Mengimani dan menerima Qadha' dan Qadar
Segala sesuatu yang terjadi pada manusia di dunia sudah Allah gariskan. Semuanya ditulis dengan rapi dalam sebuah buku di zaman azali. Kematian, kelahiran, kebahagiaan, rezeki, jodoh, nasib dan celaka ditentukan oleh ketetapan Ilahi yang belum pernah diketahui manusia. Itulah semua yang disebut dengan qadha dan qadar.
Dengan demikian semua umat Islam harus mempercayainya. Bahwa, Allah adalah Yang Maha kuasa dan Maha pencipta segala sesuatu serta mengambil keputusan dalam berbagai urusan manusia dan makhluk hidup lainnya. Jadi mengimani qada dan qadar merupakan salah satu rukun iman yang wajib diimani setiap muslim.
Lalu, apa yang dimaksud dengan qadha dan qadar? Apa pengertian dari mengimani qadha dan qadar? Bagaimana cara mengimani dan menerima qadha dan qadar? Apa hikmah dari mengimani qadha dan qadar? Adakah hubungan antara mengimani qadha dan qadar dengan sikap optimis, berikhtiar dan bertawakal kepada Allah? Semua hal tentang qadha dan qadar akan kita bahas disini.
A. Pengertian qadha dan qadar
Qadha secara bahasa memiliki makna ketetapan, keputusan dan pelaksanaan. Secara etimologi qadha adalah sebuah ketetapan, keputusan dan pelaksanaan terhadap apa yang telah Allah tetapkan atas manusia dan segala sesuatu sejak zaman azali.
Qadar memiliki makna ukuran atau pertimbangan. Secara etimologis qadar adalah ketetapan Allah yang berdasarkan takaran setiap orang menurut kehendaknya di zaman kekal. Arti luas dari Qadar adalah bahwa qadar merupakan gambaran kepastian terhadap hukum-hukum Allah.
Pada dasarnya, tidak ada peristiwa yang terjadi pada kita yang merupakan suatu kebetulan karena segala sesuatu sudah menjadi qada dan qadar-Nya. Hal ini tertuang dalam Al Qur'an yang berbunyi:
ู
َุงۤ ุงَุตَุง ุจَ ู
ِْู ู
ُّุตِْูุจَุฉٍ ِูู ุงْูุงَ ุฑْุถِ ََููุง ِْููۤ ุงَُْููุณُِูู
ْ ุงَِّูุง ِْูู ِูุชٰุจٍ ู
ِّْู َูุจِْู ุงَْู َّูุจْูุฑَุงَ َูุง ۗ ุงَِّู ุฐَِٰูู ุนََูู ุงِّٰููู َูุณِْูุฑٌ
Artinya:"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah"(QS. Al-Hadid surah ke 57: Ayat 22)
"Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu 'Anhu beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama 40 hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama 40 hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan
rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga
jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya diantara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan
neraka tinggal sehasta akan tetapi telah
ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia kedalam surga.(HR Bukhari dan Muslim)
Perumpamaan perbedaan qada dan qadar dijelaskan dalam salah satu Kasyifatus Saja Syekh Imam Nawawi al-Bantani sebagai berikut: "Kehendak Allah berkaitan dengan masa lalu, misalnya menjadi orang terpelajar atau orang berpengalaman adalah qadha. Jika ilmu pengetahuan yang ada padamu setelah keberadaanmu hadir di dunia sesuai dengan kehendak-Nya sejak awal, maka itu adalah qadar.”
B. Macam-macam takdir
Qada dan qadar sering dikenal dengan ungkapan lain dari kata “takdir”. Takdir adalah sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan itu sendiri. Hukum Takdir adalah tentang sebab dan akibat yang saling mempengaruhi hasil takdir. Takdir dapat dibagi dua yakni:
1. Takdir muallaq
Takdir muallaq secara bahasa berarti sesuatu yang digantungkan. Secara harafiah, takdir muallaq takdir yang ditetapkan oleh Allah yang bergantung pada peran serta umat manusia melalui usahanya. Allah telah memberikan kesempatan kepada manusia untuk berusaha sekuat tenaga, sedangkan hasilnya ditentukan oleh Allah.
Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
َููٗ ู
ُุนَِّูุจٰุชٌ ู
ِّْูۢ ุจَِْูู َูุฏَِْูู َูู
ِْู ุฎَِْูููٖ َูุญَْูุธَُْูููٗ ู
ِْู ุงَู
ْุฑِ ุงِّٰููู ۗ ุงَِّู ุงَّٰููู َูุง ُูุบَِّูุฑُ ู
َุง ุจَِْููู
ٍ ุญَุชّٰู ُูุบَِّูุฑُْูุง ู
َุง ุจِุงَ ُْููุณِِูู
ْ ۗ َูุงِ ุฐَุงۤ ุงَุฑَุง ุฏَ ุงُّٰููู ุจَِْููู
ٍ ุณُْูุٓกًุง ََููุง ู
َุฑَุฏَّ َููٗ ۚ َูู
َุง َُููู
ْ ู
ِّْู ุฏُِْูููٖ ู
ِْู َّูุง ٍู
Artinya:"Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
(QS. Ar-Ra'd surah ke 13: Ayat 11)
Ada banyak contoh takdir muallaq dalam kehidupan manusia, antara lain:
a. Seseorang yang ingin pandai dan unggul dalam suatu bidang, maka harus belajar dan berusaha lebih keras daripada orang lain.
b. Jika ingin tubuh kita sehat kita harus mengatur pola makan, pola tidur, pola olahraga, pola pikir dan jangan kakean polah (banyak gaya).
c. Jika ingin sukses maka kita harus meraihnya dengan bekerja keras, kreatif, pantang menyerah, tanggung jawab dan percaya diri.
2. Takdir mubram
Takdir Mubram secara bahasa mempunyai arti sesuatu yang tidak dapat dihindari atau dihindari, sehingga merupakan sesuatu yang pasti. Secara harafiah, takdir Mubram merupakan ketetapan Allah yang mutlak terhadap umat manusia sehingga manusia tidak dapat menghindarinya. Contohnya seperti kelahiran, kematian, jenis kelamin dan fisik.
C. Pengertian mengimani qadha dan qadar
Mengimani qadha dan qadar adalah yakin dan percaya dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada makhluk-Nya telah Allah tentukan. Mengimani qadha dan qadar merupakan rukun iman ke enam. Setiap muslim wajib mengimani qadha dan qadar, baik yang baik maupun yang buruk. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ุงََูู
ْ ุชَุนَْูู
ْ ุงََّู ุงَّٰููู َูุนَْูู
ُ ู
َุง ِูู ุงูุณَّู
َุงุٓกِ َูุง ْูุงَ ุฑْุถِ ۗ ุงَِّู ุฐَِٰูู ِْูู ِูุชٰุจٍ ۗ ุงَِّู ุฐَِٰูู ุนََูู ุงِّٰููู َูุณِْูุฑٌ
Artinya:"Tidakkah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sungguh, yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah."(QS. Al-Hajj surah ke 22: Ayat 70)
Kewajiban untuk beriman pada qadha dan qadar dikisahkan pada suatu hari Rasulullah datanglah seorang laki-laki berpakaian serba putih dan berambut sangat hitam. Laki-laki itu bertanya tentang Islam, Iman dan Ihsan. Mengenai masalah iman Rasulullah menjawab, Hendaklah engkau beriman kepada allah, malaikat-malaikat nya, kitab-kitab nya, rasul-rasul nya, hari akhir dan beriman pula kepada qadar (takdir) yang baik ataupun yang buruk”. (H.R. Muslim).
Orang tersebut adalah malaikat Jibril, yang datang dengan tujuan untuk mengajarkan kepada Rasulullah. Jawaban nabi yang diterima malaikat Jibril mengandung rukun iman. Salah satu rukun iman adalah keyakinan terhadap qada dan qadar. Maka beriman kepada qada dan qadar adalah suatu kewajiban. Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa apapun yang terjadi pada kita, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, adalah karena kehendak atau takdir Allah.
Sebagai orang yang beriman, kita harus siap menerima segala ketetapan Allah untuk kita. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: “Siapa yang tidak rida dengan qada-ku dan qadar-ku dan tidak sabar terhadap bencana-ku yang aku timpakan atasnya, maka hendaklah mencari tuhan selain aku”. (H.R. at-Tabrani)
Takdir Allah adalah kehendak Allah. Itu sebabnya takdir tidak selalu berjalan sesuai keinginan kita. Ketika takdir berjalan sesuai keinginan kita, patutlah kita bersyukur karena itu adalah nikmat Allah bagi kita. Jika nasib kita tidak menyenangkan atau musibah, hendaklah kita menerimanya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Kita harus yakin, dibalik musibah ada hikmah yang terkadang belum kita ketahui.
