Jauhi ghibah dan mari bertabayyun
Ghibah atau berbicara buruk tentang orang lain merupakan perilaku yang seringkali merugikan dan merusak hubungan antarpribadi. Artikel ini menjelaskan tentang dampak negatif ghibah dan pengertian tabayyun yaitu mencari kebenaran mengenai suatu informasi sebelum mempercayai atau menyebarkannya. Dengan memahami konsep ini, diharapkan pembaca dapat meningkatkan kesadaran akan kekuatan perkataannya dan memperkuat ikatan sosial yang positif dalam masyarakat.
1. Ghibah
A. Pengertian ghibah
Menurut bahasa "ghibah" (ุบูุจุฉ) berasal dari akar kata "ghaba, yaghibu " (ุบุงุจ ูุบูุจُ) yang memiliki arti tersembunyi, tersembunyi, tidak ada dan tidak terlihat. Kita sering menyebut kata “ghaib” yang artinya tidak hadir. Ghibah menurut istilah berarti perbuatan atau tindakan yang membicarakan kejelekan atau aib orang lain. Di zaman modern dimana media semakin canggih, gosip dikemas dengan begitu manis. Sehingga konsumen sebagai penerima informasi tidak merasa terlibat dalam ghibah.
Ghibah juga dapat diartikan menyebutkan sesuatu yang da pada diri saudaranya saat tidak ada meskipun yang dikatakannya benar adanya, namun hal tersebut tidak disukainya. Seperti menggambarkan apa yang dianggap menjadi kekurangan menurut umum untuk meremehkan atau menjelekkan. Saudara yang dimaksud disini ialah saudara sesama muslim. Termasuk sebagai ghibah adalah menarik perhatian seseorang terhadap sesuatu dimana orang yang dibicarakan tidak suka untuk dikenali seperti itu.
B. Penyebab terjadinya ghibah
Berikut merupakan beberapa hal-hal yang dapat membuat seseorang pada akhirnya berbuat ghibah.
1. Benci kepada orang yang dighibahi
Perasaan marah dan benci terhadap seseorang mendorongnya untuk membeberkan dan membeberkan aib orang yang dibencinya. Selain itu, jika latar belakang pembicara tidak memiliki nilai agama, maka mudah untuk membicarakan keburukan orang lain.
2. Obat sakit hati
Biasanya, ketika seseorang tersakiti oleh kelakuan orang lain, dia membicarakan perbuatan buruk orang lain itu untuk menyembuhkan rasa sakit hatinya sendiri. Hal itu dilakukan karena ia merasamoembicarakan aib orang lain akan memberinya kepuasan. Perilaku seperti ini sangat sering terjadi pada masa kampanye pemilihan presiden. Oleh karena itu, sebaiknya masing-masing pendukungnya bisa menjaga ucapannya tanpa terprovokasi oleh pendukung lainnya.
3. Mengikuti teman
Jika seseorang berinteraksi dengan lingkungan yang biasa berghibah maka lama kelamaan akan ikut terbawa menjadi pengghibah. Hal ini biasanya terjadi karena jika seseorang tidak mengikuti maka dianggap tidak setia kepada temannya. Pada akhirnya seseorang suka berghibah karena mengutamakan kesetiakawanannya meskipun itu dilarang oleh agama.
4. Kesombongan dan kebanggaan
Ghibah bisa terjadi karena seseorang bangga telah menyakiti seseorang di depan orang lain. Dia tidak punya keinginan selain bangga dan itu membuat orang lain berghibah.
5. Iri hati
Rasa iri biasanya muncul ketika ada seseorang yang selalu dikagumi, dipuji dan dicintai masyarakat. Di sini ia mencoba menghancurkan hal yang diberikan masyarakat tersebut dengan menonjolkan aspek buruk dari orang yang bersangkutan. Di sinilah ghibah juga bermula.
6. Bercanda
Di televisi atau jejaring sosial lainnya, kita sering melihat acara-acara yang mungkin bertujuan untuk bercanda. Namun, lelucon ini kadangkala dapat menyakiti hati orang lain. Makanya perlu diperhatikan saat melontarkan lelucon agar tidak melukai perasaan orang lain. Baca juga: Batasan dalam bercanda menurut Islam
7. Menyindir atau menghina maki
Menyindir atau menghina orang lain dengan maksud menghinanya adalah ghibah. Hal ini biasanya dilakukan sehubungan dengan penampilan fisik, keturunan, perilaku, tindakan dan perkataan seseorang.
