting dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya sebagai berikut:
1. Shiddiq
Seseorang yang siddiq adalah orang yang benar atau orang yang berkata dengan jujur. Agar bisa meniru sifat shiddiq, umat Muslim harus selalu berbicara dengan jujur dan mengatakan yang benar sesuai dengan kenyataan.
2. Amanah
Seorang muslim wajib tetap menjaga kepercayaan yang diberikan orang lain dan tidak boleh melakukan tindakan curang atau menyalahi komitmen agar tetap menjadi individu yang dipercaya.
3. Tabligh
Sebagai umat Muslim, kita bisa mengambil contoh sikap tersebut dengan selalu menyampaikan kebaikan kepada sesama manusia lainnya. Umat Islam juga bisa saling memberi nasehat yang baik, mengajak pada kebaikan, dan memberi ilmu yang bermanfaat dengan meneladani sifat tabigh.
4. Fathanah
Umat Islam hendaknya selalu semangat dalam menimba ilmu agar kelak dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kehidupan dunia yang lebih baik.
Menjadi pribadi yang baik merupakan bagian dari perintah Allah yang dapat mendatangkan banyak keberkahan. Selain itu, jika amal shalih dan sifat-sifat baik yang didapati manusia karena meneladani para rasul Allah, maka keberkahan dan rahmat Allah akan berlipat ganda di kemudian hari.
Penutup
Sebagai umat Islam kita dapat menjadikan akhlak mulia para Rasul Allah sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak manfaat yang dapat kita peroleh jika kita meneladani akhlak mulia tersebut salah satunya hidup kita menjadi jauh lebih berkah. Mungkin ini saja yang dapat penulis sampaikan pada pembahasan kita kali ini. Kurang lebihnya penulis mohon maaf. Sekian dan terimakasih telah berkunjung ke blog ini.
Penulis: Maulana Aditia
Komentar
Posting Komentar