D. Cara mengimani qadha dan qadar
Berikut adalah beberapa cara untuk mengimani qada dan qadar.
1. Percayalah bahwa manusia selalu mempunyai takdir antara yang baik dan yang buruk.
2. Selalu berdoa dan memohon kepada Allah agar selalu melindungimu dari nasib buruk.
3. Menjalankan takdir dengan keikhlasan dan usaha.
4. Senantiasa sabar menghadapi cobaan.
5. Tidak mempersekutukan Allah hanya dengan menghadapi cobaan.
E. Cara menerima takdir Allah
Berikut ini merupakan cara menerima takdir Allah yang dapat anda lakukan.
1. Yakin dan Ridha
Umat Islam harus yakin sepenuh hati bahwa Allah mempunyai rencana terindah dan terbaik bagi hamba-hamba-Nya. Takdir yang Allah berikan kepada hamba-Nya, baik miskin atau kaya, sehat atau sakit, gagal atau sukses, diyakini merupakan pilihan terbaik Allah.
Sebab baik buruknya Allah merupakan ujian bagi hamba-Nya di dunia. Pada dasarnya keberkahan takdir itu berasal dari bagaimana menyikapi umat Islam, apakah umat Islam dapat menerimanya dengan ikhlas dan gembira atau tidak. Dalam sebuah hadits yang berbunyi:
“Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala apabila mencintai sebuah kaum, maka Dia mengujinya. Barangsiapa yang ridha maka dia mendapatkan keridhaan dan barangsiapa yang benci maka dia hanya akan mendapatkan kebencian.” (HR. Tirmidzi)
2. Berpikir positif
Berpikir positif merupakan salah satu cara menerima takdir dengan sepenuh hati karena dapat memberikan ketenangan pikiran. Berpikir positif membuat hati lebih bersemangat dan membantu dalam mengambil keputusan yang tepat dalam segala hal ke depan.
Berpikir positif membuat umat Islam menerima nasib tanpa penyesalan atau harapan untuk mengubah keadaan. Daripada berharap atau ingin kembali ke masa lalu untuk mengubah nasib, umat Islam dihimbau untuk mengambil hikmah atau pelajaran dari kejadian tersebut. Dalam hadits dikatakan: “Janganlah engkau berkata seandainya aku berbuat begini tentu begini dan begitu tentu akan seperti ini dan seperti itu.” (HR. Muslim)
3. Selalu meminta pertolongan kepada Allah
Takdir adalah bagian dari kekuasaan Tuhan. Dalam menghadapi hal tersebut, umat Islam terpaksa meminta pertolongan-Nya dalam mengambil keputusan yang terbaik. Allah mencintai hamba-Nya yang selalu memperbaiki diri dan memohon ampun.
Ampunan Allah mendatangkan keberkahan bagi manusia dalam urusannya di dunia dan di akhirat. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:
“Bersemangatlah untuk memperoleh apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan sekali kali kamu merasa tidak berdaya.” (HR. Abu Hurairah)
F. Hubungan antara mengimani qadha dan qadar Allah dengan sikap optimis, berikhtiar dan bertawakal
Qada' dan Qadar atau takdir berlalu sesuai hukum “sunnatullah”. Artinya keberhasilan hidup seseorang sebenarnya tergantung pada apakah sesuai Sunnatullah atau tidak. Sunnatullah adalah Hukum Allah yang disampaikan kepada umat manusia melalui Rasul yang disebutkan dalam Al-Qur'an yang bersifat tetap dan otomatis. Misalnya malas belajar berujung pada kebodohan, enggan bekerja berujung pada kemiskinan, menyentuh api terasa panas, menabur benih dan sebagainya.
Kenyataan menunjukkan siapa pun dia, dia tidak bisa mengetahui takdirnya. Jangankan tentang kejadian di masa depan, apa yang akan terjadi besok, tidak ada yang tahu. Siapapun yang berusaha dengan sungguh-sungguh menurut hukum Allah dengan doa, keikhlasan dan keimanan kepada Allah niscaya akan berhasil dan mencapai tujuannya sesuai dengan tujuan yang ditetapkannya.
Mengenai pentingnya mengimani Qadha dan Qadar, terlihat bahwa Allah telah menentukan nasib manusia bahkan sebelum mereka dilahirkan. Meski setiap orang mempunyai takdirnya masing-masing, namun bukan berarti manusia harus dengan tenang menunggu takdirnya tanpa berusaha dan berusaha. Orang tetap harus berusaha karena kesuksesan tidak datang dengan sendirinya.