Baca juga:
8. Mencari muka atau menjilat
Seorang penjilat akan melakukan berbagai hal agar tetap dekat dengan orang-orang yang diyakininya akan menguntungkannya. Selain itu, ia selalu menyelaraskan perkataannya dengan teman-temannya. Meski terkadang teman-temannya ikut bergosip.
9. Tidak mempunyai topik pembicaraan lain
Ghibah sebaiknya dihindari saat Anda sedang bersama kerabat atau teman dekat. Karena begitu topik utama dibicarakan, biasanya berakhir dengan pembicaraan terhadap aib orang lain.
C. Bahan ghibah
Berikut merupakan beberapa bahan yang biasa dijadikan untuk berghibah.
1. Kondisi jasmani
Mengatakan mukanya mirip monyet, kepalanya botak, matanya juling, keningnya melengkung, telinganya perung, lengannya pendek atau panjang, punggungnya bungkuk, perutnya besar, kulitnya berwarna hitam atau kuning, belang, kakinya kendur, kakinya cacat, bicaranya cadel, sebagainya. hal-hal tentang tubuhnya yang tidak ingin dia sebutkan.
2. Keturunan
Seperti mengatakan ayahnya bermoral rendah, jahat, hina, pengemis, bodoh, baj*ngan, atau gelar apapun yang tidak disukainya.
3. Tingkah laku
Seperti mengatakan bahwa orang itu sombong, pilih-pilih, tamak, pemarah, pengecut, licik, pembohong, lemah, pengkhianat, pengganggu, durhaka, kasar, tidak adil,suka menyepelekan meremehkan penampilan orang lain, dll.
4. Pakaian
Mengatakan bajunya compang-camping dan banyak tambalannya, celananya kebesaran, sarungnya terseret-seret, sepatunya pinjaman, kopiahnya bau apek, perhiasannya imitasi, dan masih banyak lagi.
5. Pekerjaan
Misalnya mengatakan pekerjaannya hanya tukang sapu, tukang sol sepatu, babu.
6. Perbuatan
Misalnya tidak berbakti kepada orangtuanya, banyak omong, makannya banyak, pernah mencuri, pemabuk, bicaranya ngelantur, terlalu banyak tidur, melawan atasannya dsb.
7. Ibadah
Seperti mengatakan seseorang suka meremehkan shalat dan zakat, tidak sempurna ruku’ dan sujudnya, tidak berhati-hati terhadap najis, tidak menyerahkan zakat kepada yang berhak, tidak memelihara puasanya dari perkataan cabul atau ghibah, dan lain-lainnya.
D. Dalil larangan ghibah
Islam melarang melakukan tindakan tersebut karena meskipun informasi atau berita yang disampaikan benar, tetap saja menyakiti perasaan orang lain. Selain itu, jika beritanya tidak benar, bisa berujung pada pencemaran nama baik atau fitnah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َูุง َّูุฐَِْูู ُูุคْุฐَُْูู ุงْูู
ُุคْู
َِِْููู َูุง ْูู
ُุคْู
ِٰูุชِ ุจِุบَْูุฑِ ู
َุง ุงْูุชَุณَุจُْูุง ََููุฏِ ุงุญْุชَู
َُْููุง ุจُْูุชَุง ًูุง َّูุงِุซْู
ًุง ู
ُّุจًِْููุง
Artinya:"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata."(QS. Al-Ahzab surah ke 33: Ayat 58)
Dalam ayat lain disebutkan bahwa:
ٰููุۤงََُّููุง ุงَّูุฐَِْูู ุงٰู
َُููุง ุงุฌْุชَِูุจُْูุง َูุซِْูุฑًุง ู
َِّู ุงูุธَِّّู ۖ ุงَِّู ุจَุนْุถَ ุงูุธَِّّู ุงِุซْู
ٌ ََّููุง ุชَุฌَุณَّุณُْูุง ََููุง َูุบْุชَุจْ ุจَّุนْุถُُูู
ْ ุจَุนْุถًุง ۗ ุงَ ُูุญِุจُّ ุงَุญَุฏُُูู
ْ ุงَْู َّูุฃَُْูู َูุญْู
َ ุงَุฎِِْูู ู
َْูุชًุง ََููุฑِْูุชُู
ُُْูู ۗ َูุง ุชَُّููุง ุงَّٰููู ۗ ุงَِّู ุงَّٰููู ุชََّูุง ุจٌ ุฑَّุญِْูู
ٌ
Artinya:"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."