1. Sikap optimis akan takdir Allah
Mengapa manusia tidak bisa terbang seperti burung, tumbuhan berbunga lalu layu dan kering. Rumput akan subur jika selalu disiram, namun akan mati jika tidak dirawat. Semua contoh ini adalah ketetapan dari Allah dan disebut takdir. Kemampuan manusia hanya terbatas pada batas yang diberikan Allah kepadanya. Selain itu manusia tunduk pada hukum-hukum tersebut (Qauliyah dan Kauniyah). selain manusia, misalnya matahari, bulan, dan planet lainnya, seluruhnya ditetapkan takdirnya tanpa dapat ditawar-tawar.
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Oleh karena itu, ia diberi kesempatan untuk memilih, meski pilihannya cukup banyak. Seseorang dapat memilih ketetapan Allah yang ditentukan keberhasilan atau kemalangan, kebahagiaan atau kesengsaraan, apakah ia orang baik atau tidak. Namun harus diingat bahwa setiap pilihan yang diambil manusia pada akhirnya bertanggung jawab atas pilihan tersebut karena dibuat berdasarkan kesadarannya sendiri.
Beberapa contoh peristiwa ini memudahkan untuk memahami mengenai tentang takdir.
a.) Dikisahkan ketika Umar bin Khattab berencana mengunjungi negara Syam (sekarang Syam dan Palestina), ia mendengar kabar sedang terjadi wabah penyakit, sehingga ia membatalkan rencana tersebut. Kemudian muncullah seseorang dan bertanya : “(Apakah anda lari/menghindari takdir Allah?)” Umar langsung menjawab: “(Aku lari/menghindari takdir Allah yang merupakan takdir-Nya yang lain)”
b.) Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, ada seorang pencuri yang tertangkap dan dibawa ke hadapan Khalifah Umar. “Mengapa kamu mencuri?” tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan aku sebagai pencuri.” Mendengar jawaban seperti itu, Khalifah Umar menjadi marah dan berkata: “Pukul saja orang ini dengan cambuk, lalu potong tangannya!” Sahabat yang lain bertanya, “Mengapa hukumnya begitu ditekankan?” Khalifah Umar menjawab, “Ya, pantas. Tangannya harus dipotong karena mencuri dan dipukul karena berdusta atas nama Allah.”
Peristiwa-peristiwa tersebut menunjukkan kekeliruan dalam memahami takdir, padahal Allah melarang kerasnya. Islam mengajarkan moral bahwa setiap kejadian buruk adalah kesalahan kita sebagai manusia, sedangkan setiap hal baik dan keberhasilan adalah anugerah dari Allah.
2. Ikhtiar
Ikhtiar adalah berusaha secara sungguh-sungguh dan sepenuh hati untuk mencapai cita-cita dan tujuan. Allah. kita harus berusaha sebagai manusia untuk menentukan nasib kita. Jika Allah memutuskan mengapa ikhtiar? Allah menganjurkan manusia untuk berusaha, berlomba dan berkompetisi untuk menjadi orang yang tercepat. Siapa pun yang berusaha serius berarti sedang menuju kesuksesan.Pepatah Arab mengatakan “Man jadda wajada”, Artinya:“Siapa pun orangnya yang bersungguh-sungguh akan memperoleh keberhasilan”.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: ”Bersegeralah melakukan aktivitas kebajikan sebelum dihadapkan pada tujuh penghalang. Akankah kalian menunggu kekafiran yang menyisihkan, kekayaan yang melupakan, penyakit yang menggerogoti, penuaan yang melemahkan, kematian yang pasti, ataukah Dajjal, kejahatan terburuk yang pasti datang, atau bahkan kiamat yang sangat amat dahsyat?”(HR. at- Tirmidzi).
Jika sudah dicoba dan gagal, ada “rahasia Ilahi” dalam hubungan itu. Namun, Allah tidak menyia-nyiakan semua usaha yang telah dilakukan, meskipun gagal. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َูุงَ ْู َّْููุณَ ِْููุงِ ْูุณَุง ِู ุงَِّูุง ู
َุง ุณَุนٰู(ูฃูฉ) َูุงَ َّู ุณَุนَْููٗ ุณََْูู ُูุฑٰู(ูคู ) ุซُู
َّ ُูุฌْุฒٰูฎُู ุงْูุฌَุฒَุงุٓกَ ุงْูุงَ ْٰููู(ูคูก)
Artinya:"(39.)dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, (40.)dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), (41.) kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,"(QS. An-Najm surah ke 53: Ayat 39-41)
Dari penjelasan di atas jelas mengapa Allah memerintahkan manusia untuk berikh6. Meskipun Qada’ dan Qadar merupakan hal yang menentukan, namun kunci kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidupnya berada di pundak seseorang. Selain itu banyak sekali anugerah yang Allah berikan kepada manusia berupa naluri, panca indera, akal, hati dan kaidah agama sehingga lengkap sudah manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup.