(QS. Al-Hujurat surah ke 49: Ayat 12)
Allah mengancam pelaku ghibah dengan siksa yang pedih di dunia dan di akhirat. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an yang berbunyi:
ุงَِّู ุงَّูุฐَِْูู ُูุญِุจَُّْูู ุงَْู ุชَุดِْูุนَ ุงَْููุง ุญِุดَุฉُ ِูู ุงَّูุฐَِْูู ุงٰู
َُْููุง َُููู
ْ ุนَุฐَุง ุจٌ ุงَِْููู
ٌ ۙ ِูู ุงูุฏَُّْููุง َูุง ْูุงٰ ุฎِุฑَุฉِ ۗ َูุง ُّٰููู َูุนَْูู
ُ َูุงَ ْููุชُู
ْ َูุง ุชَุนَْูู
َُْูู
Artinya:"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."(QS. An-Nur surah ke 24: Ayat 19)
Dalam hadits disebutkan bahwa: Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam pernah bertanya: “Tahukah kamu, apakah ghibah itu?” Para sahabat menjawab; ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’ Kemudian Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: ‘Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.’ Seseorang bertanya; ‘Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan? ‘ Beliau berkata: ‘Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya". (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Daud dan Darimi)
Dari Abu Barzah Al Aslamy berkata; Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: “Wahai orang yang imannya masih sebatas lisannya dan belum masuk ke hati, janganlah kalian mengghibah (menggunjing) orang-orang muslim, janganlah kalian mencari-cari aurat (‘aib) mereka. Karena barang siapa yang selalu mencari-cari kesalahan mereka, maka Allah akan membongkar kesalahannya, serta barang siapa yang diungkap auratnya oleh Allah, maka Dia akan memperlihatkannya (aibnya) di rumahnya.”(HR Ahmad no. 18.940)
Dari ‘Ubadah bin Ash Shamit berkata: Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam membaiat kami seperti membaiat kaum wanita atau semua orang: (1) kami tidak boleh menyekutukan Allah dengan apa pun, (2) tidak mencuri, (3) tidak berzina, (4) tidak membunuh anak, (5) tidak ghibah satu sama lain, (6) tidak mendurhakai beliau dalam kebaikan. Barangsiapa diantara kalian melakukan tindakan yang dilarang kemudian hukuman ditegakkan padanya, maka itu adalah kafarat baginya dan siapa yang menunda maka urusannya berpulang kepada Allah, bila berkehendak Ia akan menyiksa dan bila berkehendak Ia akan mengampuni".(HR Ahmad no. 21.672)
Ghibah juga merupakan dosa yang lebih berat daripada berzina, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang berbunyi: "Gibah itu lebih berat dari zina. Seorang sahabat bertanya, 'Bagaimana bisa?' Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menjelaskan, 'Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun, pelaku gibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya." (HR At-Thabrani)
E. Dampak negatif berghibah
Ghibah mempunyai akibat yang buruk baik bagi pelaku maupun orang yang dighibahi. Berikut beberapa hal yang menjadi akibat buruk dari ghibah.
1. Bagi orang yang dighibahi
Memberikan kesan buruk terhadap subjek ghibah karena karena merupakan “pembunuhan” terhadap karakternya. Allah menggambarkan orang yang berghibah sebagai pemakan bangkai saudaranya. Akibat perbuatannya, saudaranya menjadi "bangkai". Pencitraan yang buruk menyakiti hati dan melemahkan jiwa. Orang yang tidak punya semangat tidak akan bisa berbuat apa-apa. Orang yang tidak bisa berbuat apa-apa ibarat mayat atau bangkai.
2. Bagi pelaku ghibah
a. Membuat orang lain melakukan hal serupa kepadanya
Sudah menjadi naluri manusia untuk membalas dendam pada orang yang menganiayanya. Orang yang suka ghibah akan menjadi sasaran ghibah orang lain juga.
b. Mengurangi fungsi dari puasa
Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Puasa adalah tameng selama ia belum melubanginya.” Abu Muhammad berkata, “Yaitu dengan menggunjing orang lain.” (HR. Darimi no. 1.669)
c. Mendatangkan siksa kubur
Dari Abu Bakrah, ia berkata: Nabi Shalallahu alaihi wa sallam melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda: “Keduanya sedang disiksa, dan mereka disiksa bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak menjaga kebersihan ketika kencing dan yang lain disiksa karena berbuat ghibah.” (HR. Ibnu Majah no. 343)
d. Mendatangkan siksa neraka
Dari Anas bin Malik ia berkata, “Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: “Ketika aku dinaikkan ke langit (dimi’rajkan), aku melewati suatu kaum yang kuku mereka terbuat dari tembaga, kuku itu mereka gunakan untuk mencakar muka dan dada mereka. Aku lalu bertanya, “Wahai Jibril, siapa mereka itu?” Jibril menjawab, “Mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan merusak kehormatan mereka.”(HR. Abu Daud no. 4.235)
F. Cara menghindari ghibah
Berikut merupakan cara yang dapat dilakukan agar dapat menghindari ghibah.
1. Menjaga lisan
Seseorang yang terbiasa ghibah karena tidak dapat mengendalikan lidah dan mulutnya untuk mengatakan sesuatu yang baik. Jika tahu apa yang Anda bicarakan itu buruk, lebih baik tidak mengatakannya, untuk menghindari bahaya secara verbal. Salah satu cara untuk menghindari ghibah adalah dengan diam. "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik)” (HR. Bukhari no. 6.018 dan Muslim no. 47). Baca juga: Mengimani hari akhir
2. Memberikan nasihat
Sebelum membicarakan keburukan seseorang, alangkah baiknya kita mengingat sisi baik orang tersebut. Maka keinginan untuk membicarakan hal buruk tentang suatu hal perlahan memudar karena Anda menyadari bahwa sebagai orang normal, tidak ada orang yang sempurna. Anda bisa memberi tahu dan mengingatkan pelaku bahwa apa yang dilakukannya salah. Dalam hadits dikatakan bahwa: "Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, rubahlah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, rubahlah dengan lidahnya. Jika dia tidak mampu, rubahlah dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman" (HR Muslim no. 70)
3. Fokus pada diri sendiri
Fokus pada diri sendiri artinya kita juga harus menyadari bahwa kita mempunyai banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, kita juga mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki kekurangan tersebut dengan berbagai cara, seperti belajar, berlatih, mengikuti pengajian, dan lain-lain. Jadi fokuslah untuk memperbaiki diri dan isi dengan tindakan positif, kita tidak punya waktu untuk membicarakan keburukan orang lain.
4. Berkumpul dan berkawan dengan orang shalih
Tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan dapat memberikan dampak besar dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Maka, untuk menghindari pergaulan yang salah, sebaiknya seorang muslim selektif dengan siapa ia menghabiskan waktu. Baca juga: Berkawan dengan orang Shalih
5. Memperbanyak ibadah
Salah satu cara menghindari dosa ghibah adalah dengan memperbanyak ibadah. Dengan memperbanyak partisipasi dalam kajian ibadah seperti shalat sunah, salat dzikir atau majelis taklim, kita tidak punya banyak waktu untuk membicarakan keburukan orang lain.
6. Berpikir positif
Kalau ada yang mendesak kita untuk menjelek-jelekkan orang lain, hendaknya kita mempunyai prasangka baik dulu tentang orang yang kita bicarakan. Dan seharusnya tidak mudah untuk percaya tanpa mengetahui kebenarannya.
G. Ghibah yang diperbolehkan
Para ulama berpendapat bahwa ghibah diperbolehkan dalam keadaan tertentu seperti:
1.) Seseorang yang telah dizalimi atau dirugikan berhak mengadukan kepada penguasa atau hakim atau orang lain yang mempunyai wewenang atau yang dapat menyelesaikan permasalahan terhadap dirinya dengan orang yang menzaliminya.
2.) Mencari bantuan untuk mengubah kejahatan dan membawa orang berdosa kembali ke jalan yang benar.
3.) Meminta nasehat atau fatwa sambil berkata kepada mufti (ulama), “Orang ini menganiaya saya dengan cara ini dan itu, bolehkah dia melakukan hal tersebut? Bagaimana saya dapat menyelesaikan masalah ini dan mencegah kerugian pada saya?”.