3. Doa
Doa merupakan ikhtiar batin yang mempunyai pengaruh besar bagi orang yang mengimaninya. Sebab, doa merupakan bagian dari motivasi batin. Bagi yang beriman, doa memberi energi dalam usahanya karena Allah berjanji akan menerima permohonan doa yang tulus. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َูุงِ ุฐَุง ุณَุงَ ََููู ุนِุจَุง ุฏِْู ุนَِّْูู َูุงِ ِّْูู َูุฑِْูุจٌ ۗ ุงُุฌِْูุจُ ุฏَุนَْูุฉَ ุงูุฏَّุง ุนِ ุงِุฐَุง ุฏَุนَุง ِู ۙ ََْูููุณْุชَุฌِْูุจُْูุง ِْูู َُْูููุคْู
ُِْููุง ุจِْู َูุนََُّููู
ْ َูุฑْุดُุฏَُْูู
Artinya:"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran."(QS. Al-Baqarah surah ke 2: Ayat 186)
4. Tawakal
Setelah yakin dan mengimani pada takdir Allah serta setelah usaha dan doa, manusia mengambil sikap tawakal. Tawakal adalah menyerahkan segala sesuatu dan hasil ikhtiar hanya kepada Allah. Dasar yang dijadikan pengertian tawakal diambil diantaranya dari sebuah hadis yang berbunyi:
Dari Ja’far bin Amr bin Umayah dari ayahnya Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Aku lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakal ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ikatlah kemudian bertawakallah.”(HR Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
Dalam peristiwa ini disimpulkan bahwa anggapan bahwa tawakal hanya bisa diwujudkan setelah adanya upaya serius. Hal ini juga memberikan pemahaman bahwa tawakal erat kaitannya dengan cita-cita, atau dapat disimpulkan bahwa tanpa ikhtiar tidak ada tawakal.
G. Hikmah mengimani qadha dan qadar
Berikut beberapa hikmah mengimani qadha dan qadar yang wajib kita pahami, antara lain:
1. Termasuk golongan mukmin
Untuk masuk golongan mukmin harus mempunyai keimanan qadha dan qadar. Sebagaimana yang dikatakan Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhu: Orang itu berkata, “Engkau benar.” Kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya. Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Orang tadi berkata, “Engkau benar.” (HR. Muslim, no. 8)
2. Lebih banyak bersyukur
Orang yang mengimani qadha dan qadar lebih bersyukur. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َูู
َุง ุจُِูู
ْ ู
ِّْู ِّููุนْู
َุฉٍ َูู
َِู ุงِّٰููู ุซُู
َّ ุงِุฐَุง ู
َุณَُّูู
ُ ุงูุถُّุฑُّ َูุงِ َِْููู ุชَุฌْุฆَุฑَُْูู
Artinya:"Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan."(QS. An-Nahl surah ke 16: Ayat 53)
3. Meningkatkan kesabaran seseorang
Hikmah mengimani qadha dan qadar Allah adalah dapat meningkatkan kesabaran seseorang. Ia bersabar apapun yang terjadi dalam hidupnya karena Allah tahu yang terbaik untuk hamba-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َูู
ِْู ุงٰٰูุชِِู ุงْูุฌََูุง ุฑِ ِูู ุงْูุจَุญْุฑِ َูุง ْูุงَ ุนَْูุง ู
ِ(ูฃูข) ุงِْู َّูุดَุฃْ ُูุณِِْูู ุงูุฑِّْูุญَ ََููุธََْْููู ุฑََูุง ِูุฏَ ุนَٰูู ุธَْูุฑِูٖ ۗ ุงَِّู ِْูู ุฐَِٰูู َูุงٰ ٰูุชٍ ُِِّّูููู ุตَุจَّุง ุฑٍ ุดَُْููุฑٍ(ูฃูฃ)
Artinya:"(32.)Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung. (33.)Jika Dia menghendaki, Dia akan menghentikan angin, sehingga jadilah (kapal-kapal) itu terhenti di permukaan laut. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang selalu bersabar dan banyak bersyukur,"(QS. Asy-Syura surah ke 42: Ayat 32-33)