4.) Memperingatkan umat Islam terhadap perilaku buruk. Ini termasuk peringatan dari seseorang yang membeli barang cacat atau bersama pencuri atau pezina. Masyarakat hendaknya diberitahu tentang hal-hal berbahaya dengan nasehat yang tulus, tanpa merugikan.
5.) Jika seseorang di depan umum melakukan kejahatan atau melakukan perbuatan maksiat, seperti meminum minuman beralkohol dan merampas harta benda orang.
6.) Sebagai tanda pengenal jika seseorang dikenal dengan nama panggilannya, seperti si rabun, atau si buta atau si bermata satu atau si lumpuh, maka dibolehkan untuk mengidentifikasi orang tersebut dengan sebutan itu. Namun haram menyebutkannya secara meremehkan, dan jika bisa dikenali dengan cara lain, itu lebih baik.
2. Tabayyun
A. Pengertian tabayyun
Dalam bahasa Arab, kata tabayyun artinya menyelidiki, menjelaskan, memahami, menyelidiki atau memeriksa. Namun tabayyun dalam tradisi Islam berarti cara penyelesaian masalah. tabayyun artinya membedakan mana yang benar dan salah. Kata fatabayyanuu berarti “memeriksa dengan cermat” yang berarti mengolah informasi secara menyeluruh. Dengan demikian, tabayyun tidak menerima informasi yang diterima begitu saja. Dalam istilah yang lebih populer dikenal dengan check and recheck.
B. Perintah tabayyun
Dalam Islam, perintah untuk melakukan tabayyun adalah orang beriman harus selalu mencari kejelasan agar tidak menimbulkan musibah bagi orang lain. Sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur'an yang berbunyi:
ٰูุۤงَ َُّููุง ุงَّูุฐَِْูู ุงٰู
َُْููุۤง ุงِْู ุฌَุงุٓกَُูู
ْ َูุง ุณٌِู ุจَِูุۢจَุงٍ َูุชَุจََُّْูููุۤง ุงَْู ุชُุตِْูุจُْูุง َْููู
ًุง ุจِุۢฌََูุง َูุฉٍ َูุชُุตْุจِุญُْูุง ุนَٰูู ู
َุง َูุนَْูุชُู
ْ ٰูุฏِู
َِْูู
Artinya:"Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu."(QS. Al-Hujurat surah ke 49: Ayat 6)
Ayat diatas menjelaskan bahwa dilarang secara keras untuk tidak gampang percaya dengan berita yang dibawa oleh orang fasik karena akan berdampak buruk terhadap umat dan pentingnya menyelidiki sebuah informasi terlebih dahulu sebelum mempercayainya atau menolaknya.
C. Cara bertabayyun
Berikut merupakan cara bertabayyun menurut Islam.
1. Mengembalikan segala permasalahan kepada Allah, rasulnya dan orang yang berilmu.
2. Bertanya atau berdiskusi dengan orang yang menjadi objek masalah tersebut.
3. Memusatkan dengan baik dan merujuk kembali suatu permasalahan jika ternyata belum jelas.
4. Mengambil pengalaman dan perhatian selama menjalin kehidupan dan pergaulan.
5. Mempertemukan dua pihak yang berseteru bila menghukum dan mengadili.
6. Mendengarkan langsung dari orang yang menjafi objek lebih dari satu kali antara waktu yang lama.
Bagaimana cara agar informasi yang diterima itu jelas? Berikut penjelasannya.
1. Lihat kompetensi sumber yang dirujuk, apakah mempunyai kompetensi menyampaikan informasi yang benar atau belum?
2. Pastikan isi informasi berisi kebenaran.
3. Pastikan tempat dan waktu informasi yang diperoleh adalah benar.
Tabayyun dapat digunakan untuk menangani hoax di media sosial. Lalu, bagaimana cara kita agar tertipu dengan hoax? Berikut penjelasannya.
1. Jika menemukan judul berita yang provokatif carilah referensi berupa berita serupa di situs online. Bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda? Sebagai pembaca berita atau informasi kita dapat memperoleh informasi yang lebih berimbang.
2. Cermati alamat URL untuk informasi yang diperoleh dari website.
3. Carilah informasi yang berimbang mengenai suatu berita. Pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran seutuhnya jika didapat dari satu sumber saja. Kita bisa mengamati perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini.
4. Cek keaslian foto dan teks karena foto dan teks bisa dimanipulasi.
5. Bergabung dan berdiskusi dengan grup anti-hoax.
D. Penyebab gagalnya tabayyun
Berikut merupakan penyebab kegagalan dalam bertabayyun.
1. Latar belakang kehidupan
Ketika seseorang mulai tumbuh dewasa, ada yang hidup di bawah asuhan orangtuanya yang bertindak sembarangan dalam berbagai hal. Kemudian perilaku tersebut menular pada anak-anaknya, sehingga anak-anaknya pun berperilaku serupa. Di sini kita melihat pentingnya peran orangtua dalam memberikan contoh dan menerapkan moral dan praktik Islam.
2. Pergaulan
Teman adalah personifikasi diri sendiri. Seseorang memilih teman yang memiliki kesamaan dengannya dalam hobi, kecenderungan, pandangan dan pemikirannya. Teman mempunyai pengaruh yang besar terhadap karakter dan akhlak seseorang.
3. Kelalaian
Kelalaian dan kelupaan adalah sifat alami manusia. Namun, hikmah berharga harus dipetik dari hal ini dan selalu diingat agar hal serupa tidak terulang kembali.
4. Tertipu
Tertipu terhadap kata-kata luhur menjadi penyebab kegagalan tabayun. Pendengaran seseorang dapat terkesan dengan kata-kata manis dan ungkapan yang menarik. Karena keagungan kata-kata dan ungkapan-ungkapan ini, dia dikejutkan oleh ketidakakuratan ini.
5. Tidak mengerti cara bertabayyun
Jika seseorang tidak mengetahui cara atau upaya untuk mencapai ketepatan atau kejelasan, maka ia bisa ceroboh dalam mengambil keputusan hukum. Sebenarnya keakuratan atau kejelasan mempunyai banyak metode atau cara untuk mencapainya.
6. Fanatisme tinggi
Antusiasme yang berlebihan atau fanatisme Islam yang berlebihan dalam jiwa dapat menjadikan seseorang lengah dan tidak teliti dalam menerima suatu informasi. Sebab, selama semangat dan gejolak mental tersebut tidak diimbangi dengan tuntunan syariat dan tidak dikendalikan oleh ikatan logika, maka akan merusak fungsi akal manusia.
7. Terpikat oleh harta benda
Keterikatan harta benda duniawi dapat menjadi faktor pendorong terjadinya ambiguitas dan ketidakakuratan. Pasalnya, perasaan cinta terhadap sesuatu hal bisa membuat mata dan telinga menjadi buta dan tuli. Tidak bisa menentukan sikap seseorang yang benar dan menganalisis karakter dari suatu hal tersebut.
8. Lalai terhadap akibat dan dampak
Ketidakpedulian seseorang terhadap akibat dan dampak negatif dari sikap tersebut dapat menimbulkan sikap tergesa-gesa, ceroboh dalam beberapa hal, tidak teliti dan tidak seksama . Sebab, sesungguhnya seseorang yang tidak memperdulikan akibat suatu perbuatan pasti akan terjerumus ke dalamnya jika Allah tidak melindunginya.
E. Manfaat tabayyun
Berikut merupakan beberapa manfaat dari tabayyun.
1. Terhindar dari fitnah
2. Menghilangkan kesalahpahaman
3. Informasi yang diberikan adalah benar
4. Hati menjadi tenang
5. Berbaik sangka dengan orang lain menimbulkan kerukunan dan kedamaian.
6. Persatuan dan kesatuan dapat terjaga dengan baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pertemanan dan masih banyak lagi.
Penutup:
Ghibah, yaitu bergosip atau menjelek-jelekkan orang lain merupakan perbuatan yang tercela dalam agama dan juga merusak hubungan antarmanusia. Sebaliknya, penting untuk berkomunikasi langsung dengan pihak-pihak yang terlibat ketika masalah muncul dan selalu mencari pemahaman yang lebih baik sebelum mengambil kesimpulan dari orang lain. Dengan menghindari pemikiran satu sama lain dan mengambil sikap tabayyun, kita dapat membangun hubungan yang lebih baik dan menghindari konflik yang tidak perlu. Mungkin ini saja yang dapat penulis sampaikan pada pembahasan kita kali ini. Kuranglebihnya penulis mohon maaf. Sekian dan terimakasih telah mengunjungi blog ini.
Penulis: Maulana Aditia
Baca juga: Ayo berpikir kritis
Komentar
Posting Komentar