4. Tidak mudah menyerah dan senantiasa berusaha
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar selalu berusaha berbuat yang terbaik. Karena Allah memberikan kesempatan kepada mereka yang mau bekerja sesuai dengan usahanya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َُِููู ุงุนْู
َُْููุง َูุณََูุฑَู ุงُّٰููู ุนَู
ََُููู
ْ َูุฑَุณُُْูููٗ َูุง ْูู
ُุคْู
َُِْููู ۗ َูุณَุชُุฑَุฏَُّْูู ุงِٰูู ุนِٰูู
ِ ุงْูุบَْูุจِ َูุง ูุดََّูุง ุฏَุฉِ ََُูููุจِّุฆُُูู
ْ ุจِู
َุง ُْููุชُู
ْ ุชَุนْู
ََُْููู
Artinya:"Dan katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.""(QS. At-Taubah surah ke 9: Ayat 105)
5. Terbebas dari sifat sombong
Hikmah mengimani qadha dan qadar selanjutnya membebaskan seseorang dari kesombongan. Sebab apa yang terjadi dalam hidupnya, baik buruk maupun baik, sudah menjadi takdir dan juga ketetapan Allah bahwa kita tidak boleh sombong. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ََููุง ุชُุตَุนِّุฑْ ุฎَุฏََّู َِّูููุง ุณِ ََููุง ุชَู
ْุดِ ِูู ุงْูุงَ ุฑْุถِ ู
َุฑَุญًุง ۗ ุงَِّู ุงَّٰููู َูุง ُูุญِุจُّ َُّูู ู
ُุฎْุชَุง ٍู َูุฎُْูุฑٍ
Artinya:"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."(QS. Luqman surah ke 31: Ayat 18)
6. Mempunyai jiwa yang tenang
Orang yang beriman kepada Allah umumnya lebih damai dan selalu mengharapkan belas kasihan dari Allah. Berbagai cobaan yang mereka hadapi dalam hidup tidak menggoyahkan mereka karena keimanan mereka terhadap takdir dan ketetapan Allah selalu menenangkan dan menyejukkan hati mereka.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ุงََّูุฐَِْูู ุงٰู
َُْููุง َูุชَุทْู
َุฆُِّู ُُْูููุจُُูู
ْ ุจِุฐِْูุฑِ ุงِّٰููู ۗ ุงَ َูุง ุจِุฐِْูุฑِ ุงِّٰููู ุชَุทْู
َุฆُِّู ุงُُْْููููุจُ
Artinya:"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
(QS. Ar-Ra'd surah ke13: Ayat 28)
7. Menjadi seseorang yang lebih bertawakal
Adapun hikmah mengimani qadha dan qadar lainnya menjadikan seseorang semakin tawakal. Mengimani terhadap Qadha dan qadar menjadikan seseorang semakin ikhlas terhadap segala ketetapan dan takdir Allah. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
َูุนََูู ุงِّٰููู َูุชَََُّْููููุۤง ุงِْู ُْููุชُู
ْ ู
ُّุคْู
َِِْููู
Artinya:"...Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.""(QS. Al-Ma'idah surah ke 5: Ayat 23)
8. Senantiasa berharap kepada Allah
Tidak akan pernah putus asa dari rahmat Allah siapapun yang mengimani qadha dan qadar karena ia yakin Allah selalu memberikan yang terbaik kepada setiap mukmin. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ุงَِّููٗ َูุง َูุงْููุ۟ฆَุณُ ู
ِْู ุฑَّْูุญِ ุงِّٰููู ุงَِّูุง ุงَْْูููู
ُ ุงِْٰูููุฑَُْูู
Artinya:"...Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.""(QS. Yusuf surah ke 12: Ayat 87)
Penutup:
Sebagai umat Islam kita wajib mengimani dan menerima qadha dan qadar yang Allah tetapkan atas diri kita. Walaupun demikian, kita harus tetap berusaha, berdoa dan bertawakal kepada Allah. Berakhir sudah pembahasan kita pada kesempatan kali ini. Kurang lebihnya penulis mohon maaf. Sekian dan terimakasih telah berkunjung ke blog ini
Penulis: Maulana Aditia
Artikel terkait:
Komentar
Posting Komentar